Kuma Bear Chapter 32
Translator | UDesu |
Editor
| RiceCooker |
Proof Reader
| - |
Chapter 32 :
Nona Beruang Menikmati Makanan Cepat Saji
Kondisi
ibunya Fina sudah membaik.
Kurasa lebih
tepat kalau disebut “sembuh total”.
Namanya
adalah Tirumina-san.
Tirumina-san
dan Gentz-san akan segera menikah.
Saat ini,
mereka sedang mencari tempat tinggal yang bisa ditinggali oleh keluarga yang
berjumlah empat orang.
Rumah lama
Fina tidak muat untuk ditinggali oleh empat orang.
Sepertinya,
sebelum ini Gentz-san juga tinggal seorang diri pada sebuah rumah yang kecil.
Tapi entah
kenapa, Fina dan Shuri sedang berada di Rumah Beruang saat ini.
「Erm, kenapa kalian di sini?」
「Kupikir lebih baik memberi paman Gentz,
maksudku, ayah dan ibu waktu untuk berduaan.」
Apakah itu sesuatu yang harus dipikirkan
oleh anak berumur sepuluh tahun?
「Apa kami merepotkan bagimu?」
「Gak kok. Gak masalah meskipun yang datang
empat orang sekalipun.」
「Saat rumah yang bisa kami tinggali
bersama ditemukan, semua akan baik-baik saja.」
「Terus, kenapa kalian sedang belajar?」
Begitulah, saat ini Shuri sedang belajar
tentang huruf di Rumah Beruang.
「Ibu telah mengajariku membaca, tapi dalam
kasus Shuri, ibu telah jatuh sakit, jadi dia tak bisa mengajarinya. Aku harus
mengerjakan pekerjaan rumah dan mencari uang, jadi aku juga tak bisa mengajarinya.」
Yah, meski aku bilang belajar, mereka
hanya melihat beberapa huruf yang telah tertulis di atas kertas yang sudah
kotor.
Tak ada sesuatu yang bisa digunakan
sebagai alat menulis, apalagi kertas sebagai tempat menulis.
Mereka hanya mengingat huruf dengan cara
melihatnya saja.
Aku penasaran apakah mereka bisa
mengingatnya dengan cara ini.
「Kalau begitu, ayo kita beli peralatan
untuk belajar.」
「Eh?」
「Menggunakan cara itu untuk belajar akan
membutuhkan waktu yang sangat lama.」
「Tapi-」
「Jangan khawatir soal uang. Anggap saja
sebagai hadiah pernikahan」
「Yang menikah kan ibu kami.」
「Jangan khawatirkan soal itu.」
Mereka berdua pun mengikutiku
meninggalkan Rumah Beruang.
Mereka berjalan sambil bergenggaman
tangan.
Kakak beradik ini terlihat sangat akrab.
Pertama-tama, kami akan pergi ke toko
buku.
「Permisi!」
Aku memanggil nenek pemilik toko buku
dengan suara yang keras.
「Ada apa? Tak perlu teriak juga aku bisa
mendengarmu.」
「Permisi, apa Anda punya buku bergambar
untuk anak-anak? Aku ingin menggunakannya untuk mengajari tentang huruf」
「Buku bergambar untuk belajar, ya? Kalau
begitu kau akan membutuhkan ini, yang ini, dan yang itu juga.」
Nenek membawa tiga buku; beberapa buku
bergambar dan buku yang terlihat seperti buku tabel huruf.
Untuk sementara, mungkin aku akan membeli
semuanya.
「Terima kasih.」
Akupun membayarnya dan keluar dari toko.
Selanjutnya, kami membeli kertas dan
peralatan menulis di toko harian.
Setelah selesai membeli peralatan
belajar, kami merasa sedikit lapar, jadi aku memutuskan untuk membeli jajanan
di kios pinggir jalan yang ada di alun-alun kota.
Saat kami tiba di alun-alun, ada banyak
kios penjual jajanan yang berbaris.
Aroma sedap berbembus dari sana dan sini.
Kamipun memasuki alun-alun dan pergi
menuju kios terdekat.
Kios tersebut menjual sate.
Aromanya sangat sedap.
「Paman, beli satenya tiga tusuk.」
「Oh, nona beruang, ya? Tiga tusuk? Oke!
Terima kasih karena sudah membeli.」
Paman itu memberiku tiga tusuk sate.
Aku memegang satu tusuk dan menyerahkan
sisanya pada Fina dan Shuri.
「Terima kasih.」
「Terima kasih.」
「Selanjutnya, ayo coba yang di sana.」
Aku melirik barisan kios makanan di
sekitar alun-alun untuk mencari mangsaku (makanan) yang selanjutnya.
「Hei, nona beruang! Bagaimana dengan sup
sayur?」
Sebuah suara terdengar dari kios
terdekat.
Ada uap yang keluar dari kuali besar,
sepertinya enak sekali.
「Tentu, tolong beri aku tiga porsi.」
「Silakan tunggu sebentar!」
Sup sayuran panas disajikan di dalam mangkuk
kayu.
Mangkuk ini harus dikembalikan setelah
kau selesai makan.
Akupun menerima sup tersebut dan
memberikan dua mangkuk pada Fina dan Shuri.
「Nona beruang, bagaimana kalau makan
supnya dengan roti?」
「Jangan curang! Nona beruang, apa kau mau
mencoba daging bakar ini?」
Kali ini banyak suara yang terdengar dari
kios-kios di sekitar kami.
「Kalau begitu, apa kau mau mencoba jus
buah yang baru diperas ini?」
Seorang gadis yang sudah cukup tua yang
kelihatan berjualan berbagai jenis jus buah juga ikut bergabung dalam
pertempuran ini.
「Hmm. Aku lagi ingin makan roti hari ini,
jadi tolong berikan aku tiga potong kecil roti.」
「Oo! Terima kasih!」
Paman yang berjualan roti berterima kasih
lalu memberiku roti yang dijualnya.
Aku juga meminta maaf pada penjual yang
dagangannya tidak kubeli.
「Lain kali aku akan membelinya.」
「Tak masalah」
「Silakan datang lagi lain kali!」
Setelah menerima roti tersebut, akupun
menyapa orang-orang di sekitar kios-kios tersebut, lalu duduk di bangku kosong
terdekat.
Akhir-akhir ini aku telah membeli dan
makan jajanan di alun-alun ini, jadi aku telah mengenal beberapa orang yang ada
di sini.
Mungkin karena penampilanku ini, tapi
jumlah orang yang memanggilku saat aku berjalan di alun-alun ini kian hari
semakin meningkat.
Itu berarti bahwa aku telah sering makan
makanan cepat saji.
Tak masalah sih selama aku tidak tambah
gemuk.
Aku mencubit perutku melalui baju beruang
untuk memastikannya.
Aku ingin percaya bahwa semua masih
baik-baik saja.
Pasti enak sekali kalau aku bisa dapat
skill [Tidak bisa bertambah gemuk]
「Kalau begitu, ayo makan!」
「Terima kasih kak Yuna!」
「Terima kasih.」
Shuri meniru kakaknya dan mengucapkan
terima kasih.
Mereka berdua terlihat sangat manis saat
berdua.
Kami bertiga pun perlahan menyantap roti
dan sup masing-masing.
Ada wortel dan lobak putih di dalam sup
ini.
Aku sudah sering menjumpai bahan makanan
yang mirip dengan yang ada di Jepang.
Tapi, aku masih belum menemukan nasi,
kecap, ataupun miso.
Aku juga rindu dengan makanan berbahan
mie seperti ramen, soba, dan udon.
Apa mereka ada di negara lain?
Namun ternyata, sup dan roti ini sudah
lebih dari enak.
Setelah kami selesai makan, kamipun
kembali ke Rumah Beruang untuk melanjutkan kegiatan belajar.
Setelah itu, Tirumina-san dan Gentz-san
memarahiku karena mereka mendapati bahwa kami telah jajan makanan cepat saji.
Dan sepertinya kedua kakak beradik itu
tidak bisa menghabiskan makan malam yang sudah dibuat dengan banyak usaha.
Aku harus hati-hati untuk tidak makan
terlalu banyak makanan cepat saji.
Akan tetapi, mereka berterima kasih
padaku karena telah membelikan peralatan belajar.
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya