Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 424 Bahasa Indonesia

 

TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu


Arc 29: Kedatangan Dewa Jahat

Chapter 424 : Akhir dan Akhir yang Lain

“Manusia rendahan! Berani sekali kau menceramahiku, seorang dewa yang telah hidup selama jutaan tahun! Tak tahu diri! Kurang ajar! Terimalah hukuman dewa!” (Dewa Neet)

 

Meski saat [Gladius] milikku menusuk tubuhnya, dia meraung dan menciptakan ribuan sambaran petir. Kekuatan dari setiap sambaran itu sangat hebat, dan Frame Gear dengan pergerakan lambat seperti Ortlinde Overload milik Sue dan Grimgerde milik Rin terkena serangan itu secara langsung.

 

“Apa kalian berdua baik-baik saja?”(Touya)

“Aku baik-baik saja. Tapi dinding barierku telah rusak sekitar 40%.” (Sue)

“Milikku juga sama. Kami hanya bisa menahan satu kali serangan lagi.” (Rin)

 

Dinding barier yang terpasang pada Reginleiv dan Valkyria lainnya akan secara otomatis menahan serangan yang datang. Tapi bukan berarti dinding tersebut tidak bisa rusak. Jika serangan yang datang melebihi batas yang bisa ditahannya, maka dinding tersebut pasti akan hancur dan pada akhirnya menghilang.

Dinding tersebut dibuat dengan menggunakan sejumlah besar kekuatan sihir. Itu berarti serangan yang dilancarkan oleh dewa jahat tadi cukup kuat.

Serangan petir itu terlalu cepat untuk dihindari menggunakan [Teleport]. Selain Sakura, yang lainnya masih belum terbiasa menggunakan sihir transisi sehingga akan sangat sulit untuk menghindarinya.

 

“Trik murahan! Kalau begitu coba terima ini!” (Dewa Neet)

 

Seragan laser ditembakkan dari setiap jari yang ada di keenam lengan dewa jahat. Tiga puluh laser menyerang kami dari berbagai arah.

 

“Guh!” (Hilda)

“Kyaa!” (Linze)

“Uh!” (Yae)

 

Hilda, Linze, dan Yae terkena laser tersebut secara langsung. Meskipun barier mereka tidak hancur, tapi mereka terdorong ke belakang akibat serangan itu dan membuat keseimbangan mereka goyah. Kalau begitu mereka akan terus terkena serangan laser tersebut dan bariernya tak akan bisa bertahan. Gawat!

 

“[Stardust Shell]!” (Sue)

 

Ortlinde Overload milik Sue berdiri di hadapan semuanya dan dari tangan kirinya keluar beberapa cahaya berbentuk bintang.

Cahaya tersebut kemudian berubah menjadi barier pelindung dan menangkis laser yang datang menyerang.

Dan saat laser-laser tersebut berhenti ditembakkan, Ortlinde Overload kemudian menembakkan lengan tangan kanannya dengan kecepatan tinggi.

 

“[Cannon Knuckle Spiral]!” (Sue)

 

Lengan yang ditembakkan itu terlihat seperti panah emas dan dengan telak mengenai leher dewa jahat. Dan meskipun hanya sedikit, tapi sebagian dari zirah yang menutupinya telah hancur. Lengan kanan itu kemudian kembali ke Ortlinde.

 

“Rasakan itu!” (Sue)

“Lancang sekali kau! Aku masih bisa mentolerir bocah tengik yang di sana itu! Tapi kalian, kalian manusia rendahan berani menyerangku? Tak bisa dimaafkan! Aku tak akan memaafkan kalian!” (Dewa Neet)

 

Dewa jahat kemudian melepaskan sejumlah kekuatan surgawi berwarna pelangi dari seluruh tubuhnya dan dibarengi dengan teriakan, dia menembakkan petir ke segala arah.

 

“Kau bukan lagi seorang dewa. Kau hanyalah dewa jahat yang terlahir di dunia ini. Kau bahkan berada di bawah dewa bawahan!” (Touya)

“Berisiiiik!” (Dewa Neet)

 

Keenam telapak tangan dewa jahat masing-masing bersinar merah, biru, hijau, coklat, kuning, dan hitam. Cahaya itu....

 

“Dia akan menembakkan sihir atribut! Hati-hati!” (Rin)

 

Suara Rin terdengar olehku. Tak lama kemudian, sebuah bola api super besar di tangan yang bersinar merah, badai es dari tangan yang bersinar biru, tornado dahsyat dari tangan yang bersinar hijau, bebatuan yang jumlahnya tak terhitung dari tangan yang bersinar coklat, laser dari tangan yang bersinar kuning, dan asap hitam yang menyerupai hantu jahat dari tangan yang bersinar hitam ditembakkan ke arah kami.

Semuanya mengambil gerakan menghindar untuk menghindari laser yang pertama kali mencapai kami. Kemudian bertahan dari bola api, badai salju, tornado, dan batu menggunakan [Shield] dan [Reflection], dan terakhir kami menggunakan [Teleport] untuk menghindar dari asap hitam yang sepertinya membawa kutukan yang mirip seperti [Energy Drain].

Laser itu kemudian meledakkan gunung yang berada jauh di belakang kami, bola api membakar tanah, dan badai es membekukan air.

Ini benar-benar sudah seperti bencana alam. Karena dia memang dewa jahat, kurasa sudah sewajarnya kalau dia mencoba menghancurkan dunia ini.

 

“Aku adalah dewa! Keberadaan yang abadi dan hebat! Satu-satunya dewa di dunia ini, dan satu-satunya yang akan menguasai semuanya! Itulah sebabnya kalian semua harus berlutut di hadapanku! Itu adalah kewajiban kalian!” (Dewa Neet)

“Aku sudah lelah melihat semua ini... jangan buat aku mengatakannya sampai berulang kali. Kau bukanlah dewa, dan tak ada alasan bagi kami untuk berlutut di hadapanmu. Pada akhirnya, kau hanyalah makhluk yang kerjanya hanya mengkhayal!” (Touya)

 

Yah, tak ada gunanya lagi untuk berbicara padanya. Kata-kata sudah tak bisa lagi menyadarkannya. Bahkan aku mulai merasa kasihan padanya.

Dia tidak bisa menyadari bahwa dia tidak diakui. Dialah yang benar, semua orang salah. Mereka yang tak bisa memahaminya tidak kompeten. Jelas sekali kalau begitulah jalan pikirannya saat ini.

Rasanya seperti melihat amukan anak kecil. Apa dia sama sekali tak pernah belajar selama ribuan tahun sebagai dewa bawahan? Sudah berapa tahun yang dia sia-siakan.

 

“Kasihan sekali.” (Touya)

“Berisik! Dasar makhluk bodoh yang berani menentang dewa!” (Dewa NEET)

“...kau. mungkin kau sama sekali tak menyadarinya. Tapi saat ini kau sedang berada di bawah pengaruh semua emosi negatif manusia. Amarah, benci, iri. Kau hanya menjadi panik karena didorong oleh semua emosi negatif tersebut.” (Touya)

“Aku.... sama seperti manusia? JANGAN BERCANDA!” (Dewa Neet)

 

Beberapa duri ditembakkan dari ekornya ke udara. Duri-duri tersebut kemudian meledak dan menjadi duri-duri lebih kecil yang mungkin berada di dalam duri-duri besar tadi dan kemudian menghujani kami.

Bentuknya sama seperti serangan bom kluster yang ditembakkan oleh kelas penguasa.

 

“[Prison]!” (Touya)

 

Aku segera mengaktifkan sihir barier. Kalau sebelum ini, [Prison] pasti akan hancur karena kekuatan surgawi dewa jahat. Tapi sekarang, setelah melapisinya dengan kekuatan surgawi berwarna platinum milikku, barier itu sama sekali tak bergeming dihapadan hujan duri ini.

Yang lainnya juga melindungi diri mereka masing-masing dengan menggunakan sihir pelindung. Tapi tiba-tiba dewa jahat mengayunkan keenam lengannya ke atas.

Dengan seketika, sejumlah besar serbuk emas keluar dari duri-duri yang telah menancap di tanah dan menyerang semua orang kecuali aku yang telah terlindungi oleh [Prison].

 

“I-Ini...”

“Apa ini?”

“Kuh! Tubuhku... tiba-tiba terasa lemas...”

 

Frame Gear yang lainnya ditutupi oleh serbuk emas dan membuat mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tahan. Di saat yang bersamaan, aku juga mulai merasa pusing. Ini kan...

 

“Kuhahahaha! Menyakitkan bukan? Itu adalah [Racun Pembunuh Dewa] yang telah kusimpan di dalam tubuhku! Pertama-tama aku akan memberikan siksaan dan perlahan-lahan membunuh dependanmu. Setelah itu, untuk bocah keparat yang berani menentang dewa—“ (Dewa Neet)

“Tutup mulutmu...” (Touya)

 

[Racun Pembunuh Dewa]? Kau akan membunuh Yumina dan yang lainnya? Dewa idiot yang turun ke dunia dan mengamuk seperti bocah idiot hanya karena dia tak bisa menjadi dewa sungguhan lalu mengatakan kalau dia ingin merebut orang-orang yang berharga bagiku?

Mana mungkin hal seperti itu bisa kumaafkan. Jangan bercanda. JANGAN BERCANDA!

 

“Jangan bercanda dasar brengsek! Kau hanyalah dewa NEET sialan yang bisanya hanya menyalahkan orang lain dan dengan bodohnya melampiaskan amarah bodohmu ke berbagai tempat!” (Touya)

“Sialan, kau masih berani mengejek—“ (Dewa Neet)

 

Kekuatan surgawi yang keluar dari tubuhku meluap dan semakin lama semakin besar, dan pada akhirnya meledak.

Setiap pembuluh darah di tubuhku terasa dialiri oleh kekuatan, dan aku merasa setiap pori-pori di tubuhku mengeluarkan kekuatan surgawi. Cahaya berwarna platinum seperti kobaran api melahap seluruh rasa pusing yang tadinya kurasakan dalam sekejap.

 

“A-Apa-apaan dengan jumlah kekuatan surgawi itu?” (Dewa Neet)

“Ubah Mode : Pedang Besar.” (Touya)’’

 

Sekali lagi keempat puluh delapan belati yang mengelilingi Reginleiv bersatu menjadi sebuah pedang besar berbentuk segitiga sama kaki. Ini masih terlalu kecil. Aku butuh pedang yang lebih besar untuk menghabisi sampah itu.

Saat aku berpikir begitu, kekuatan surgawi berwarna platinum berkumpul di sekitar pedang dan membuatnya menjadi semakin besar.

Kekuatan surgawiku memadat, dan sebuah pedang besar berwarna platinum yang indah pun terbentuk. Aku bisa merasakannya. Kalau ini adalah pedang yang tercipta untuk mengalahkan kejahatan dan akan bisa membinasakan dewa jahat itu untuk selamanya.

Ini... ini adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dengan menggunakan kekuatan surgawi, kan?

Rasanya aneh. Cara untuk menggunakan kekuatan ini tiba-tiba saja datang dalam pikiranku seolah itu adalah hal yang wajar. Rasanya seperti kekuatan ini memang sudah sejak awal menjadi bagian dari diriku.

 

“Ti-Tidak mungkin! [Artifact Creation] dalam sekejap? Tapi hanya dewa peringkat tinggi yang bisa—“ (Dewa Neet)

“Aku akan memusnahkanmu dari dunia ini!” (Touya)

 

Reginleiv memegang pedang itu dengan sangat mudah, dan dengan kecepatan melebihi kecepatan yang pernah ditunjukkan oleh Reginleiv, aku pun maju dan menebas salah satu tangan dewa jahat itu.

 

“Guugyaaaaa!? Apa-apaan rasa sakit ini?” (Dewa Neet)

 

Lengan yang tadinya kupotong berubah menjadi debu dan jatuh ke tanah.

Aku pun mendarat dan memotong ekor dewa jahat dengan tebasan vertikal. Ekor berwarna pelangi itupun dengan mudah terpotong.

 

“Gigyaaah! Bocah sialan! Dasar brengsek!” (Dewa Neet)

“Berisik sekali. Bukankah kau dewa yang hebat? Coba tahan serangan ini dengan ‘kehebatanmu’ itu. Atau apa mungkin dewa yang kau bicarakan itu adalah sosok menyedihkan yang terus saja meraung seperti yang kau lakukan?” (Touya)

“Aku akan membunuhmuuu!” (Dewa Neet)

 

Dewa jahat kemudian mencoba menangkap Reginleiv dengan menggunakan lengannya, tapi mana mungkin aku membiarkannya menangkapku begitu saja. Sebaliknya, aku memotong beberapa jarinya saat dia mencoba menangkapku.

 

“Gyaaaah! Sialan, dasar sialan! Kenapa? Kenapa hal seperti ini terjadi padaku, yang telah bekerja pada para dewa selama ribuan, bahkan puluhan ribu tahun? Apakah satu dunia saja tak cukup? Apa para dewa sepelit itu dan tidak mau memberikan bahkan satu dunia kecil dan tak berharga seperti ini kepadaku?” (Dewa Neet)

“Mungkin dunia ini kecil dan tak berharga bagimu, tapi bagi kami, dunia ini adalah satu-satunya tempat tinggal kami. Karena kau tak bisa mengerti hal seperti itulah kenapa kau tak pernah, dan tak akan pernah bisa menjadi dewa yang sesungguhnya.” (Touya)

 

Dia hanya memikirkan sebuah dunia sebagai sebuah alat untuk memuaskan dirinya. Baginya orang-orang yang berusaha keras untuk hidup di dunia ini tak lain hanyalah sebuah bonus yang bisa diganti kapan saja dia mau. Sudah pasti tak akan ada seorang pun yang mau menyembah dewa semacam itu.

Kami-sama dan para dewa lainnya tidak terlalu ikut campur dalam urusan di dunia. Itu karena mereka percaya kepada orang-orang yang hidup di sini. Meskipun dunia ini dalam bahaya, atau bahkan hancur sekalipun, mereka pasti akan belajar dari kesalahan dan terus berusaha untuk menjadikan dunia menjadi lebih baik. Itu karena para dewa percaya kepada mereka.

Para dewa yang sesungguhnya sangat berbeda dengannya yang beranggapan bahwa orang-orang yang hidup di dunia ini sebagai makhluk yang bodoh.

Dia bahkan tak bisa memahami perasaan mereka. Seseorang sepertinya tak pantas mendapat predikat sebagai dewa.

Aku juga sebenarnya masih belum bisa menjadi dewa yang sesungguhnya. Akan tetapi aku tak akan pernah mengambil langkah yang sama dengannya. Demi semua orang yang telah kutemui dan telah banyak membantuku dalam menempuh jalan ini.

 

“[Copy]” (Touya)

 

Pedang yang mengeluarkan sinar terang berwarna platinum itu kemudian terlepas dari genggaman di tangan kiri Reginleiv lalu menjadi dua. Kemudian menjadi empat, delapan, hingga akhirnya menjadi empat puluh delapan pedang suci besar yang mengitar Reginleiv seperti satelit.

Aku tidak tahu soal sihir non-atribut [Copy]. Hanya saja aku tahu bisa menggunakannya. Mungkin ini juga bagian dari kemampuan [Artifact Creation] yang dikatakannya tadi. Yah, terserah deh.

Tangan kanan Reginleiv kemudian menunjuk ke arah langit. Kemudian ujung ke-empat puluh delapan mengarah ke arah dewa jahat.

 

“Si-Sialan! Apa yang ingin kau lakukan dengan semua itu? Hentikan! Hentikan hentikan hentikan hentikan henti—“ (Dewa Neet)

“Maaf, aku enggak dengar. [Claiomh Solais].” (Touya)

 

Keempat puluh delapan pedang besar itu kemudian terbang ke arah dewa jahat seperti misil dan meninggalkan jejak cahaya berwarna platinum.

Bahu, dada, lengan, kaki, perut, kepala. Pedang-pedang suci itu menusuk dewa jahat tanpa kenal ampun.

 

“Gaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!” (Dewa Neet)

 

Sambil meneriakkan teriakan kematian, seluruh tubuh dewa jahat mulai retak. Terlebih lagi, pedang-pedang suci itu masih terus melancarkan serangan dan membuat retakannya semakin besar.

Dewa jahat kemudian membungkukkan badannya ke belakang, mungkin karena rasa sakit yang tak tertahankan. Lalu terjatuh ke belakang.

Pedang-pedang suci yang menancap di seluruh tubuh dewa jahat saat dia terjatuh terlihat seperti batu nisan.

 

“Aku... dewa... yang hebat dan... maha kuasa.” (Dewa jahat)

 

Salah satu pedang suci kemudian pecah menjadi dua belas bola kristal, lalu kembali ke posisi mereka di belakang Reginleiv. Di saat yang sama, empat puluh tujuh pedang suci yang menancap di tubuh dewa jahat menghilang seperti kabut di pagi hari.

 Bersamaan dengan hal itu, tubuh dewa jahat mulai hancur dan berubah menjadi pasir berwarna pelangi. Pasir berwarna pelangi itu juga kemudian menghilang bersama asap hitam.

Sambil melihatnya sekilas, aku pun merentangkan tanganku ke arah Valkyria yang lainnya yang masih tergeletak di tanah.

 

“[Delete]” (Touya)

 

Serbuk berwarna emas gelap yang menemppel pada mereka pun menghilang seperti permen kapas yang terkena air. Dengan begini, racun pembunuh dewa itu pasti telah berhasil dilenyapkan.

 

“Apa semua baik-baik saja?” (Touya)

“... rasanya masih sedikit lemas, tapi aku sudah baik-baik saja... maaf, pada akhirnya kami tetap saja bergantung pada Touya-san...” (Yumina)

“Tak masalah. Lagian, kali ini juga seperti tes promosiku sebagai dewa.” (Touya)

 

Brunhilde milik Yumina perlahan bangkit. Yang lainnya juga perlahan bangkit mengikutinya. Sepertinya mereka tidak menerima luka yang serius.

 

“Kalau begitu, mari kita akhiri pertempuran ini.” (Touya)

 

Aku pun meraih smartphone di konsol Reginleiv dan menekan icon ‘kontak’ untuk menghubungi yang lainnya.

 

***

 

“Tak mungkin! Dewa telah dikalahkan? Manusia seperti apa Mochizuki Touya itu? Ini tidak mungkin terjadi!” (Yura)

 

Yura berdiri bengong di [Nifhleim] dunia terisolasi yang telah dibuatnya.

Ini seperti mimpi buruk. Dia mencoba mendapatkan kekuatan dewa, menguasainya sesuka hatinya, dan menaklukkan dunia ini. Ambisinya untuk suatu saat bisa menguasai tempat kelahirannya, Phrasia, dengan kekuatan itu kini hilang seperti gelembung yang pecah.

Dimana dia membuat kesalahan? Dewa yang terlahir setelah memberi makan kepompong dengan mengorbankan banyak manusia, telah dikalahkan begitu saja.

Apa mungkin seperti yang telah dikatakan oleh Mochizuki Touya, bahwa dewa itu adalah dewa dengan peringkat paling rendah? Apa dia sebegitu bodohnya percaya pada perkataan dewa itu dan merasa senang setelah mendapatkan senjata pamungkas yang paling hebat dan ternyata semua itu hanyalah kesalahpahamannya saja? Pasti akan sangat memalukan jika memang seperti itu. Yura merasa kesal atas kebodohannya itu dan kemudian memukul dinding barier.

Kepalan tinjunya itu pun mulai kehilangan warnanya.

 

“Apa?” (Yura)

 

Berkah dewa mulai menghilang dari tubuhnya. Tubuh Yura mulai berubah warna menjadi warna arang.

Bersamaan dengan itu, [Niflheim] juga mulai hancur. Tentu saja, seseorang yang sudah tidak memiliki kemampuan surgawi tak akan bisa mempertahankan sebuah dunia yang bahkan mampu memenjarakan dewa.

Di gambar yang diproyeksikan di udara, varian di seluruh penjuru dunia juga mulai berubah warna.

 

“Kalau begini terus, rencanaku bisa gagal.... sialan! Kalau sudah begini, bagaimanapun caranya aku harus bisa kembali dengan selamat ke Phrasia dan membuat [Penguasa] muda itu menjadi boneka sebelum kembali membuat rencana selanjutnya...” (Yura)

“Kami tak akan membiarkanmu melakukan itu.” (Mel)

“Geh!” (Yura)

 

Saat mendengar suara itu, Yura berbalik dan di sana dia melihat mantan atasannya. Di belakangnya juga berdiri dua sosok Fraze kelas penguasa, yang meski tak sepaham, namun pernah berkelana bersama Yura dalam waktu yang cukup lama. Dia juga melihat seorang pemuda berambut putih yang memakai selendang di lehernya.

 

“[Penguasa]... kenapa kau bisa ada di sini?” (Yura)

“Seorang teman dari dunia lain telah memberiku informasi tentangmu.” (Mel)

 

Mel dengan santai melambaikan smartphone miliknya di hadapan Yura. Kalau hanya [Dimensional Transfer], End yang berdiri di belakangnya juga sudah sering menggunakannya. Sekarang setelah kehancuran [Niflheim], sangat mudah bagi End untuk mencari posisi Yura dengan kekuatan surgawi miliknya.

 

“Kuh!” (Yura)

“[Prisma Rose]” (Mel)

 

Mel menggunakan sulur yang tumbuh dari tangan kanannya untuk menangkap Yura—yang mencoba kabur—dan menghantamnya ke lantai.

 

“Guhah!” (Yura)

“Kau begitu keras kepala. Sekarang saatnya menghukummu, Yura.” (Mel)

 

Perkataan yang ditujukan kepadanya terdengar sangat dingin. Yura jadi teringat akan tindakan dingin tanpa kenal ampun yang sang [Penguasa] pernah tunjukkan di masa lalu. Dan itu membuatnya berkeringat dingin.

“Kenyataan bahwa aku tak menyadari ambisimu... dan itu adalah dosa bagiku. Lebih tepatnya, aku tak pernah mencoba untuk menyadarinya, jadi semua berakhir seperti ini. Hal itu telah mengakibatkan banyak sekali dunia menjadi kacau dan hancur.  Touya-san telah mengurus dan mengatasi sebagian besar hal tersebut seorang diri, tapi setidaknya, aku ingin menutup tirai kali ini dengan tanganku sendiri.” (Mel)

 

Dengan satu tangan yang masih menahan Yura, Mel kemudian mengangkat tangan yang satu lagi, dimana sulur kristal baru telah tumbuh ke atas. Di ujung sulur tersebut, sebuah bilah mirip parang telah berkilau akibat terkena cahaya.

Yura mencoba mengaktifkan [Supreme Crystal Armaments], tetapi tubuh berwarna arangnya yang telah kehilangan berkah dewa dan karakteristik Fraze tidak bereaksi. Akhirnya dia sadar bahwa apa yang telah menunggunya adalah “kematian yang sia-sia” dan itu membuatnya gemetar ketakutan.

 

“Tu-Tunggu! Wahai [Penguasa]! Mohon ampunanmu! Mohon berikan aku kematian terhormat di Phrasia sesuai dengan tradisi kita!” (Yura)

“Kematian terhormat apa yang kau maksud itu? Tak ada gunanya memohon. Setidaknya hancurlah dengan indah!” (Mel)

“Tunggu! Aku mengaku salah! Aku... aku tidak sepantasnya berakhir di sini—!” (Yura)

“[Prisma Guillotine]” (Mel)

 

Bilah parang itu kemudian diayunkan dan memenggal leher Yura dan menghancurkan core yang berada di dalamnya berkeping-keping.

Tubuh Yura kemudian hancur dan mulai meleleh sambil mengeluarkan asap hitam.

 

“Tidak... seperti... ini.... a-aku...!” (Yura)

 

Pria yang pernah memimpin Fraze dan mengakibatkan banyak dunia hancur, yang menggunakannya untuk ambisi pribadinya.

Pada akhirnya, hidup pria itu berakhir dalam celah gelap di antara dimensi, tidak milik dunia manapun, dimana tak ada satupun orang yang akan mengingat namanya.

 

Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya


3 comments: