Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 425 Bahasa Indonesia

 

TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu


Arc 29: Kedatangan Dewa Jahat

Chapter 425 : Beres-beres dan yang Lainnya

Bahkan setelah mengalahkan dewa jahat, varian di seluruh dunia masih belum menghilang. Meski perlindungan dari dewa jahat telah menghilang dari tubuh mereka dan mengubah warna mereka menjadi warna arang dan juga membuat mereka tidak bisa memancarkan kekuatan surgawi, namun mereka masih hidup.

Meskipun varian-varian tersebut telah terbebas dari kendali Yura dan dewa jahat, namun mereka masih memiliki perintah “serang manusia” yang tertanam di pikiran mereka sehingga pertarungan masih terus berlanjut.

Tapi karena mereka telah kehilangan kekuatan untuk beregenerasi dan membuat tubuh mereka menjadi keras, mereka tak berbeda dengan golem batu biasa. Varian yang tersisa di seluruh penjuru dunia mulai diberantas sedikit demi sedikit oleh orde kesatria dan petualang di berbagai negara.

Kami juga terbang ke seluruh dunia dan mengalahkan varian di berbagai tempat. Pada akhirnya, ini sudah seperti kegiatan bersih-bersih. Lebih tepatnya membersihkan hama.

Meskipun ada yang mengalami kemunculan varian di beberapa tempat di negaranya, namun ada juga negara yang tidak mengalami kemunculan satupun. Beberapa negara juga hanya mengalami kerusakan kecil, sedangkan beberapa negara lainnya mendapat kerusakan pada beberapa desa dan kota.

Dunia telah selamat, namun bukan berarti kami tidak mengalami kerugian sedikitpun. Kalau dipikir lagi, pemikiran bahwa aku bisa menyelamatkan semuanya mungkin terlalu sombong. Tapi yah, apa boleh buat kan.

Pada akhirnya, kami membutuhkan dua hari sebelum berhasil memberantas seluruh invasi dari luar dunia yang disebut varian tersebut.

Setelah itu, aku kembali ke istana dan tertidur pulas. Aku bahkan tidak bermimpi sedikitpun.

 

“Hm..?” (Touya)

 

Di luar sudah gelap saat aku terbangun. Saat aku melihat smartphone milikku, ternyata sekarang sudah jam lima pagi.

Distribusi aplikasi “Mochizuki Touya” telah berakhir. Dan meskipun aplikasi tersebut sudah memberi bantuan yang sangat besar pada kemenangan kami, tapi tangki energi sihir di Babylon sudah hampir terkuras habis. Sepertinya semuanya menggunakan aplikasi itu tanpa menahan diri. Yah, itu juga berperan penting dalam kecepatan membereskan semuanya sih.

 

“Hnggh...” (Touya)

 

Aku meregangkan badanku di atas tempat tidur, memakai jubah, lalu keluar ke beranda yang kosong.

Matahari sudah hampir terbit, dan langit juga sudah mulai terang.

Aku duduk di sebelah meja bundar yang ada di beranda dan mengeluarkan seceret kopi dari dalam [Storage].

Setelah menuangkan kopi yang masih beruap itu ke dalam cangkir, aku pun mulai meminumnya. Hm. Nikmat sekali.

 

“Apa kau bisa membuatkannya untukku juga?” (Kami-sama)

“Tentu.” (Touya)

 

Aku mengeluarkan gelas baru dan menuangkan kopi tersebut untuk Kami-sama, yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku. Aku lalu meletakkan dua kontainer yang berisi gula dan susu di meja agar beliau bisa mengambilnya.

 

“Kau sudah tidak terkejut meskipun aku muncul secara tiba-tiba, ya.” (Kami-sama)

“Entah kenapa aku sudah bisa merasakan jika Anda ingin muncul. Apa mungkin ini karena aku telah bangkit sebagai dewa?” (Touya)

“Dan juga karena yang muncul adalah aku. Itu karena kau adalah dependanku dan kita juga memiliki kekuatan surgawi dengan karakteristik yang mirip. Mungkin itulah sebabnya. Jika yang muncul adalah Dewi Cinta atau yang lainnya, kurasa kau tak akan punya reaksi yang sama.”(Kami-sama)

 

Padahal kupikir aku tak akan terkejut lagi dengan kemunculan tiba-tiba Karen nee-san dan yang lainnya, tapi sepertinya aku masih terlalu naif.

 

“Pertama-tama, mungkin aku harus mengucapkan selamat kepadamu. Kau telah berhasil mengalahkan dewa jahat yang muncul di dunia ini. Seperti yang aku, Dewa Dunia janjikan, kau akan diakui secara resmi sebagai dewa. Meskipun kekuatan surgawimu setingkat dengan dewa peringkat atas, namun posisimu hanya akan sedikit lebih tinggi dari dewa bawahan dan juga merupakan posisi terbawah dari dewa peringkat bawah.” (Kami-sama)

“Jadi aku akan mulai dari bawah, ya?” (Touya)

“Tentu saja. Aku tak bisa menunjukkan kefavoritanku padamu hanya karena kau adalah dependanku loh. Yah, dewa yang lainnya juga mengerti kalau itu hanya alasan untuk menjaga kewibawaanku, jadi mungkin kau akan cepat naik peringkat menjadi dewa peringkat atas. Yah, mungkin kira-kira setelah sepuluh ribu tahun.” (Kami-sama)

“Tapi itu adalah waktu yang cukup lama...” (Touya)

“Jangan khawatir, setelah kau melewati dua atau tiga ribu tahun pertamamu, maka waktu akan terasa cepat berlalu.” (Kami-sama)

 

Ah. Hukum Janet, ya? Aku pernah melihatnya di TV. Saat kau masih anak-anak, maka satu hari bisa terasa sangat panjang. Tapi saat sudah dewasa, maka satu tahun bisa berlalu dalam sekejap. Begitulah yang kudengar.

Bagi seseorang yang berumur 50 tahun, maka satu tahun adalah 1/50 hidupnya. Bagi seorang anak berumur 5 tahun, satu tahun yang sama adalah 1/5 hidupnya. Jadi bisa dibilang satu tahun bagi anak berumur 5 tahun akan terasa sama panjangnya dengan 10 tahun bagi orang yang berumur 50 tahun.

Mungkin itu juga karena anak kecil masih belum punya banyak pengalaman dalam hidup. Jadi saat menemukan pengalaman baru, maka hal itu juga membuat waktu yang dilaluinya terasa panjang. Dan semakin banyak pengalaman yang didapatnya saat beranjak dewasa, maka dia menjadi terbiasa dengan hal-hal tersebut dan membuat waktu terasa semakin cepat baginya. Yah, meski begitu beberapa puluh ribu tahun itu masih tidak bisa kubayangkan sih.

 

“Jadi, apa yang selanjutnya harus kulakukan?” (Touya)

“Hmm.. untuk seratus atau dua ratus tahun pertama tak masalah bagimu untuk tetap hidup di dunia ini sebagai manusia biasa. Dan jika tiba waktunya nanti, kau akan naik ke dunia para dewa dan mengurus dunia ini sambil sesekali turun ke sini.” (Kami-sama)

“Apa yang harus kulakukan saat mengurus dunia nanti?” (Touya)

 

Apa mungkin aku bisa mengurus dunia ini saat aku bahkan hampir tidak bisa mengurus negara kecilku ini

 

“Tak masalah meski kau tak melakukan apapun. Yah, jika dunia ini berada dalam bahaya atau telah berada di jalur yang salah, maka kau harus melakukan sesuatu terhadapnya.” (Kami-sama)

“Melakukan sesuatu?” (Touya)

“Seperti memberikan pedang suci pada seseorang di dunia ini lalu menjadikannya sebagai seorang pahlawan yang akan menyelamatkan dunia, atau memberi wahyu kepada para pendeta, yah seperti itulah. Soalnya ikut campur secara langsung akan membuatmu melanggar peraturan. Meski begitu, ada sebuah celah dimana kau bisa langsung turun ke dunia dengan cara berubah menjadi manusia biasa.” (Kami-sama)

 

Aku akan senang jika aku tidak perlu melakukan apapun, tapi jujur saja, aku berharap dunia ini tidak sampai berada dalam kondisi dimana seorang pahlawan dibutuhkan.

 

“Kita bisa kesampingkan hal itu dulu. Untuk sekarang, dunia ini telah diserahkan sepenuhnya kepadamu. Di saat yang sama, seperti yang telah kuberitahu sebelumnya, bahwa aku ingin dunia ini dijadikan sebagai resor bagi para dewa. Sekedar memberitahu saja, tapi sudah ada sejumlah besar dewa yang mendaftar. Kurasa mereka semua ingin mendapat kesempatan untuk bergerak bebas di dunia tanpa perlu terikat oleh peraturan.” (Kami-sama)

“Apa tak masalah? Aku bisa kewalahan kalau mereka turun ke sini dan berbuat sesuka mereka.” (Touya)

“Aku akan melakukan seleksi terlebih dahulu, jadi tak masalah. Mereka akan turun sebagai manusia, jadi meskipun mereka melakukan sesuatu, itu tak akan sampai menghancurkan dunia ini. Jadi tenang saja. Intinya, mereka hanya ingin mencoba hidup biasa saja... yah, mungkin tidak terlalu biasa, tapi mereka hanya ingin menikmati hidup sebagai manusia biasa. Bisa dibilang seperti hal ‘virtual’ yang bisa kau rasakan saat bermain video game di dunia lamamu.” (Kami-sama)

 

Ah, jadi begitu... aku mengerti maksudnya. Seperti memainkan peran pahlawan di game RPG, menjadi populer di game simulasi kencan, atau memecahkan teka-teki seperti seorang detektif dalam game petualangan... intinya mereka ingin merasakan sesuatu hal yang berbeda.

Apa mungkin mereka merasa iri kepada Karen nee-san dan yang lainnya karena bisa bersenang-senang di dunia ini?

 

“Dewi Cinta, Dewi Pedang dan juga yang lainnya akan tetap tinggal untuk membantu serta mengajarimu seperti halnya Dewa Pertanian. Kau juga akan merasa lebih baik jika begitu, kan?” (Kami-sama)

“Rasanya hal itu sudah seperti favoritisme terhadapku, bukankah itu berbeda dengan apa yang Anda katakan tadi?” (Touya)

“Hohoho, tak masalah selama tidak ada yang protes. Terakhir kali aku memiliki dependan baru adalah beberapa milyar tahun yang lalu. Anggap saja seperti kasih sayang orang tua... atau lebih tepatnya kasih sayang kakek kepada cucunya.” (Kami-sama)

 

Sejujurnya aku sangat berterima kasih akan hal itu. Tapi entah kenapa aku merasa kalau mereka hanya akan menimbulkan masalah buatku di masa depan.

 

“Yah, semua akan terjadi jika sudah tiba waktunya. Oh iya, satu lagi. Aku ingin kau mengingat hal ini. Setiap dunia pasti akan berakhir suatu hari nanti. Dunia ini tak akan ada selamanya. Tentu saja, dunia lamamu juga sama. Yang penting adalah apa yang terjadi pada dunia itu selama dunia itu ada. Bekerja keraslah, agar dewa lainnya bisa mengatakan bahwa ‘dunia itu sangat luar biasa’ saat tiba waktunya dunia ini untuk menghilang. Dan apapun yang terjadi, jangan sampai Dewa Kehancuran datang ke dunia ini untuk melakukan tugasnya.” (Kami-sama)

“Ya. Aku juga tak mau hal itu sampai terjadi...” (Touya)

“Aku yakin kau bisa menghindarinya. Kalau begitu, sampai nanti.” (Kami-sama)

 

Sosok Kami-sama menghilang seperti kabut yang menghilang saat mentari terbit. Matahari sudah berada cukup tinggi di langit dan menyinari dunia di sekelilingku.

Manajer dunia, ya... aku masih belum percaya sepenuhnya. Yah, beliau bilang tak masalah bagiku untuk tetap hidup seperti biasa selama seratus atau dua ratus tahun, jadi untuk sekarang aku akan melakukan tugasku seperti biasanya.

Pertama-tama...

 

***

 

“Mungkin yang ini lebih baik... bagaimana dengan Rue-san?” (Yumina)

“Un... aku sendiri lebih suka yang berenda. Aku juga ingin menggunakan warna Regulus.” (Rue)

“Uwah, yang ini mencolok sekali-degozaruna... tapi, apa mungkin yang seperti ini tak masalah-degozaru ka?” (Yae)

“Yang ini terlihat lebih mudah untuk bergerak, Yae-san. Yang seperti ini juga ada di Restia.” (Hilda)

“Terlalu banyak. Akan sulit untuk menentukannya. Mungkin aku pilih secara acak saja...” (Sakura)

“Sakura-chan... ini akan menjadi momen sekali dalam seumur hidup, jadi kau harus memilihnya dengan hati-hati. Bisa-bisa kau akan menyesalinya nanti.” (Linze)

“Pola? Kau tak akan memakainya, oke?” (Rin)

“Ah, bikin bingung saja!” (Elze)

 

Saat ini semua tunanganku sedang bingung sambil melihat-lihat segunung foto gaun pengantin  yang kuletakkan di atas meja.

Ini akan menjadi momen sekali seumur hidup bagi mereka. Aku mengerti tentang hal itu, tapi tetap saja aku sedikit heran melihat mereka yang terlalu ragu dalam menentukan. Yah, aku tidak sebodoh itu untuk mengatakannya pada mereka sih.

 

“Tak masalah kalau kau memilihnya dengan instingmu. Tak ada gunanya terus khawatir seperti itu.” (Sue)

 

Sue yang sedang duduk di sebelahku di sofa yang sedikit jauh dari meja mengatakan hal itu kepada mereka.

Dia sudah langsung menentukan pilihannya dan memberikan foto dengan desain gaun tersebut kepada Lapis-san. Rasanya aku ingin mengatakan padanya untuk sedikit memikirkannya lebih dalam, tapi yah, Sue memang punya sifat yang pernnah tak ragu dalam menentukan pilihannya.

 

“Sudah tiba waktunya untuk menikah, ya... dengan begini aku akhirnya bisa menyebut diriku sebagai istrinya Touya. Aku senang sekali.” (Sue)

 

Gadis yang mengatakan itu dan kemudian memelukku adalah gadis yang paling banyak berubah sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Tingginya tidak banyak berubah, namun ciri-cirinya sebagai wanita sudah mulai kelihatan.

Aku masih menganggapnya sebagai anak kecil, tapi ada kalanya hatiku dibuat deg-degan olehnya.

Yah, di dunia lamaku dia sudah berada pada usia siswi SMP tahun depan, dan mengingat usia dewasa di dunia ini yaitu dimulai sejak usia 15 tahun, maka dia sudah bisa dibilang berada di penghujung usia anak-anak.

 

“Jujur saja aku masih merasa sedikit bersalah kepada Duke Ortlinde karena telah membuat Sue menikah denganku sejak dini.” (Touya)

“Tak perlu khawatir. Ayahanda dan Ibunda saat ini sedang sangat memanjakan Ed. Yah, meski aku juga begitu sih.” (Sue)

 

Ed. Nama lengkapnya adalah Edward Ernes Ortlinde. Dia adalah adik laki-laki Sue dan juga penerus keluarga Ortlinde. Saat ini umurnya masih belum menginjak satu tahun. Dengan kata lain dia adalah adik iparku.

Saat aku menikahi Sue dan yang lainnya, aku akan mendapat banyak sekali saudara dan saudari ipar. Tapi yang usianya lebih muda dariku hanyalah Ed dan adik laki-laki Yumina, Pangeran Yamato. Kurasa akan tiba saatnya mereka akan memanggilku “aniue” atau semacamnya.

Kuharap Ed bisa menjadi tangan kanan Raja Belfast yang selanjutnya dengan baik. Tapi baik Ed maupun Yamato memiliki nama seperti orang jepang. Yah, itu kebetulan saja sih. (Tlnote : Ed dibaca Edo)

 

“Aku bisa tinggal di sini setelah kita menikah. Aku bisa bersamamu mulai pagi hingga malam. Apa kau senang?” (Sue)

“Ya. Soalnya aku lebih sedikit bersama dengan Sue dibanding yang lainnya.” (Touya)

“Selama ini aku selalu saja di rumah untuk latihan sebagai istri. Aku telah belajar memasak dan merajut. Orang bilang kalau bangsawan tak perlu belajar soal hal-hal itu, tapi aku ingin Touya memakan masakan buatanku, dan anak-anak kita memakai pakaian hasil rajutanku. Itulah sebabnya aku telah berusaha keras.” (Sue)

 

Dia adalah gadis yang selalu menyelesaikan sesuatu jike dia telah memutuskan untuk melakukannya. Saat aku berpikir soal seberapa besar tekadnya demi diriku, aku jadi semakin jatuh cinta kepadanya dan kemudian memeluknya.

 

“Tidak adil kalau cuma Sue!” (Sakura)

 

Sakura datang ke sini dengan wajah cemberut. Sepertinya dia telah memutuskan gaun pengantinnya.

 

“Apa kau sudah selesai memilihnya?” (Touya)

“Tak ada gunanya terus-terusan ragu. Daripada penampilan luar, sifat di dalam lebih penting kan? Daripada itu, aku juga mau dipeluk!” (Sakura)

 

Sakura lalu merentangkan kedua tangannya. Aku pun memeluknya sambil tersenyum kaku.

Dia punya sisi dimana dia datang dan memintaku untuk memanjakannya. Meskipun dia menyangkalnya, tapi aku merasa kalau jauh di dalam dirinya punya keinginan untuk “ingin dimanjakan oleh ayah”.

Sakura dibesarkan tanpa mengenal siapa ayah kandungnya. Itulah sebabnya dia punya ketertarikan kepada sosok seorang ayah.

Jujur saja, aku ingin mengatakan kepadanya untuk mengarahkan keinginan tersebut kepada ayah kandungnya. Terkadang aku jadi kasihan melihat Yang Mulia Raja Iblis.

Jika seseorang memiliki sifat Father complex namun tidak ditujukan kepada ayahnya sendiri, apa itu masih bisa disebut Father Complex?

Yah, tapi aku tahu kalau perasaan Sakura kepadaku bukan hanya itu saja.

 

“Sakura seperti anak manja.” (Sue)

“Tak ada salahnya ingin dimanjakan oleh suami yang lebih tua darimu. Itu hal yang wajar.” (Sakura)

 

Sakura membalas perkataan Sue. Yah, bukan hanya Sakura. Semua tunanganku kecuali Rin lebih muda dariku.

Yae dan Hilda satu tahun di bawahku, Elze dan Linze dua tahun, Sakura tiga tahun, Yumina dan Rue empat tahun, dan Sue enam tahun.

Aku sudah memutuskan untuk meninggalkan paham dunia lamaku. Tapi... apa tak masalah bagi seorang pria berumur 18 tahun untuk menikahi gadis berusia 12 tahun?

Yah, karena satu tahun di dunia ini lebih lama dibanding di Bumi, jika kita menghidungnya dengan waktu Bumi, maka Sue sudah berumur 16 tahun... tapi tak peduli bagaimanapun aku melihatnya, dia tidak seperti gadis berusia 16 tahun. Aku tak tahu apakah itu karena orang-orang di dunia ini lama tumbuhnya, atau karena dia telah menjadi dependanku.

Di sisi lain, tunanganku yang lainnya akan tumbuh hingga usia tertentu lalu kemudian berhenti tumbuh dan menjadi abadi. Intinya mereka akan sama seperti Rin yang berasal dari ras peri. Bagi Rin sendiri, sayangnya dia akan tetap seperti itu karena pertumbuhannya memang telah berhenti.

Setelah beberapa tahun, Rin mungkin akan menjadi yang terlihat paling muda di antara mereka.

 

“Jadi, apa kau sudah memutuskan kapan akan melangsungkan pernikahannya?” (Sakura)

“Dunia masih sedikit kacau saat ini. Jadi mungkin sekitar setengah tahun lagi. Ada banyak hal yang harus kita lakukan sebelum itu.” (Touya)

 

Aku menjawab Sakura yang sekarang sudah memeluk lenganku.

Rencananya, persiapan pernikahan akan dilakukan di saat yang bersamaan dengan itu. Tapi saat ini aku masih kepikiran soal apa yang harus kulakukan pada Eisengard.

Fungsinya sebagai sebuah negara benar-benar telah hancur. Dan saat ini kondisinya sudah menjadi tanah tandus seperti Yuuron. Untungnya... pohon suci masih ada di sana.

Para roh yang telah kabur dari sana akibat Racun Pembunuh Dewa juga telah kembali sedikit demi sedikit di sekitar Pohon Suci. Tak lama lagi tempat itu akan dihuni oleh lebih banyak roh.

Masalahnya adalah, siapa yang akan bertanggung jawab atas wilayah itu...

Saat ini tak ada kejadian apapun, tapi kami bisa repot kalau  orang-orang di sana mulai mengklaim bahwa mereka adalah pewaris yang sah dari wilayah itu seperti apa yang terjadi di Yuuron. Untungnya Raja Kriya Sihir tak memiliki satupun anak.

Tak akan ada apapun yang terjadi selama ketiga negara besar di sekitarnya, yaitu Kerajaan Bela Diri Raze, Kerajaan Strain, dan Kekaisaran Garudio, tetap mengawasi wilayah itu.

 

 

“Muuu.... pasti kau sedang memikirkan hal yang rumit lagi, kan? Touya sudah bekerja keras, jadi untuk sekarang kau boleh menghiraukan hal itu dan fokus kepada kami.” (Sue)

“Aku juga setuju dengan Sue. Beri kami perhatian lebih.” (Sakura)

 

Mereka berdua mulai merapal ‘perhatian~ perhatian~’. Aku tak tahu harus senang atau merasa tertekan...

Memang sih, aku jarang bersama mereka karena disibukkan oleh berbagai hal.

Karena masalah dengan dewa jahat sudah selesai, aku juga ingin menghabiskan waktu bersama mereka, tapi... masih ada banyak hal yang perlu kuselesaikan...

 

“Yah, kurasa tak masalah kalau cuma hari ini saja.” (Touya)

 

Karena saat ini kami sedang tidak bisa pergi keluar, jadi aku mengeluarkan smartphone milikku dan memproyeksikan layarnya di udara.

 

“Apa ini yang disebut ‘film’ di duniamu, Touya?” (Sue)

“Karena sepertinya yang lain masih butuh waktu untuk selesai memilih, apa kalian berdua ingin menonton sesuatu?” (Touya)

“No film seram, yes film lucu.” (Sakura)

 

Kalau tidak salah dulu aku pernah menunjukkan film horor kepada mereka dan membuat mereka semua panik. Ah, sunggu kenangan yang pahit. Rasanya aneh melihat orang-orang yang hidup di dunia dimana ada zombie dan wraith bisa dengan mudah ketakutan menontonnya.

 

“Kurasa sesuatu yang bisa dengan mudah dimengerti saja.” (Touya)

 

Smartphone yang merupakan benda suci buatan dewa ini bisa mengubah bahasa pada film tersebut menjadi bahasa yang digunakan di dunia ini. Akan tetapi meskipun masalah bahasa sudah diselesaikan, jika kontennya terlalu berbeda dengan paham di dunia ini, maka penonton selain diriku juga akan sulit untuk memahaminya. Meskipun aku menunjukkan kepada mereka soal permainan uang pada film Wall Street, aku ragu mereka akan mengerti. Tapi kalau itu kelompoknya Profesor, aku yakin mereka bisa lebih mengerti dibandingkan diriku.

Kalau begitu film komedi saja. Dan juga yang ceritanya menarik... um, kurasa yang ini saja.

Ini adaah film soal anak babi yang menjadi ‘pengembala babi’ pertama dalam sejarah. Ceritanya cukup simpel dan hangat sehingga banyak yang memberikan penilaian bagus.

(Tlnote : https://en.wikipedia.org/wiki/Babe_(film) )

 

“Oh, sudah mulai.” (Sue)

“Aku jadi tak sabar.” (Sakura)

 

Sambil duduk di antara Sue dan Sakura, aku pun mulai menikmati film pertama dalam beberapa waktu terakhir. Begini juga enak...

 

Saat melihat kami sedang menonton, tunanganku yang lain pun meminta untuk memutar ulang film tersebut. Jadi aku menuruti mereka dan memutar kembali film tersebut dari awal. Itu menjadi kenangan yang baik untukku.



1 comment: