Isekai wa Smatrphone to Tomo ni Chapter 291 Bahasa Indonesia
Translator | Ramune |
Editor
| Mizuki Hashima |
Proof Reader
| Mizuki Hashima |
Arc 27: Dunia Kebalikan
Chapter 291: Hari Ke-3, Siang Sampai Sorenya
Di
atas panggung, terlihat enam orang sedang bertarung sengit.
Menyerang,
bertahan, menghindar, menerima serangan, menusuk, menebas satu sama lain. Seiring
berjalannya waktu, satu persatu mulai tumbang.
Mereka
yang kalah atau pingsan akan langsung ditransisikan ke luar panggung, ke tempat
di mana perawat berpengalaman akan menyembuhkan mereka.
Untuk
melindungi nyawa peserta, berbagai alat telah dipasang di panggung. Sihir
transisi barusan itu adalah salah satu dari mereka.
Dua
orang terakhir masih terus menyerang. Seorang adventurer bersenjatakan pedang besar sementara peserta lainnya
adalah pemuda bersenjatakan katana.
Siapa
pemuda itu? Ah!
Rupanya Kokonoe Juutarou-san, kakak Yae.
Kami
meminjamkan senjata pada para peserta, semuanya akan baik-baik saja karena
senjatanya tumpul. Akan tetapi, menerima serangan langsung pedang besar akan
membuat patah tulang atau bahkan kematian.
Yah…selama
mereka belum mati, ada kesempatan sembuh. Selain itu, Moroha-nee-san, selaku
wasit akan menghentikan pertandingan seumpama situasinya bahaya.
Juutarou-san
menghindari tebasan pedang besar sambil memperbesar jarak.
Kalau
dilihat dari penampilan, pengguna pedang besar itu unggul, akan tetapi, saat
aku berpikir Jutarou-san mencari kelengahan lawan, ia melesat ke depan secara
tiba-tiba.
Katananya
mendarat ke tubuh lawan secepat kilat.
Duak!
Sebuah
suara terdengar dan pengguna pedang besar itu pun jatuh, yang akhirnya
ditransisikan ke luar panggung.
「Selesai! Pemenaang grup G adalah… Kokonoe
Juutarou!!!」
Moroha-nee-san
berteriak dan sorakan + suara tepuk tangan penonton pun terdengar.
Juutarou-san
membungkuk, turun dari panggung dan berjalan menuju ruang tunggu peserta.
「Ia menang dengan mudah, yah?」(Yumina)
「Iyalah… soalnya
kakanda sangat terampil.」(Yae)
Yae
meng-iyakan ucapan Yumina dengan penuh bangga.
Kami,
yang datang untuk melihat laju babak penyisihan turnamen seni bela diri,
terdiri dari aku, Yumina, dan Rue. Di sana, kami bertemu dengan Yae dan Hilda
yang sampai duluan.
Sepertinya
berjalan dengan mulus, hampir setengah peserta telah selesai bertanding. Jumlah
peserta turnamen ini sangat banyak, jadi babak penyisihan pun dibuat menjadi battle royal atau baku hantam bebas. Tak
bisa dipungkiri…mode baku hantam seperti ini punya ciri khas tersendiri.
「Hilda…apakah Raja Ksatria…apa Reinhardt-san sudah
selesai bertanding?」(Touya)
「Kakanda ada di grup A, yang sudah selesai dari
tadi. Mungkin ia sedang melihat pertandingan lain dari bawah sana.」(Hilda)
Tempat
yang ditunjuk Hilda adalah ruang tunggu yang ada di lantai 1.
Ah!
Hampir lupa. Tergantung laju pertandingan, kakak Yae dan Hilda mungkin akan
bertemu. Aku harus mendukung yang mana, yah? Walau terdengar sepele, aku tidak
bisa mendukung mereka berdua.
「Apa kenalan kita ada yang sudah lolos?」(Touya)
「Ada…Komandan Ksatria Gaspar dari Regulus, Jendral
Leon dari Belfast, dan Baba-dono sudah lolos.」(Yae)
Jadi
Baba-ossan juga lolos, yah…? Yah…aku mengatakannya karena melihat
umurnya, aku tidak ingin ia melakukan hal berat.
Kurasa
hasil ini sesuai dengan harapan dari salah satu 4 Raja Surgawi Takeda.
「Touya-sama, lihat itu…」(Hilda)
Aku
melihat wajah yang tak asing dari salah satu peserta grup H, yang akan
bertarung di panggung.
Ia
memiliki kulit coklat disertai pola sisik dan telinga dengan ujung yang tajam. Dua tanduk
di kepala, dan ekor tebal di belakang, menunjukkan kalau ia berasal dari Suku
Naga.
「Sepertinya Sonia-san juga berpartisipasi.」(Touya)
Petarung
wanita jarak dekat dari Suku Naga, ia adalah seorang adventurer dan salah satu kenalan kami saat kami mengikuti “Upacara
Pemangkasan”, yang merupakan turnamen seni bela diri di Hutan Besar. Kami juga
melawan Kaisar Surgawi palsu di Yuuron bersama-sama.
Setelah
mengalahkannya, rupanya ia terus bekerja sebagai adventurer dengan pergi ke dungeon
kami dan dengan hal lain, jadi tidak heran ia berpartisipasi dalam turnamen ini.
Kalau dipikir-pikir, ia berpetualang untuk mempelajari seni bela diri lain.
Omong-omong,
Rengetsu-san pasti juga ikut. Aku mengingat si botak pengguna bojutsu. Ia pernah berkata kalau ia adakah
teman seperjuangan.
Saat
aku terdiam memikirkannya, pertandingan dimulai dan atraksi peserta bisa
dilihat di panggung.
Seorang
pengguna kapak menerima pukulan Sonia-san, membuatnya
hampir keluar panggung.
Berkebalikan
dari ekspektasiku, ia menerima serangan lain. Serangan tak terlihat
menyerangnya dari depan, dan ia terhempas keluar. Tentu saja, keluar itu sama
saja dengan diskualifikasi.
Itu
pasti “Hakkei”-nya Sonia-san. Kemampuan itu sangat menyusahkan karena
jaraknya yang cukup jauh.
Pada
akhirnya, Sonia-san lolos dan maju ke babak selanjutnya dengan mulus. Petarung
dengan gaya yang sama dengannya, seperti Jendral Leon Belfast akan tampil, tapi
sepertinya ia lebih terampil darinya…
Yah…orang
bijak berkata kalau kemenangan itu tergantung kemujuran nasib, jadi kami semua
tidak tahu pasti.
「Aku kok jadi ingin ikut, yah…」(Yae)
「Aku juga…」(Hilda)
「Oioioi. Sudah kubilang, bukan…kita ini orang
yang akan mengurusi masalah apapun yang mungkin terjadi….jadi yang fokus, oke?」(Touya)
Yae
dan Hilda pun mengeluarkan suara penuh kekecewaan, jadi aku harus mengingatkan
mereka berdue dengan sebuah senyuman.
Ini
adalah pendirian…dan aku sedikit khawatir seumpama membiarkan mereka
berpartisipasi, terlebih lagi mereka berdua dan Elzie.
Selain
itu, mereka juga telah menjadi Dependan dari beberapa Dewa sekaligus. Tidak
menutup kemungkinan kalau 3 peserta terkuat akan dimonopoli Brunhild, yang akan
membuat festival menjadi membosankan. Aku tidak ingin membuat orang berpikir
bahwa turnamen ini sudah didesain sedemikian rupa.
(Ramune: Daripada melihat orang OP, melihat adegan orang biasa bertarung sekuat tenaga akan lebih menyenangkan bagi kebanyakan orang..
Hal ini juga berlaku pada lomba, dan kompetisi lain.
Makanya gak heran kalau orang-orang akan menjauhi anak jenius/berbakat…)
(Ramune: Daripada melihat orang OP, melihat adegan orang biasa bertarung sekuat tenaga akan lebih menyenangkan bagi kebanyakan orang..
Hal ini juga berlaku pada lomba, dan kompetisi lain.
Makanya gak heran kalau orang-orang akan menjauhi anak jenius/berbakat…)
「Kelihatannya berjalan dengan mulus. Ayo pergi
ke tempat lain. Ooo iya, Sakura dan yang lain sedang melakukan sesuatu di
sekolah …」(Touya)
Saat
aku ingin mengajak mereka ke sekolah, ada telepati dari salah satu binatang panggilan
yang tersebar di kota.
「…maaf, ada sesuatu.」(Touya)
「Eh?」
Aku
meninggalkan semuanya, dan ber-teleport
ke tempat lain.
Aku
melakukannya di bawah bayangan bangunan agar tidak terjadi keributan. Setelah
itu, aku langsung berpindah ke jalan yang ramai.
Saat
melawan arus jalan, terlihat seseorang ber-bandana hitam sedang berlari. Di
belakangnya ada seekor tikus kecil. Tikus itu ialah anak buah Kohaku.
Jadi ia orangnya, yah?
Jadi ia orangnya, yah?
Aku
langsung menghadangnya.
「Ah? Siapa kau?」
「Bisakah kau mengembalikan barang yang ada di
sakumu?」
「…aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.」
「Kau memeganginya, bukan? Dompet yang kau curi.」
Chi!
Ia
menjentikkan lidahnya dan daripada dompet itu, ia mengeluarkan pisau dari
sakunya dan menusukkannya padaku. Sepertinya ia benar-benar bodoh, ia kan
bisa langsung kabur.
Aku
menghindarinya, memegang tangannya, memutarnya dan mengangkatnya ke atas. Kesakitan
karena tangannya tertekuk, ia pun menjatuhkan pisaunya dan jatuh ke bawah.
「Guaaa!? Ba-bangsat! Apa yang kau lakukan?!」
Aku
cuma menyerangmu sekali, lho. Si tikus menarik keluar dompet darinya. Dompet
itu terbuat dari kain kelas tinggi, tidak selevel dengan penjahat sepertinya.
Menurut
laporan tikus, orang ini mencurinya dari pedagang keliling. Kalau dilihat dari
posisi, aku lah yang terdekat, jadi aku langsung menghadangnya.
Tak
lama kemudian, beberapa ksatria Brunhild datang dan menangkapnya.
Awalnya,
ia bersikeras kalau dompet itu miliknya, dan ia memintaku untuk menunjukkan
bukti kalau ia mencurinya. Akan tetapi….ia langsung terdiam setelah aku
menunjukkan status sosial-ku dan memproyeksikan adegannya, yang kuambil dari si
tikus dengan “Recall”.
Para
ksatria membawanya ke pos jaga. Setelah melihat mereka pergi, aku memutuskan
mengembalikan dompet itu ke pemiliknya. Uang di dalamnya sangat banyak,
pemiliknya pasti sedang kerepotan.
Untungnya,
karena aku punya ingatan tikus itu, aku tahu siapa pemiliknya.
Aku
membuka peta, dan menemukannya dengan mudah. Sepertinya orang ini ada di depan.
Aku harus segera mengembalikannya.
Saat
sampai di depan stan, terlihat lelaki gemuk berpakaian ala pedagang sedang
bertengkar dengan pak tua pemilik stan. Warna baju orang itu terlalu banyak
merahnya. Aku tidak tahu ini karena penglihatan tikus itu cuma 1 warna. Ia
pedagang yang cukup nyentrik.
「Apa maksudmua dengan “aku tidak punya uang”!? Kalau
kau mau kabur tanpa membayar, maka…」
「Tidak! Dompetku tidak ada! Mungkin jatuh atau
aku kecopetan…」
Oops!
Sepertinya situasi ini menjadi “Tak punya dompet dan pergi tanpa membaayar”. Ini
buruk.
「Permisi pak. Apa ini dompetmu yang hilang?」(Touya)
「Eh? Ah! Dompetku!?」
Setelah memanggilnya dari belakang, aku
mengembalikannya. Sepertinya aku tidak salah orang.
Setelah
aku menjelaskan situasinya secara detail dan menjelaskan kalau ia tidak punya
niatan buruk, ia berhenti marah-marah dan menerima uang darinya.
「Terima kasih banyak atas bantuannya.」
Ia
membungkuk. Sejak pertama kali melihatnya, aku tertarik pada 1 hal darinya.
Baju
merahnya terlihat menarik, dan ia memakai topi
yang sama dengan turban. Untuk orang berumur 40-an, fisiknya bagus. Semua itu
ditambah dengan janggut hitamnya membuatnya terlihat seperti pedagang Arabi. Akan
tetapi, hal yang menarik perhatianku adalah warna kulitnya.
Kulitnya
lebih merah bahkan dari Sonia-san sekalipun. Sangat merah sampai-sampai kau
bisa memanggilnya lelaki merah. Apa mungkin ia ini…
「Apa kau salah satu penduduk merah… dari suku
Arkana?」(Touya)
「Oya? Apa kau kenal dengan keluargaku?」
Sudah
kuduga. Suku
kuno yang punya keyakinan kalau merah adalah warna suci, mereka meninggalkan
tulisan dan menyegel 1 Fraze di bawah bekas Ibukota Belfast. Kabar juga
mengatakan kalau suku ini pernah mengunjungi Kerajaan Elfrau 1000 tahun yang
lalu. Pedagang ini mungkin keturunan mereka.
「Kalau kau memang berasal dari suku Arkana? Aku
ingin kau melihat sesuatu.」(Touya)
「Baiklah…」
Aku
mengeluarkan beberapa foto dari “Storage”. Itu adalah tulisan yang ada di salah
satu dinding reruntuhan saat kami mengunjunginya.
Mungkin
ia bisa membacanya.
Ia
memegangnya, dan…sambil menghela nafas, melihatinya.
「Ini… tulisan suku Arkana sejak masa lampau. Di
masa sekarang ini, hampir tidak ada yang bisa membacanya bahkan anggota suku
sekalipun, lho?」
「Apa itu artinya kau tidak bisa membacaya? Addahhh….」
「Tidak..aku bisa melakukannya. Nenekku adalah
penjaga kuil, jadi ia pernah mengajarkannya padaku. Saat ini, mungkin orang
yang bisa membacanya hanya 5 orang.」
Tidakkah
itu terlalu sedikit..? Tulisan itu….selain digunakan sejak masa
lampai, mungkin digunakan untuk menulis sesuatu yang penting. Mungkin
huruf-huruf itutidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
「Hmmm… “Kami, bangsa merah, menulis ini. gerombolan
iblis bersinar muncul dari portal neraka dan memburu semua orang. Saat ibukota
hampir hancur, 2 ksatria kecil, hitam dan putih, dipanggil oleh sang Raja. Mereka
menembaki mereka sampai yang terakhir, menutup portal, dan pergi ke suatu
tempat. Kami meninggalkan wadah iblis ini agar kau bisa mengalahkannya saat
portal neraka terbuka lagi. Jangan sekali-kali mengalirkan kehidupan padanya”… kurang
lebih seperti itu.」
Hal
yang ia baca….membuatku tambah pusing.
“Iblis
bersinar” pasti fraze. “Portal neraka” mungkin keretakan barir.
Jadi…siapa
“ksatria hitam dan putih”?
「Di mana kau menemukannya?」
「Di sebuah reruntuhan kecil yang ada di bawah
Ibukota lama Belfast.」
「Begitu ya… Sejarah mengatakan kalau orang yang
berpisah dengan suku utama berpindah ke tanah Belfast. Tulisan itu mungkin
salah satu peninggalan mereka.」
1000
tahun yang lalu, para Fraze menginvasi Ibukota lama. Untuk mengirim pesan pada
generasi selanjutnya, bangsa merah atau suku Arkana, membuat reruntuhan itu. Akan
tetapi, kenapa mereka harus menguburnya? Reruntuhan itu bukan….dibuat untuk
menghilang begitu saja…bukan?
Mungkin
perintah Raja, dan setelah beberapa lama mereka lupa akan hal itu. Tidak…bangsa
merah memang membuat bangunan bawah tanah untuk menyegel fraze… tapi tetap
saja, masalahnya tidak terpecahkan.
Apa
yang tertulis di sana mungkin merupakan sejarah yang kredibel. Fraze menginvasi
ibukota, yang menghancurkan peradaban manusia.
Pasti
ada beberapa yang mati dan juga melarikan diri dari ibukota.
Ksatria
hitam dan putih. Mereka lah kuncinya. Bisa jadi mereka adalah pemilik golem
dari Dunia Kebalikan, atau mereka memang benar-benar ksatria. Aku kesulitan
mengolah infomasi ini.
Apa
maksudnya? Aku mencoba mengolah semua bagian dari misteri tak terpecahkan
ini…dan aku malah kebingungan bagaiamna caranya. Sepertinya aku tidak punya
pilihan lain selain mengunjungi Dunia Kebalikan lagi.
「Terima kasih banyak…」
「Oh tidak perlu, seharusnya aku yang
mengatakannya. Uang di dompet akan kugunakan sebagai dana dagang sekarang,
kehilangan uang itu dan aku akan rugi. Sekali lagi, terima kasih banyak atas
bantuanmu.」
Sepertinya
bangsa merah, yakni Suku Arkana, selalu berpindah ke suatu tempat sampai mereka
sampai di sebuah pulau yang terdapat di antara Kerajaan Iblis Zenoasu dan
Kerajaan Hanock.
Omong-omong…tempat
itu sangat dekat dengan Zenoasu, kabar juga mengatakan kalau penduduk mereka
hidup dengan tenang bersama dengan ras-iblis.
Pedagang
ini… Porunga-san meninggalkan pulau sejak kecil dan menapaki hidup seorang
pedagang. Saat ini, ia berkeliling dunia sebagai seorang pedagang dewasa. Kedatangannya
ke Brunhild tidak lain dan tidak bukan karena ada banyak komoditas unik yang
hanya bisa didapat di sini.
Karena
tujuan Porunga-san adalah dagang, aku pun mengenalkannya pada Perusahaan Strand
milik Alba-san. Tempat itu kan menyimpan banyak barang unik.
Setelah
berpisah dengannya, pikiranku langsung tertuju pada ucapannya barusan.
「2 ksatria…yah?」(Touya)
A-se-e-k…ini
buruk. Aku tidak tahu apa artinya. Untuk sekarang lupakan saja.
「Aah! Itu dia. Touya-san!!」
Aku
pun menoleh ke asal suara itu dan terlihat Yumina dan Rue sedang melawan arus
jalan dan melambaikan tangan.
「Hebat sekali kalian bisa menemukanku.」(Touya)
Walaupun
lokasiku tidak terlalu jauh, mereka langsung datang ke mari sesaat setelah aku
berteleportasi. Aku menanyakan bagaimana caranya mereka melakukannya karena hal
ini terasa janggal, tapi mereka malah menjawabnya dengan melihat satu sama lain
dan lalu memiringkan kepala.
「Yah… detailnya kurang tahu sih, tapi
akhir-akhir ini kurang lebih aku tahu di mana lokasi Touya-san. Rue-san juga
sama kok… 」(Yumina)
「Tidak begitu jelas…tapi saya sering merasa…“di
sini”… sepertinya yang lain juga sama kok, Touya-sama.」(Luu)
Hei!
Apa-apaan dengan sensor gak jelas ini?! Apa ini termasuk salah satu efek menjadi Dependan?!
Kekuatan
mereka sepertinya akan meningkat kalau hubungan masing-masing denganku menjadi
lebih dekat. Kekuatan itu…yang dimiliki Kohaku dan lainnya, mungkin sama.
Tapi
ya…gimana yah….istri bisa tahu lokasi suaminya itu…..gak enak, ya kan? Hal-hal
seperti selingkuh tidak bisa dilakukan. TIDAK! Aku tidak akan melakukan hal seperti itu!
「Lha…mana Yae dan Hilda?」(Touya)
「Mereka bilang ingin terus menonton. Tadi Elzie-san
juga datang lho.」(Rue)
Yah…kurasa
petarung keluarga kami memang mereka bertiga.
Seperti
yang diduga…mereka adalah Elzie, Yae, dan Hilda. Lindzey, Rin, dan Sakura termasuk
penyihir. Sisanya…Yumina, Rue, dan Sue termasuk keluarga Kerajaan, mungkin? Tidak..bukannya
Hilda dan Sakura juga termasuk, yah.
Setelah
ini, kami mengunjungi acara yang diselenggarakan di sekolah, menikmati keterampilan
band jalanan, dan menghajar orang
mabuk yang membuat keributan.
Di
acara itu…cukup menggelikan saat melihat Raja Iblis membacakan cerita itu
dengan ekspresi menakutkan. Setelah acara selesai, ia dimarahi habis-habisan
oleh Sakura karena membuat mereka semua menangis. Kenapa ia harus
melakukannya dengan nada yang terkesan jahat, sih?
Kalau
ia sampai melihaat kami, maka semalaman pun tidak akan cukup, jadi kami
memutuskan untuk kembali melihat shogi. Bukankah sudah saatnya pemenangnya
diumumkan?
Kami
sampia, dan langsung melihat monitor yang empat-empatnya sama-sama
memperlihatkan 1 permainan. Sepertinya babak final telah dimulai.
「Etto… Ooh! Bukankah itu Raja Paluf dan
Doran-san? Hebat sekali mereka berdua!」(Touya)
Beberapa
penonton bahkan sampai mengeluarkan komentar yang mengejutkan.
Raja
bocah Kerajaan Paluf Kingdom, Ernest Din Paluf, ternyata berpartisipasi
menggunakan nama alias Er Palus.
Karena
efek lencana yang kuberikan, semua orang melihatnya sebagai orang lain, akan
tetapi dengan umur yang sama.
Bocah
10 tahun ingusan melawan seorang lelaki dewasa di final. Sudah pasti kalau
semua orang terkejut.
「Tidak salah lagi, ia memang jenius… Sepupunya,
Rachel dari dulu sudah begitu, tapi kalau digabung dengannya, mereka akan
menjadi pasangan yang mengerikan.」
Saat
aku melihat-lihat penonton, terlihat Rachel sedang melihat permainan
tunangannya. Di sampingnya ada beberapa ksatria Paluf.
Rachel
menontonnya dengan tegang. Kadang-kadang ia meminta penjelasan pada ayahnya,
Duke Rembrandt, yang ada di sebelahnya. Ia pasti khawatir.
Sementara
itu, entah karena ia tahu perbuatannya atau tidak, si Raja bocah berkosentrasi
penuh pada bidak yang ada di atas.
Lawannya,
yakni Doran-san, pemilik penginapan Silver Moon di Leaflet, membuat wajah
tegangnya menjadi lebih tegang dari biasanya saat melihat bidak-bidaknya. Ia
menakutkan… Seumpama lawannya bocah biasa, ia pasti akan langsung lari dengan
kecepatan penuh.
Bidak-bidak
itu berwarna abu-abu, yang artinya waktu hampir habis. Oleh karena itu,
Doran-san mengulurkan tangannya dan memindahkan “Silver general” ke kanan secara diagonal.
Kemudian,
si bocah cemberut dan mengerang. Doran-san membalik jam pasir yang ada di meja
sebelah. Warna bidaknya pun kembali normal. Giliran si bocah.
「Menurut anda, siapa yang akan menang?」(Rue)
「Hmmm, menurutku, Doran-san lebih unggul…」(Touya)
Itu
lah jawabanku pada Rue. Akan tetapi, sebenarnya aku tidak begitu yakin. Semuanya
bisa berubah tergantung dari gerakan ini, dan juga bagaimana aksi lawan.
Bidak
yang mereka berdua pegang diperlihatkan di layar sementara para penonton mulai
berkomentar atas ini dan itu.
Ada
beberapa yang tidak shogi, tapi ikut serius karena ketegangan yang mereka
berdua perlihatkan.
Warnanya
bidak berubah, waktunya hampir habis.
Raja
Paluf menggerakkan bidaknya. “Kuda” bergerak ke atas meja secara diagonal.
Saat
ia melakukannya, warna bidak pun kembali normal. Kali ini, bocah itu lah yang
membalik jam pasir tadi.
Wajah
Doran-san menjadi lebih mengerikan. Ohh? Apa ia kalah oleh si bocah? Aku
tidak begitu paham. Yap, sepertinya memberi komentator mulai tahun depan adalah
ide yang bagus.
Merasa
tertekan, Doran-san memindahkan bidaknya. Dalam situasi di mana semua orang
ragu untuk menyoraki mereka, satu-satunya hal yang bisa kami lakukan hanyalah
melihat mereka bertanding seolah-olah menggunakan pedang asli dengan tegang.
Touya oh Touya, sudah banyak Istri masih aja mikir selingkuh 😅
ReplyDeleteDah lama ga baca, eh langsung nongol bbrp chapter... 😅
ReplyDelete