Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 447 Bahasa Indonesia

 

TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu


Arc 31: Pernikahan dan Bulan Madu
Chapter 447 : Masa Lalu dan Omake (Cerita Tambahan)



·         Mochizuki Touya (sebuah cerita dari teman SMP nya)

 

Aku bermimpi, tentang masa-masa SMP kami.

Itu adalah masa dimana aku sering nongkrong bareng Touya.

 

“Oi, Touya. Apa kau pikir ini tidak terlalu berlebihan?” (Teman A)

“Benarkah? Eh, yah, tadi aku memang merasa sangat marah, jadi kurasa aku melakukannya sedikit berlebihan.” (Touya)

“Ini... sedikit?” (Teman A)

 

Melihat pria dengan rambut gondrong pirang yang sedang terkapar sambil telanjang di hadapanku ini membuatku kasihan padanya.

Pria itu sebenarnya adalah seorang pemimpin dari geng motor yang cukup terkenal di daerah sekitar sini. Ceritanya bermula dari saat pria ini menunjukkan perilaku seperti penguntit terhadap seorang gadis.

Gadis itu memiliki seorang cowok, yang setelah mendengar kalau kekasihnya sedang diuntit, segera mendatangi si penguntit secara langsung dan menyuruhnya agar berhenti menguntit kekasihnya itu. Dia benar-benar berani ya.

Akan tetapi mana mungkin berbicara saja bisa menghentikan orang-orang seperti ini. Pada akhirnya si cowok dikeroyok oleh geng motor tersebut sehingga membuatnya terpaksa dilarikan ke rumah sakit.

Nah, si cowok pemberani itu sebenarnya adalah salah satu teman sekelas kami.

 

Kami yang datang untuk menjenguknya tak sengaja menyaksikan pemandangan dimana kekasihnya sedang merawatnya sambil menangis dan mengatakan “ini semua salahku”.

Touya, yang entah bagaimana berhasil mengetahui kejadian sesungguhnya dari gadis tersebut, segera pergi meninggalkan rumah sakit dan mulai menelepon beberapa orang dengan menggunakan smartphone miliknya.

 

“Ah, apa ini ****-san? Lama tidak bertemu. Ini Touya. Ya, cucunya Mochizuki. Sebenarnya aku ingin meminta bantuan sesuatu padamu...” (Touya)

“Eh, menyuruh bawahan Anda untuk menculiknya? Tidak tidak, tak perlu merepotkan Oyaji-san soal masalah ini. Aku hanya ingin tahu lokasinya saja. Hahaha, itu memang seperti apa yang pasti akan dikatakan oleh kakek.” (Touya)

“Sepertinya dia adalah pemimpin geng motor *******. Tidak masalah? Syukurlah.  Mengikatnya di bambu lalu menghajarnya? Sudah bukan jamannya lagi melakukan itu. Aku akan menanganinya dengan cara yang lebih pintar. Ya. Percayalah padaku.” (Touya)

 

Hei, Touya? Siapa yang kau telepon itu? Pembicaraan kalian kedengarannya menyeramkan sekali!

Tak lama kemudian, dia mendapat balasan telepon dari berbagai tempat lainnya, dan setelahnya terjadi begitu cepat.

Touya berhasil melacak tempat tinggal ketua geng motor tersebut, dengan cerdik memisahkannya dari rekan-rekannya, dan memaksanya pada situasi 1 vs 1. Yah, karena aku juga ada di sana, mungkin lebih tepat 2 vs 1 sih.

Touya kemudian menggunakan kata-kata, yang bahkan membuatku sebagai penonton merinding, dan berhasil membuat pemimpin geng motor tersebut menjadi kalap, lalu membuat perangkap dimana sang pemimpin terjebak sendiri dengan mudahnya. Kami bahkan tidak melakukan apapun. Si pemimpin geng motor itu pun pingsan dengan sendirinya.

Karena tadi dia datang menyerang kami dengan menggunakan pipa besi dan pisau, kurasa apa yang kami lakukan ini bisa dianggap sebagai pertahanan diri? Entahlah.

Setelah itu Touya menelanjanginya dan mengambil banyak foto menggunakan smartphone miliknya.

 

“...Lalu, kirim!” (Touya)

“Kemana kau mengirimnya?” (Teman A)

“Ke wakil ketua geng mereka. Dari apa yang kudengar, mereka memiliki hubungan yang buruk. Jadi jika aku mengirim ini padanya, dia pasti akan menggunakannya dengan senang hati, bukan?” (Touya)

“Uwaaah...” (Teman A)

 

Melihat Touya yang sedang tertawa jahat dengan “ku ku ku”, aku bersumpah pada diriku sendiri agar jangan sampai membuatnya marah seumur hidupku. Meskipun dia terlihat seperti siswa SMP biasa, namun ternyata isinya sangat mengerikan. Padahal biasanya dia sangat pendiam dan tipe pria serius yang pasti akan mundur kalau ada masalah.

Setelah itu, si pemimpin tersebut kemudian dikeluarkan dari gengnya dan tak bisa hidup tentram di kota ini. Pada akhirnya dia menghilang dan pergi entah kemana. Tentu saja, kegiatan menguntitnya pun telah berhenti, tapi Touya sama sekali tak memberitahu orang lain kalau semua itu adalah karena perbuatannya.

 

“Aku tak perlu mengatakannya bukan? Aku melakukan semua itu untuk kepuasan diriku sendiri. Aku melakukannya hanya karena aku ingin melakukannya.” (Touya)

“Bukankah biasanya orang bakal ragu untuk melakukan itu?” (Teman A)

“Aku tak mau perbuatannya sampai menjadi hal yang sudah tak bisa dihentikan lagi hanya karena aku ragu-ragu untuk melakukannya. ‘Lakukanlah selagi kau masih bisa melakukannya’. Itulah yang diajarkan oleh kakekku.” (Touya)

 

Entah mengapa aku seperti mendengar “bunuhlah selagi kau bisa membunuhnya”. Sekali lagi aku bersumpah agar jangan sampai membuatnya marah.

 

 

***

 

“Hal seperti itu pernah terjadi di masa lalu.” (Teman A)

“Ah... yah, itu memang seperti apa yang akan dia lakukan. Anak itu benar-benar sudah terpengaruh oleh ayah mertua...” (Ayah Touya)

 

Ayah Touya menghela nafas sambil menjauhkan tangannya dari sketsa yang sedang dikerjakannya. Saat ini beliau adalah sensei-ku.

(tlnote : sensei di sini adalah seorang mangaka, temannya touya menjadi asisten ayahnya touya)

 

“Saat itu adalah ketika ayah mertuaku baru saja meninggal, jadi dia menjadi sedikit liar.” (Ayah Touya)

 

Sedikit? Aku benar-benar ingin mengucapkan pertanyaan itu tapi kuputuskan untuk tidak mengatakannya. Aku pun kembali pada manuskrip yang sedang kukerjakan di depanku.

 

“Kau tahu, karena pekerjaan kami berdua seperti ini, jadi Touya kami serahkan kepada ayah mertua kami. Sepertinya beliau telah membawanya ke berbagai tempat dan mengajarkannya berbagai teknik yang aneh juga.” (Ayah Touya)

 

Sensei, yang merupakan ayahnya Touya, adalah seorang mangaka. Istri beliau juga merupakan seorang pengarang buku bergambar. Mereka berdua selalu di rumah, namun mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga tak sempat untuk mengurus anak mereka. Itulah sebabnya Touya dibesarkan oleh kakeknya.

 

“Kakek Touya itu orangnya seperti apa?” (Teman Touya)

“Ayah mertua? Hmm... pokoknya beliau punya banyak kenalan. Beliau memiliki teman di berbagai penjuru dunia loh. Mulai dari dunia hiburan, dunia bawah, hingga politisi. Aku bahkan masih memiliki foto Touya saat bayi yang sedang digendong oleh mantan Perdana Menteri.” (Ayah Touya)

“Serius?” (Teman Touya)

“Aku juga pernah dengar kalau beliau pernah mengalahkan seekor beruang dengan tangan kosong, bertemu dengan alien, bahkan menghancurkan markas mafia dan sebagainya.” (Ayah Touya)

“Serius?” (Teman Touya)

“Yah, aku sendiri tak tahu apakah semua itu benar atau tidak.” (Ayah Touya)

 

Ayah Touya tertawa sambil mengatakan itu. Tapi aku tak bisa ikut tertawa mendengarnya. Yang kami bicarakan ini adalah kakek yang telah membesarkan Touya menjadi seperti itu loh. Kurasa hal yang biasa-biasa saja tak berlaku baginya...

 

“Baiklah, ayo lanjutkan pekerjaannya. Setelah aku selesai mengerjakan halaman ini, tolong kau beri tinta bagian-bagian yang kosongnya.” (Ayah Touya)

“Baik! Sepertinya kita bisa mengejar deadline tepat waktu ya.” (Teman Touya)

 

Aku pun menerima halaman baru dari Sensei. Akhir pekerjaan ini sudah bisa terlihat. Sip, ayo selesaikan!



Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya

3 comments:

  1. Badass juga kehidupan touya sebelum ke isekai.
    Kirain kek orang biasa atau otaku nolep wibu bau bawang, ternyata udah op dari lahir :v

    ReplyDelete
  2. Sifat touya ternyata turunan kakeknya

    ReplyDelete
  3. huweeee mati penasaran nungguin nikahannya harus donasi tapi gada duitt T^T

    ReplyDelete