A Rank Chapter 11
Translator | Eden |
Editor
| Shiro7D |
Proof Reader
| Shiro7D |
Chapter 11 :
Rumah yang Nyaman
Setelah itu,
entah bagaimana aku berhasil membuatnya setuju untuk menjual makanan yang
kuminta begitu saja, lalu aku pergi ke tempat kerjanya untuk menuntaskan tujuan
utamaku kemari.
Di dalam, terdapat banyak meja yang berjejer. Dan di atasnya ada banyak hasil kerajinan
kayu yang belum selesai beserta alat-alat untuk memotong seperti gergaji.
Mungkin
karena terdapat sangat banyak kayu
di sini, aku bisa
mencium aroma kayu dari tempat ini.
Di setiap
sisi dinding terdapat tumpukan kayu yang cukup panjang untuk menggapai atap.
Kurasa kayu-kayu itu dipotong dari berbagai jenis pohon yang berbeda karena
kayu-kayu itu punya nuansa warna yang berbeda mulai dari terang sampai gelap,
bahkan sebagian kayu ada yang berbentuk melengkung.
Aku khawatir
kalau tumpukan kayu itu akan jatuh, tapi nampaknya keamanannya sudah
dipertimbangkan karena bagian bawahnya sudah dikunci dengan pengaman besi.
(Eden:
Gembok kali yak?)
“Baiklah,
sekarang waktunya membahas urusan kita.”
Toack-san pun masuk ke dalam
bengkel dan mulai menyingkirkan sisa-sisa kayu yang
ada di lantai.
“Kau
benar-benar akan menjual makanan padaku setelah ini, kan?”
“Iya-iya, aku
mengerti.”
Saat aku
memastikan kalau dia akan menjual makanan padaku setelah ini, Toack-san menjawab dengan kesal.
Apakah dia
tidak berniat menjualnya padaku atau
dia hanya tidak peduli tentang hal itu yah?
Yah, yang
terpenting aku sudah
memegang ucapannya tadi, jadi mari mulai saja.
“Jadi, apa
yang kurang di rumahmu?”
Toack-san bertanya padaku sambil mengetuk
meja setelah merapikan tempat kerjanya.
Itu berarti
dia mulai berpikir serius.
“Aku tak
punya banyak benda untuk memenuhi kebutuhan hidupku saat ini. Jadi kurasa aku membutuhkan sebuah
kursi, meja, tempat tidur, sofa, beberapa peralatan makan, dan juga sebuah
lemari”
Hanya itu
yang bisa kupikirkan sekarang. Beberapa hari lagi aku mungkin akan menyadari
kalau ada banyak barang yang kurang.
“Oh. Itu akan
membuatku sibuk. Tapi kalau kursi dan meja, ada yang sudah jadi. Di gudang juga
ada beberapa lemari. Dan semuanya masih baru, kau mau melihatnya?”
“Tapi aku ingin barang yang dibuat secara khusus”
Kalau
membahas masalah uang aku jelas punya, karena itu aku mau kursi yang paling nyaman
untuk kugunakan. Aku juga mau tempat tidur yang sangat nyaman yang dapat
membuatku ingin tetap di sana saat aku bangun.
Mulai
sekarang aku akan terus tinggal di rumah itu. Karena itu aku mau menggunakan
perabotan yang bagus.
Saat aku
memberitahukan rumah yang ideal untukku,Toack mengerutkan dahi dan menggaruk
kepalanya.
“Ehm… Kalau
kau mau semua kubuat khusus, itu artinya akan memakan waktu cukup lama. Aku
juga punya pesanan lain selain pesananmu. Apa kau tak masalah tinggal tanpa ada
perabotan untuk sementara?”
“Hmm… Itu
akan sulit..."
Aku menjawab
dengan mengerutkan wajah setelah mendengar ucapan Toack-san.
Kemarin aku
cukup kesulitan melalui hari tanpa perbotan rumah. Jadi setidaknya aku ingin punya
meja dan kursi secepatnya untuk saat ini, lalu untuk tempat tidur kurasa aku
masih ingin yang dibuat secara khusus.
Mari mulai memikirkan
barang yang di perlukan seminimal
mungkin untuk saat ini, dan memesan barang-barang yang ingin dibuat
secara khusus untuk kedepannya.
“Yah, mungkin kalau hanya tempat tidur saja, aku bisa
membuatkannya secara khusus agar jadi yang paling
nyaman untuk ditiduri.”
“Ohh, kalau begitu
tolong buatkan aku sebuah
tempat tidur secepatnya. Aku tak
mau tidur di atas lantai dengan sehelai kain sebagai selimut lagi.”
Saat bangun,
aku merasakan sakit yang hebat di punggungku. Bahkan aku masih merasakannya.
Aku mau bangun dengan nyaman di pagi hari.
“Kalau begitu
kau sebaiknya membeli sofa. Harusnya bisa menjadi pengganti tempat tidur untuk
sementara.”
“Benar juga!!”
Jika aku
sudah punya sofa, aku bisa sering bermalas-malasan dan tak perlu duduk di atas
lantai.
(Eden:
-_-)
Aku
diyakinkan oleh ucapan Toack, jadi aku melihat-lihat kursi dan meja di sudut
ruangan.
Tapi selain
melihatnya, aku juga ingin duduk dan menyentuhnya agar tahu bagaimana
rasanya, jadi aku meminta izin kepada Toack-san untuk
melakukan itu.
Aku meminta izin padanya untuk berjaga-jaga agar dia
tidak marah karena menyentuhnya tanpa seizinnya.
Bahkan
pandai besi di toko senjata akan marah jika kau menyentuh pedang buatan mereka
tanpa izin.
“Ini produk
yang sudah jadi, kan? Tidak akan rusak kalau aku mencoba mendudukinya, kan?”
“Semua yang di sini adalah
barang jadi, jadi
tenang saja. Ahh, tapi
yang satu itu, salah satu kakinya akan patah. Karena sudah mulai lapuk.”
Toack mengerutkan
dahinya sambil menunjuk salah satu kursi di samping.
“Oioi, apa
itu baik-baik saja? Kepalaku tidak akan terbentur karena kehilangan
keseimbangan kalau duduk di situ kan?”
“Selain barang
itu, semuanya baik-baik saja. Itu hanya
kebetulan tercampur di sini. Selain itu
semuanya sudah aku cek.”
Aku menatap Toack
dengan curiga.
Apa dia
yakin? Aku sedikit khawatir.
Yah, aku
akan mempercayainya setelah aku memeriksanya sendiri. Jika aku melihat ada barang yang seperti itu tercampur lagi aku akan menjadikannya alasan untuk mendapat
bahan makanan yang lebih banyak darinya.
Aku mulai
dengan memeriksa kursi. Nampaknya kursi-kursi ini dibuat dari jenis kayu normal
yang berwarna terang dan lengkungan di punggung dan gagangnya dibuat dengan
sangat indah. Teksturnya sangat lembut dan rasanya nyaman.
Aku duduk
sambil merasakan sandaran kaki yang pas dan tidak ada tanda-tanda akan goyang.
“Kurasa kalau itu Toack-san… Dia pasti bisa membuat sebuah kursi yang
bagus dan nyaman walaupun wajahnya
seperti itu.”
“Wajah tidak ada hubungannya dengan membuat perabot yang bagus!”
Dengan wajah masam, Toack-san menjawab perkataan yang kugumamkan
saat duduk di kursi.
Begitukah?
Sebagai orang yang membuat perabot untuk digunakan orang lain, bukankah kau takkan bisa membuat sesuatu tanpa
memikirkan mereka? Bagaimana jika ada orang yang suka membengkokan
punggung mereka agar merasa nyaman saat mereka duduk?
Kau juga
harus menyesuaikan usia dan tinggi pelanggan, jadi kupikir mustahil untuk membuat
perabotan yang bagus tanpa memikirkan orang yang akan menggunakannya.
“…Apaan?…
Nyengir-nyengir sendiri.”
Ucap Toack
saat dia berbalik dengan tatapan kurang nyaman setelah aku menatapnya dengan
tatapan hangat.
“Tidak, aku hanya berfikir kalau kursi ini sangat nyaman”
“Itu karena kursi itu aku sesuaikan untukmu. Itu sangat pas untukmu yang tingginya hampir
sama denganku, bukan? Yah, walaupun kurasa setiap orang dewasa pada umumnya memiliki
tinggi yang hampir sama."
“Yep.
Nampaknya itu pas untukku. Mungkin aku harus meletakkannya di ruang tamu nanti”
Kebetulan sekali
aku dan Toack memiliki ukuran tubuh yang hampir sama, mari lihat apa lagi yang
akan dia sarankan padaku.
“Baiklah,
masih ada yang lain dengan jenis yang
sama di gudang, jadi aku akan membawanya kemari. Dengan begitu, aku tak perlu
membuatnya lagi.”
Ucap Toack-san ketika aku memutuskan kalau aku mau kursi
yang ini.
“Eh? Aku tak
membutuhkan satu set dengan empat kursi, karena aku tinggal sendirian.”
“Oi,
bagaimana kalau kau kedatangan tamu? Karena kau bisa dibilang sedang bergantung
pada kepala desa, bukankah lebih baik kau mengundangnya ke rumahmu untuk
menyantap cemilan sebagai tanda terima kasih karena diperbolehkan menetap?”
“Ah, benar
juga.”
Aku tidak
memperkirakannya karena aku selalu tinggal di penginapan.
Sama seperti
saat Flora mengunjungiku kemarin, tidak baik jika Ergys-san datang dan aku tak bisa mempersilakannya
duduk untuk minum teh.
Tampaknya
aku belum menghilangkan kebiasaanku yang biasanya tinggal di penginapan.
Mulai
sekarang aku akan sering mengajak Toack bersantai di rumahku.
Jadi, aku
mau rumahku bukan hanya nyaman untukku, tapi juga untuk para tamuku.
***
Tak lama
setelah itu, Toack-san membawa beberapa kursi yang sama dari gudang dan juga sebuah meja yang sesuai untuk di ruang tamu.
Tinggi
kursinya sangat cocok dengan mejanya, jadi kurasa aku akan meletakkan keduanya
di ruang tamuku.
Setelah itu
kami pergi ke gudang dan memilih beberapa laci dan sebuah lemari yang pas untuk
rumahku.
Kurasa nanti
Toack-san akan
membantuku membawanya
ke rumahku.
“Sekarang
tinggal peralatan makan.”
Aku bergumam
di atas kursi yang akan kubeli.
Kalau mulai
sekarang kursi ini akan menemaniku, aku akan membuat diriku nyaman dengannya.
“Kalau mau
peralatan makan, aku juga punya.”
“Walaupun kau
seorang pengrajin perabot?”
Aku terkejut
dengan ucapan Toack.
“Aku tinggal
di desa sekecil ini, lho? Aku tak akan bisa melewati hari-hariku tanpa membuat
barang-barang yang kuperlukan. Yah, membuat peralatan makan juga menyenangkan,
dan juga bisa menjadi latihan dasar yang baik.”
“Aku
mengerti. Apa aku boleh melihatnya?”
“Tentu, ikuti
aku.”
Aku bangkit
dari kursi dengan cepat dan mengikuti Toack-san.
Aku melihat
banyak sendok dan garpu dari kayu saat dia membuka laci di dinding. Saat dia membuka laci lain di
sebelahnya, aku bisa melihat setumpuk piring yang dipakainya untuk sarapan. Dan di atasnya, ada banyak piring dalam berbagai ukuran, mulai dari
piring datar, piring sup, piring kecil, dan bahkan terdapat cangkir yang jelas sekali dibuat
dengan handal.
“Hehh… Ini
luar biasa.”
Aku membuka
lebar mataku saat melihat ini semua.
“Ehm, Ini
tidak terlalu sulit.”
Ucap Toack
sambil menggaruk pipinya. Dia tampak sedikit malu.
Yah, aku sudah tahu ini sih, tapi dia itu memang orang yang tak mau menunjukkan jati
dirinya.
Aku menoleh
ke arah lain dan diam-diam tertawa.
Semua alat
makan buatan Toack sangat halus dan bagus. Dan saat aku memegangnya, terasa sangat nyaman.
Meski begitu, semua barang ini sangat bagus yah, sampai-sampai aku bingung
mau pilih yang mana. Bahkan aku
sempat berpikir untuk membeli semuanya.
Entah kenapa
ini mengingatkanku pada saat aku punya cukup uang dan mengganti senjataku untuk
pertama kalinya.
“Ohh,
nampaknya piring ini cocok untuk dituang sup. Piringnya bagus karena masuk
cukup dalam... dan yang ini juga... yang ini juga bagus jika saja bagian
bawahnya sedikit diperdalam.”
“… Nampaknya
kau sedang bersenang-senang”
Ucap Toack-san saat melihatku kesulitan memilih berbagai jenis
peralatan makan di tanganku.
“Hmm, iya.
Aku akan memilih yang akan kupakai tiap hari, kan? Memikirkannya membuatku
sangat senang. Lagian, semua peralatan makan buatanmu nyaman dipegang.”
“… Begitu ya.”
Toack-san memberi jawaban singkat dan
berpaling menghadap jendela.
Aku bisa
melihat wajahnya sedikit senang.
Yah, sudah kuduga
dia orang yang
tak mau jujur. Walaupun kurasa begitulah dirinya dan aku
tidak bisa membayangkan jika dia menjadi orang yang
jujur.
Aku berbalik
menghadap ke laci dan mengambil beberapa peralatan makan lagi.
“Oi, bodoh. Jangan ambil semua sendok yang
ukurannya sama, kau akan membutuhkan ukuran sendok yang berbeda agar lebih
mudah makan makanan yang berbeda.”
Hore update lagi, ditunggu min isekai smartphone nya
ReplyDelete