Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 428 Bahasa Indonesia

 

TranslatorRamune
Editor
BUDI
Proof Reader
Shiro7D


Arc 30: Administrator Dunia, Timur ke Barat
Chapter 428 : Memverifikasi Kebenaran, dan Negara Api Dauburn

“Tumbal? Saya? Maaf, saya tidak ingat.” (Roh Bara)

“Begitu juga dengan saya. Karena kejadian itu terjadi 500 tahun yang lalu dan saat sebelum kami berinkarnasi, jadi...” (Roh Es)


Roh Bara dan Es sama-sama memiringkan kepala saat mendengar pertanyaanku. 

Aku menemui mereka untuk memastikan informasi yang telah aku dapatkan. tapi sudah kuduga, memori mereka sudah hilang. 


“Apa masih ada roh yang mengenal kalian dari sebelum reinkarnasi?” (Touya)

“Ah, mungkin sebaiknya Anda menemui Api-anego. Anego sangat dekat dengan saya sejak dulu.” (Roh Api)

“Begitu pula Air-onee-sama. Saya dengar kami dulu juga sering bersama.” (Roh Es)


Roh Api dan Air, ya... Katanya Roh Tingkat-Tinggi mempunyai siklus reinkarnasi yang paling lama, jadi mereka pasti tau apa yang telah terjadi. Okelah gass... 

(Shiro7D: Kalau kayak gitu… Kenapa enggak dari kemarin aja eluh datangin mereka -__-)


Sekali lagi, aku berpindah tempat… Dunia Para Roh awalnya hanya ada awan putih dengan partikel berkilauan yang bertebaran dimana-mana. Namun sekarang, tempat ini memiliki beberapa gumpalan tanah mirip dengan planet dengan diamater sekitar 100 m. 

Karena rasanya aneh bagiku melihat tempat yang tidak ada apa-apanya seperti itu, jadi aku meminta kepada Roh Tanah untuk membuat beberapa hal. Setelah itu, dalam sekejap Roh tanah langsung membuat banyak gumpalan tanah seukuran bintang kecil disini. Roh Tingkat-tinggi memang hebat. 

Begitulah akhirnya, para bintang kecil ini telah menjadi rumah bagi para roh. 


Setelah akun mendarat di salah satu bintang yang ukurannya agak besar, rumah bagi para Roh Tingkat-tinggi, Roh Tanah keluar menyambutku. 


“Terima kasih sudah berkunjung kesini Raja Para Roh. Tolong ikuti saya.” (Roh Tanah)


Roh Tanah, yang memiliki rambut berwarna hijau persis dengan milik Roh yang tinggal di Hutan Besar, tersenyum sembari terus menunjukkan jalan padaku. 


Setelah memasuki hutan beberapa saat, aku melihat sebuat rumah sederhana di lahan kosong. Disana juga terlihat Roh Api dan Air yang sedang duduk sambil menikmati teh. Meskipun mereka harusnya bertolak belakang, tapi mereka terlihat sangat akrab ya... Oh iya, kalau tidak salah Roh Cahaya dan Kegelapan itu bersaudara bukan? Apa mungkin ini contoh yang sempurna bagi kiasan “mereka ada untuk saling melengkapi”? 

Yah, yang paling penting sekarang ini adalah mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada Roh Bara dan Es sebelum berinkarnasi pada mereka. 


Aku pun menjelaskan situasinya, begitu pula fakta kalau musibah itu disebabkan oleh roh Bara dan Es sebelum berenkarnasi. 


“Meminta tumbal? Saya rasa mereka tidak akan melakukan hal sehina itu. Dia yang sebelumnya cukup sama dengannya yang sekarang. Tapi yah, karena sifat mudah marahnya itu juga termasuk, jadi kemungkinannya tidak lah nol.” (Roh Api)

“Un, begitu pula dengan Es-chan. Walaupun ia terkadang suka usil, tapi saya pikir ia tidak akan melakukan hal buruk seperti itu.” (Roh Air)

“Hee… Kalau begitu, kira-kira apa penyebabnya ya? Apa mungkin ada sebuah kesalahpahaman…” (Touya)


Jawaban mereka membuatnya makin rumit. Kalau mereka tidak meminta tumbal, terus meminta anak Raja itu apaan dong? 


“Ah, kalau tidak salah, sekitar 500 tahun lalu, Roh Bara pernah kalau Ia menemukan orang dengan kualitas spiritual yang bagus, tapi gagal mendapatkannya. Dan karena itu juga dia sangat marah sekali sampai-sampai ingin mengajak ribut siapa saja ia temui.” (Roh Api)

“Kualitas Spiritual yang bagus?” (Touya)

“Bisa disebut juga Dependan Roh. Dia adalah orang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Roh, dan bahkan bisa memanggil dan menyatukan tubuh mereka dengan roh. Bisa dibilang mereka satu tingkat di atas Pengguna Roh.” (Roh Tanah)


Jelas Roh Tanah atas pertanyaanku. Bergabung bersama Roh di dalam satu tubuh? Jadi, kalau itu sukses, mereka bisa menggunakan kekuatan penuh Roh, begitu? 


“Jadi, yang dimaksud tumbal itu…” (Touya)

“Ia mungkin menginginkan putra Raja sebagai pengguna Roh pribadi. Karena Bahasa Roh tidak bisa didengar oleh selain Pengguna Roh, mungkin kata-kata terjemahannya menjadi sedikit berubah, seperti “berikan aku anak itu”… Ini cukup masuk akal.” (Roh Api)


Ucap Roh Api sembari menepukkan tangannya sekali. 


Jadi begitu… Ia padahal ingin bilang “Aku akan menjadikan anakmu sebagai seorang Dependan Roh, jadi pinjamkan tubuhnya” tapi terjemahannya malah jadi “Berikan ia padaku”… 

(Shiro7D: Kerjaan siapa ini?_-. Kebiasaan bikin kalimat sok singkat-jelas-padat, tapi hasilnya berubah jauh kayak ini… ‘3’)


“Begitulah…. Dan setelah itu sang Raja membuat alasan, kalau anaknya diculik oleh Negara tetangga. Tapi karena berbohong tidak ada gunanya di depan kami para Roh, karena bisa membaca emosi manusia. Jadi hasilnya mereka marah karena dibohongi …” (Roh Api)


Roh Air juga terlihat mengiyakan ucapan itu. Aku tidak tahu motif di baliknya, tapi intinya, para roh meminta anak Raja agar dijadikan Dependan, tapi mereka malah berbohong kalau anaknya sudah diculik… Mereka pasti sangat menyukai Pangeran atau Tuan Putri mereka. 


Dan karena para roh juga bisa membaca emosi, jadi ini artinya mereka juga bisa tahu niat busuk para Raja yang ingin memakai kekuatan para roh untuk menghancurkan Negara tetangga. Akhirnya roh marah dan memberi azab pada mereka. 


“Kalau saja maksud mereka tersampaikan dengan jelas, Raja saat itu pasti tidak akan berbohong.” (Roh Api)

(Ramune : Inilah kawan, pentingnya seorang Translator harus berkualifikasi, atau setidaknya tidak memakai kekuatan Google Translate secara penuh dalam menerjemahkan Bahasa asing)


Mereka tentu akan senang karena anaknya akan dijadikan seorang Dependan. 

Kalau saja ini terjadi di Dunia kami-benua barat, yang lebih paham soal sihir… Mungkin penerjemah itu akan lebih paham apa yang dikatakan Roh. Pada akhirnya, ini semua salah para penerjemah yang salah mengartikan. 

(Shiro7D: Makanya jangan baca di MTL, jadi artinya dan maknanya enggak dapat kan… ‘3’)


Oke, karena aku sudah paham apa yang telah terjadi. Jadi, sekarang saatnya aku memberitahu kebenarannya kepada kedua negara itu, dan meminta mereka berhenti bertengkat… 

Yah, kurasa pasti akan sulit. Karana bagaimanapun kecil kemungkinan mereka akan mempercainya. Dan walaupun mereka mempercainya, mereka juga tidak akan mengakuinya dengan mudah. 

Yah, pokoknya pertama-tama aku akan mencoba untuk bertemu dua Raja itu. 


***


Karena tidak pernah bertemu kedua raja itu, jadi aku meminta Raja dari Negara tetangga mereka untuk menemaniku sebagai mediator. Dan akhirnya, aku memilih Raja Alent, yang perbatasannya dekat dengan mereka. 

Alent menganggap Roh sebagai Makhluk yang Suci, persis seperti dua Negara itu dan menyembahnya. Akan tetapi Kerajaan Alent tidak pernah bertemu dengan Roh Tingkat-tinggi. 


“Kami sering kedatangan pengungsi dari dua Negara itu. Dan kami juga telah belajar agar memperlakukan Roh Suci dengan hati-hati… Omong-omong, Touya-dono, apa Anda benar-benar bisa memanggil mereka?” (Raja Alent)

“Bisa. Apa Anda ingin saya melakukannya sekarang juga?” (Touya)

“Tidak! Tidak perlu Touya-dono!” (Raja Alent)


Raja Alent yang sedang duduk di kereta golem menjadi panik, tentu saja karena roh tingkat-Tinggi ada di atas roh biasa. Jadi dia pasti akan panik kalau dia bertemu mereka sekarang.

Kereta golem ini sedang berjalan lurus menuju ke arah ibukota Dauburn, Kota Burn. Saat aku melihat ke luar jendela yang terlihat hanyalah gurun, gurun, dan gurun. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah pasir… Adanya sedikit oasis di sini mungkin menunjukkan tempat sudah tidak terjamaah oleh kekuatan roh lagi.


Omong-omong, kereta golem yang saat ini sedang kami naiki ini tidak memakai roda. Melainkan menggunakan kaki-kaki yang mirip seperti laba-laba, persis seperti kendaraan Sancho-san yang dulu kutemui. Dengan kaki kuatnya, kereta kami melaju kencang mengarungi samudera pasir. 

Setiap ujung kakinya ditempeli semacam papan agar tidak terperosok. Tapi itu membuat golem selalu begoyang dan kami sedikit kesusahan dalam menahannya. 


Dulu aku pernah melewati Dauburn dan Zadonia dengan [Fly], jadi kalau mau, aku bisa berteleportasi kesana, tapi… kalau kulakukan itu, pasti akan terjadi hal yang tidak diinginkan, jadi kami sepakat untuk berpergian menggunakan golem saja. 


Aku setuju karena proses di jalan lebih berharga daripada… ugh. [Refresh]… 


<Anda tidak apa-apa, Tuan?>  (Kohaku)

<Ah, iya. Aku sudah mengaktifkan sihir.> (Touya)


 Kohaku di wujud kecilnya duduk disebelahku, dia terlihat biasa saja, bahkan dalam kereta yang sedang goyangan hebat ini. Kalian… Para hewan panggilan tidak bisa merasakan mabuk kendaraan ya?


“Sekali lagi saya jelaskan. Meski kami pernah berinteraksi beberapa kali dengan mereka, tapi bukan berarti kami menjalin hubungan yang cukup dekat. Saya bahkan tidak tahu apakah kita nanti akan diijinkan masuk ke dalam istana atau tidak.” (Raja Alent)


Selain kami, ada empat golem (dua depan dan dua belakang) yang ikut berpergian. Jadi totalnya ada 5 kereta golem yang sedang bergerak seperti karavan. Rombongan ini membawa dua orang Raja pergi ke suatu tempat yang memiliki hubungan tidak jelas. Jadi sudah pasti membawa Kesatria merupakan sebuah kewajiban. 

Dari Brunhild, Kohaku untukku pribadi, dan Nicola-san serta lima Kesatria lainnya. Mereka ada di golem belakang… Duh, jadi khawatir mereka saat ini sedang mabuk kendaraan atau tidak. 


“Tidak masalah meskipun saya tidak disambut, karena yang penting saya bisa berbicara dengan Raja mereka. Setelah itu semuanya bergantung pada reaksi mereka… Tentu saja saya akan berusaha sebisa mungkin agar kehormatan Kerajaan Suci Alent tidak tercoreng.” (Touya)

“Anda adalah seorang Pahlawan yang mengalahkan Dewa Iblis. Jadi saya tidak akan khawatir jika terjadi sesuatu pada kami nantinya, akan tetapi raja mereka pasti juga akan menggunakan cara licik atau sejenisnya... Yah, kalau memang ada sesuatu yang akan terjadi, Negara Dauburn sudah pasti akan hancur luluh lantak karena hal itu.” (Raja Alent)


Sopankah begitu? Aku juga tidak akan melakukan hal semacam itu kok… Selama mereka tidak terlalu berlebihan! 

Tapi, melihat dari pengalaman, aku sering bertemu Raja bodoh seperti raja Sandora atau sejenisnya. Kuharap dia tidak seperti mereka. 


Golem kamipun akhirnya sampai di Burn, setelah kami melewati gerbang besar, kami langsung melaju ke istana. 

Kota ini mirip seperti ibukota Misumido, Berge, lengkap dengan bangunan dari tanah liatnya. Akan tetapi, masyarakat di sini terlihat sangat lesu. Sudah pasti ini semua karena perang dengan Zadonia. 

Anak-anak dengan baju lusuh diam di bayangan bangunan dengan wajah merenung. Negara dengan anak-anak yang tidak bisa tersenyum tidak baik menurutku… 


Istana Dauburn dibangun di dekat oasis yang besar. Bangunannya terlihat tua dan terbuat dari batu bata yang terlihat kokoh. Meski tidak terlihat elegan, tapi istana ini memiliki citra yang sedernaha dan kuat. 


Melewati gerbang istana, kereta golem terus melaju sampai akhirnya berhenti di depan taman dengan air mancur. 

Mengikuti Raja Suci, aku pun ikut turun bersama Kohaku. PANAS!! Dibandingkan dengan didalam kereta golem yang ada AC-nya, ini seperti surga dan neraka! 

Meskipun tidak sepenas Jepang saat musim panas, tapi tetap saja ini sangat panas! Aku akan mengaktifkan [Cooling] saja. Ah, ini lebih baik.

 

Setelah beberapa saat, seorang lelaki macho dengan armor kulit merah dan seorang kakek dengan baju jubah berwarna merah menghampiri kami yang baru turun dari golem. 

Di belakang mereka, terlihat prajurit dan golem Dauburn lengkap dengan tombaknya berbaris rapi. Terlihat sedang pamer. Apa ini intimidasi? 


“Selamat datang di Dauburn, Yang Mulya Raja Suci Alent, dan… Raja Penguasa Daerah Kebangsawanan Brunhild, benar?” (???)

“Benar. Nama saya Mochizuki Touya. Terima kasih sudah mau bertemu dengan kami hari ini.” (Touya)


Setelah itu, mata orang itu terbelalak seakan terkejut. 


“Ada apa?” (Touya)

“Tidak. Saya hanya berpikir Anda sangat sopan untuk seukuran Raja… ah, maafkan saya.” (???)

“Saya dulunya seorang adventurer, jadi saya sedikit tidak terkesan seperti Raja. Saya harap Anda dapat memakluminya.” (Touya)


Mata orang itu menjadi bundar, dan akhirnya tersenyum. Oh, sepertinya kesan pertama kami cukup bagus. 

Umurnya hampir mencapai 40. Rambut hitam pendek dan mata coklat, dan sisa luka di rahangnya. Ia terlihat seperti pendekar veteran. Nampaknya bukan bangsawan asli, tapi dari rakyat jelata biasa. 


“Sekali lagi, selamat datang di Dauburn. Saya Jenderal divisi satu, Glenn.” (Glenn)

“Senang bertemu dengan Anda, Jenderal Glenn.” (Touya)


Tanpa nama keluarga. Yap, dia memang naik dari rakyat jelata. Kakek di sebelahnya juga membungkukkan kepala. 


“Perdana Menteri Dauburn, Rosso Phoenix. Senang bertemu dengan Anda.” (Rosso)


Kakek itu, yang mengenalkan diri sebagai Rosso, mendorong kacamata bundarnya yang hampir jatuh. Ia seorang bangsawan, yah… dia terlihat cocok untuk jadi seorang Perdana Menteri. 

Aku tidak bisa membaca emosinya. Ia bahkan tidak tersenyum. Seolah-olah hanya mengerjakan pekerjaannya tanpa perasaan. 


“Ikuti saya. Raja sudah menunggu kedatangan Anda sekalian.” 


Mereka memandu kami masuk ke dalam. 

Nicola-san dan lainnya, termasuk Kesatria Alent dan golemnya, juga ikut bersama kami. 

Interior istana ini persis seperti luarnya, sedernaha tanpa adanya kemegahan. Namun meskipun sederhana, tapi didalamnya terasa nyaman. Tapi… bagaimana ya… seolah-olah sedang di ambang kehancuran, atau lebih tepatnya, seperti sedang direnovasi. Istana ini juga terlihat berumur. 


Yah, dari awal aku juga sudah merasa kalau Negara ini miskin. karena bagaimanapun yang mereka lakukan hanyalah perang, dan mereka berada di tengah padang pasir yang luas. Jadi sudah dapat dimaklumi kenapa mereka bisa miskin

Tak peduli bagaimana hasil negoisasi kami, setidaknya aku akan meminta Roh Api melakukan sesuatu terhadap panas ini. 


Di dalam ruangan, dua golem merah membuka gerbang. Sepertinya sampai di sini Jenderal akan mengikuti kami, akan diam dan berjaga di luar ruangan. 

Di dalam ruang, terdapat sebuah meja panjang yang dihiasi oleh bunga dan lilin. Disekeliling meja itu ada beberapa orang dengan armor merah sama seperti Jenderal, dan beberapa bangsawan. Mungkin mereka adalah para petinggi di Negara ini. 


Di salah satu ujung meja panjang itu, duduklah seorang lelaki di atas kursi megah. 

Umurnya di antara 40-50 tahunan. Kumisnya bundar, dan di atas kepalanya ada kain, persis yang dipakai oleh orang Arab. Kalau tidak salah namanya Kopiah. 

Bajunya mewah dan longgar, agak mirip pakaian wanita lengkap dengan sulaman merah dan emas, dan haramaki di depan perut besarnya. Tak lupa dengan belati emas di pinggang.

Jadi Dia Raja Dauburn, Jaharade Beer Dauburn. 

Di sebelahnya, terdapat seorang pemuda dengan baju yang sama. Ia terlihat sekitar 20-tahunan. Memakai kopiah, kulit coklat, dan bermata hitam. Membawa belati emas persis seperti milik Raja. Ia pasti sang Pangeran. 


“Selamat datang di Dauburn. Raja Alent, dan Penguasa Brunhild. Memang sedikit sederhana, tapi nikmatilah apa yang kami sediakan.” (Jaharade)


Sembari duduk di kursinya, Raja meminta kami untuk duduk. Ia tersenyum, tapi aku bisa merasakan kalau ia sedang menilaiku. Memang benar, pemuda seumuranku menjadi seorang Raja itu patut dipertanyakan. Ia jelas-jelas curiga. 

Raja Alent dan aku pun duduk di ujung meja satunya… 


“Kami sampai kedatangan dua Raja dari tanah yang jauh. Apa ada yang ingin Anda sekalian diskusikan?” (Jaharade)


Raja Dauburn langsung menanyakan poin-nya. Entah kenapa rasanya seperti mencurigai keinginan dari Raja di Negeri kecil. 

Setelah itu, aku menjelaskan isi “Perjalanan Schraff” dan alasan di balik konflik dengan Zadonia. 

Mendengar hal itu, wajah orang-orang di sebelah Raja menjadi semakin menakutkan, dan karena tak bisa menahannya lagi, salah satu Jenderal membanting tangannya di meja. 


“OMONG KOSONG! Apa Anda menjelek-jelekkan Negeri kami, Penguasa Brunhild!? Alasan negeri ini terkutuk adalah Zadonia si pencuri!” (Jenderal)

“Tunggu, ini salah paham. Ini karena Raja terdahulu salam paham akan ilham Dewa—” (Touya) 

“Dan sekarang kau malah mengolok leluhur Raja kami! Penguasa tanah sisa-sisa tahu apa…! Jangan pikir bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini!” (Jenderal)

(Ramune: oh boy, here we go again.) 


Jenderal itu menarik keluar pedangnya. Nicola-san dan Kesatria juga melakukannya… sampai aku menenangkan mereka, dan melihat ke arah Jenderal tadi.

Ia terlihat geram... hei, aku juga marah tahu! Apa maksudmu tanah sisa-sisa? 


“Sekali lagi. Yang salah menafsirkan ilham Dewa, menyebut Negara tetangga sebagai pencuri, dan membohongi rakyat adalah Raja terdahulu, bukan kalian, dan Zadonia juga melakukan hal yang sama. Saya hanya menegaskan bahwa karena sudah mengetahui kebenarannya, kalian tidak perlu berperang lagi.” (Touya)

“Berdamai dengan Zadonia!?” 

“Omong kosong! Untuk apa!?!?” 

“Kau ingin kami memaafkan mereka!?” 

(Shiro7D: Oi oi oi… Touya, dari pada eluh jelasin panjang lebar ke orang-orang berkepala kosong kayak itu. Bukannya lebih baik eluh summon langsung roh bara aja -_-)


Di tengah kekacauan itu, Raja Dauburn pun berdiri. 


“Penguasa Brunhild. Ini menarik, tapi Anda keterlaluan. Pepatah Negeri kami berkata bahwa “orang baru yang senang bergosip tidak akan hidup lama”. Artinya, orang yang ikut campur urusan orang akan mati muda.” (Jaharade)


Memang benar, Jepang juga punya kok. “Rakyat yang tidak menjerit, tidak akan ditembak”


“Zadonia adalah musuh kami. Mustahil bagi kami berdamai dengan mereka! Hanya saat mereka hancurlah musibah kami akan diangkat!” (Jaharade)

“Dan kapankah itu akan terjadi? 10 tahun? 1 abad? Tidakkah ratusan tahun berperang membuat kalian hancur? Satu-satunya yang akan menimpa kalian adalah kehancuran total Negara.” (Touya)

“Hentikan omong kosongmu!” 


Sebelum Raja sempat bereaksi, Jenderal tadi berlari ke arah kami dengan pedang terhunus. 


“Berhenti! Jenderal Jahgil!” 


Mengabaikan perintah Pangeran, orang bernama Jahgil terus berlari. 


“Kohaku.” (Touya)

<Baik.>  (Kohaku)


Kohaku yang dari tadi di sebelah kakiku, berubah ke wujud aslinya, dan mengaung pada Jeneral tadi. 


“Guhee!?” 


Terkena shockwave Kohaku, Ia terhempas ke belakang. 


Melihat Kohaku yang menjadi besar, semua anak buah Raja pun berdiri dari kursinya. 

Glenn, yang berdiri di luar, akhirnya membuka pintu dan ikut masuk ruangan. 


“Pihak anda-lah yang pertama menghunus pedang. Saya tidak akan meminta maaf.” (Touya)

“Pihakmu dulu yang memprovokasi kami!” (Jaharade)

“Ayah, hentikan semua ini!” (Pangeran)


Raja Dauburn menghantam meja dengan keras. Meski seumpama ia benar, tapi menghunus pedang itu terlalu berlebihan. Seumpama ada korban, alasan apapun tidak akan diterima. Sementara itu, Pangeran terlihat lebih bijaksana mengenai hal ini. 


“Saya tidak berniat memprovokasi Anda. Saya hanya memberitahu isi buku ini. Dan meskipun ucapan saya adalah kebohongan, apa Anda yakin Negara ini bisa bertahan? Seharusnya saya tidak boleh mengatakan ini, tapi seumpama Kerajaan Alent serius ingin berperang, Negara Anda bisa hancur dalam sehari.” (Touya)

“Oi oi Raja, jangan seret saya dalam masalah ini juga dong!” (Raja Alent)


Raja Alent yang di sebelahku hanya bisa tersenyum masam. 


Tapi itu beneran lho. Raja Alent hanya perlu bilang “sikat mereka, anak-anak!”, lalu Dauburn dan Zadonia akan hancur lebur. 

Oleh karenanya, Dauburn dan Zadonia tidak berani memprovokasi Alent. 

Dan meski mengetahui ini, salah satu Jenderal naik pitam dan menghunus pedang pada Raja Alent. Bukankah ini bunuh diri namanya. 


“Ku…” 


Raja Dauburn mengerut. Ia mungkin paham seberapa gentingnya situasi saat ini. 


Persis ucapan Silhouette-san, ia Raja yang tidak memikirkan konsekuensi. Aku juga berpikir demikian karena kabar mengatakan kalau ia dan Raja Zadonia selalu berlomba-lomba untuk mengumpat satu sama lain. Sebentar… apa ini artinya Raja Zadonia juga sama? 

Karena sudah seperti ini, langkahnya terbatas. Kalau situasinya terbalik, aku akan menghukum Jenderal, dan melakukan bersujud pada mereka agar mengampuni kami. Tapi aku yakin Raja Dauburn tidaklah sebodoh itu. 


“Tankap mereka!” (Jaharade)


Kutarik ucapanku. Apa kata “mereka” ini juga termasuk Raja Alent? 


“[Prison].” (Touya)

“Guge!?” 

“Buha!?” 


Menghantam sihir yang kuaktifkan, mereka semua terjatuh ke lantai. 

Sementara Kesatria Alent terlihat gelisah, Kesatria Brunhild, termasuk Nicola-san terlihat tenang-tenang saja melihat semua ini. Menakutkan sekali… mereka sampai terbiasa menyaksikan ini.

(Ramune : Bagi Ksatria Brunhild, kejadian ini hanya bagaikan menghadapi hari Rabu) 


“Baiklah, agar tidak semakin rumit, tolong pertimbangkan sekali lagi. Setelah ini kami akan pergi ke Zadonia.” (Touya)

“Sebentar! Apa kau akan menginvasi Negeri kami bersama Zadonia dan Alent!?” (Jaharade)

“Oh Kami-sama… KAMI DATANG UNTUK MEMBERITAHU HAL YANG SAMA SEPERTI BARUSAN. Daripada fokus pada konflik Negara lain, tolong pikir bagaimana Jenderal Negeri Anda memperlakukan kami.” (Touya)

“Gununu…! Sial…!” (Jaharade)


Dengan wajah penuh kemarahan, Raja Dauburn mengepalkan tangannya dengan kuat. Hee, di luar dugaan, ia bisa begitu ya. 

Raja Alent, yang tak kuasa menahannya, akhirnya juga angkat bicara. 


“Raja Dauburn… saya juga ingin Anda mempertimbangkannya. Hal itu tidak akan membawa petaka pada Negeri Anda. Apakah Anda akan dikenang sebagai Raja Bijak, atau Raja Bodoh… ketahuilah bahwa Anda bebas memilih satu dari dua hal itu.” (Raja Alent)


Kami berdiri, dan keluar ruangan. [Prison] yang kuaktifkan hanya bereaksi pada mereka yang emosi, jadi kami bisa keluar begitu saja. 

Sembari melewatinya, Jenderal Glenn membungkukkan kepalanya. Ternyata Negara ini masih punya orang yang bisa berpikir. Semakin bertambah alasanku untuk segera menghentikan perang ini. 

Terus berjalan ke arah kendaraan kami, terdengar seseorang berlari kencang dari belakang. 


“Tunggu dulu!” (Pangeran)


Kupikir prajurit, ternyata Pangeran tadi. Di belakangnya juga ada Jenderal Glenn. 


“Ada apa, Pangeran?” (Touya)

“Tolong maafkan ayah saya. Dan… saya punya permintaan. Jika Anda benar-benar akan pergi ke Zadonia, ijinkan saya untuk ikut rombongan Anda!” (Pangeran)

“Eh?” (Touya)


Mendengar ucapannya, aku pun melirik Raja Alent, yang ternyata juga sama terkejutnya. Bagi orang Dauburn, Zadonia adalah wilayah musuh. Kenapa kau ingin melakukannya? 


“Pangeran Akim. Kami pergi ke Zadonia untuk memberitahu hal yang sama. Hampir pasti reaksi mereka akan sama dengan yang ayah Anda tunjukkan. Dan meski begitu, apa Pangeran Akim akan tetap mengikuti kami?” (Raja Alent)

“Saya paham akan hal ini, Raja Alent. Akan tetapi, saya ingin menghentikan perang ini. Agar itu terjadi, saya harus mengetahui Negara seperti apa Zadonia itu, saya yakin pasti ada beberapa orang yang sama-sama ingin menghentikan perang, dan berdamai.” (Pangeran Akim)


Hee. Ia terlihat lebih dewasa dari yang kuduga. Saat aku melirik Jenderal Gleen untuk mengkonfirmasinya, ia juga mengangguk. Sepertinya ucapan Pangeran bukanlah bualan semata. 


“Apa nantinya tidak akan ada berita seperti “rombongan Alent dan Brunhild menculik Pangeran”?” (Touya)

“Anda mengkhawatirkan itu sekarang? Bukankah tindakan barusan juga sama saja seperti mendeklarasikan perang lho!?” (Raja Alent)


Ucap Raja Alent dengan lirih. Ah, benar juga. Yah… aku juga berpikir demikian. Tapi itu semua karena mereka dulu yang mengajak keributan barusan (‘3’). 


“Baiklah, kami mengerti. Apa Jenderal Glenn juga mau ikut sebagai pengawal? Tidak ikut pun kami tetap akan melindunginya kok.” (Touya)

“Kalau Anda tidak keberatan, saya akan mengikuti Pangeran.” (Glenn)


Baiklah. Sebelum ada yang mengganggu, aku menjentikkan jari, dan membuka [Gate] di bawah kaki semua orang. 

Setelah itu, kami sampai di tempat yang sama seperti tadi, bedanya… sekarang adalah salju, salju, dan salju. Semuanya terlihat putih, membuat mataku… Agh, dingin sekali! 

Aku pun segera mengaktifkan sihir [Warming] pada semuanya sebelum kami mati kedinginan. 

Perubahan ini terlalu ekstrim. Baiklah, karena kami sudah mengontak Zadonia, saatnya berangkat ke Ibukota Zadonia, kota Zado.

(Ramune: namanya…)


 



Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya 












3 comments: