Maseki Gurume Chapter 8

TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu


Chapter 8 :
Archduke dan Masa Depan


Kediaman Archduke Augusto, sebuah kediaman yang tak ada duanya di ibukota.
Saat ini, sebuah perhelatan yang bertujuan untuk memperkenalkan generasi penerus pemimpin bangsa sedang dilaksanakan.

Acara ini dilaksanakan untuk membuat mereka saling mengenal.
Tentu saja, banyak desas-desus yang juga mulai tersebar.
Acara tahunan ini juga bertujuan sebagai tempat berkumpul dan mencari tunangan.
Mereka yang berasal dari kalangan bangsawan kelas rendah punya kesempatan untuk menjalin hubungan dengan kelas atas.
Jadi, perbincangan soal tunangan menjadi hal yang biasa dibicarakan sambil menikmati makanan.

[Wah, wah, lama tak bertemu, Logas-sama.]

[Oh... lama tak bertemu, Ricado. Sepertinya kau masih tetap sehat.]

Archduke Augusto tidak suka melihat anak-anak ikut terseret dalam ketamakan dan ambisi orang tua mereka.
Baginya, itu merupakan hal yang tidak masuk akal.
Meski begitu, terkadang dia harus mengalah soal hal itu dan harus menahan emosinya.

(Yang mendekat adalah Ricardo... Viscount Ricardo Lance. Dari apa yang kudengar, Earl Roundheart pernah mendidiknya. Baguslah kalau dia telah tumbuh sebagai anak didiknya.)

Archduke Augusto pun melanjutkan menikmati minumannya sambil mendengar percakapan di sekitarnya.
Meski umurnya sudah lebih dari 60 tahun, bukannya semakin lemah, Archduke Augusto malah terlihat semakin kuat.

Dan saat ini, dia hanya punya satu hal yang membuatnya khawatir.
Cucunya kesayangannya yang sangat manis, yang bahkan lebih berharga baginya dibanding seisi kota ini.

Meskipun cucunya baru menginjak usia 9 tahun, sebagai bangsawan, usia itu sudah tidak terlalu dini untuk memutuskan siapa tunangannya.
Akhir-akhir ini... pangeran ketiga kerajaan Heim, Tigule, telah menunjukkan keinginannya untuk bertunangan dengan cucunya tersebut.

Tapi saat dia membawa kabar itu pada cucunya, Krone dengan segera mengubah topik pembicaraan dan mengatakan bahwa dia tidak tertarik sama sekali.
Untungnya, itu tidak menjadi masalah besar karena sang pangeran tidak mengajukan dokumen pertunangan yang resmi. Meski begitu, sang pangeran tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah ditolak.

[Pak tua, tak peduli seberapa khawatirnya aku, masalah ini tetap tidak akan selesai.]

[Hahaha, melihat tuanku seperti ini mengingatkanku bahwa tuan memang hanya seorang manusia.]

Di sebelahnya berdiri seorang pelayan yang dia panggil dengan sebutan “pak tua”... namanya adalah Alfredo.
Dia lebih tua sepuluh tahun dari Archduke Augusto, meski begitu, dia tetap bekerja sebagai kepala pelayan meski umurnya sudah tua.

Dia adalah anak buah yang paling dipercaya oleh Archduke, bahkan hingga ke permasalahan yang tidak diketahui oleh keluarganya.

[Ayo perkenalkan dirimu, Levine. Saat kau sudah masuk ke bagian militer nanti, kau akan menjadi bawahan Grint-sama.]

[Salam kenal, Grint-sama! Namaku adalah Levine!]

[Namaku Grint. Senang berkenalan denganmu, Levine.]

[Oh... jadi ini anakmu, Ricardo... dia terlihat seperti anak yang baik.]

Melihat anak-anak itu saling berkenalan membuat Archduke tersenyum, meskipun dia menyadari bahwa telah tercipta kasta dalam hubungan mereka.

[...Eh?]

[Apa ada masalah, tuan?]

Tiba-tiba saja Archduke mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak enak, tapi dia tak tahu apa itu.

[Ah... begitu. Alfredo.]

[Ada yang bisa aku bantu?]

[Kudengar anak yang akan dibawa keluarga Roundheart memiliki rambut cokelat.]

[Ya. Aku dengar juga begitu.]

[Maaf mengganggu Anda Tuan Archduke Augusto, ada sesuatu yang ingin saya laporkan pada Alfredo-sama.]

[... Aku permisi sebentar, Archduke.]

[Tak masalah. Kalian bisa membicarakannya di sini.]

Melihat situasi yang tak biasa ini, Archduke Augusto berpikir untuk mendengarkan mereka.

[Baik... Nyonya dari keluarga Roundheart, Olivia-sama dan anaknya, meminta izin untuk memasuki taman.]

[Apa kau bilang? Pesta ini diselenggarakan olehku, Archduke. Apa Olivia-dono mengatakannya meski dia tahu soal itu?]

[Ti-Tidak... yang mengatakannya adalah Ain-sama.]

[...Tunggu, sepertinya ada yang salah. Jika aku tak salah, Ain adalah putra tertua mereka, kenapa dia tak ada di ruang pesta? Dan juga, kenapa sang istri Olivia-dono juga tidak ada di sini? Alfred...]

[Karena Anda memutuskan hanya satu anak yang boleh hadir hari ini, keluarga Roundheart memutuskan bahwa si adik, yang akan menjadi penerus keluarga lah yang akan hadir hari ini.]

[Ho? Lalu, kenapa mereka datang ke sini? Harusnya mereka tahu kalau hanya istri dan anaknya yang boleh hadir.]

Archduke Augusto memberi pandangan tajam pada Alfredo, seakan bertanya apa ada yang aneh? Apa dia telah melakukan sesuatu yang tidak sopan? Atau sebenarnya mereka yang tidak sopan? Itulah yang sedang dipikirkannya.
Meski begitu, Archduke mengenal wanita bernama Olivia, dan dia juga tahu kalau Olivia bukanlah orang yang tidak sopan.

[Sebenarnya aku juga tidak tahu soal itu... lanjutkan penjelasanmu.]

[Baik! Soal undangannya... tidak... sepertinya bagian yang bertugas memberi pemberitahuan telah membuat kesalahan.]

[Lanjutkan.]

Pandangan Archduke membuat suasana semakin tegang. Archduke Augusto terkenal sebagai orang yang paling tegas dan tidak toleran terhadap ketidakadilan di kerajaan ini.
Tentu saja, dia juga sangat tegas terhadap dirinya sendiri.
Meski begitu, masih ada sebagian darinya yang terlalu lembut jika itu menyangkut cucunya, tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu dia beritahu.

[...Undangannya sampai pada mereka, tapi sepertinya pihak pemberitahu lupa memberi catatan yang mengatakan bahwa hanya satu anak yang diperbolehkan menghadiri acara. Itulah sebabnya Earl Roundheart membawa kedua anaknya sesuai jadwal.]

[...Lalu, kenapa bukan anak tertua yang masuk?]

[Alfred-sama, apa saya boleh memberitahukan percakapan yang telah terjadi?]

[Tentu saja. Ini adalah perintah dari Tuan Archduke.]

[Kalau begitu, izinkan saya memulainya dari awal... Earl Roundheart sadar mengenai hal ini saat tiba di tempat dan menjadi bingung soal apa yang harus ia lakukan, setelah itu beliau mendengar bahwa pilihan yang baik adalah memilih anak dari istri keduanya... Itulah sebabnya, Grint-sama terpilih karena dia akan menjadi penerus keluarga tersebut.]

Archduke Augusto pun mengerti setelah mendengar hal itu.

[Dan sebagai ibu dari anak tertua, Olivia-dono tentu saja menolak untuk masuk bersama mereka.]

Olivia, istri pertama keluarga Roundheart dikenal lemah lembut layaknya malaikat, dan merupakan wanita yang disebut sebagai idola kota pelabuhan, itulah sebabnya Krone sampai mengaguminya.

[Begitu, ya. Jadi, apa Olivia-sama mengatakan bahwa dia ingin melihat taman milik Archduke?]

[Setelah semua kejadian itu, tentu saja aku akan mengizinkan mereka. Setelah menghukum orang yang bertanggung jawab, aku akan mengirimkan permintaan maaf resmi pada mereka... Kalau begitu, aku juga harus memberi mereka pemandu saat berkeliling.]

Alfredo, kepala pelayan Archduke akan menjadi pemandu yang bagus karena dia bisa menyelesaikan tugas itu dengan sempurna. Jabatannya juga tidak akan membuatnya terlihat tidak sopan.
Oleh sebab itu, Archduke memutuskan untuk menugaskan Alfredo sebagai pemandu mereka.

[Tidak, bukan Olivia-sama, melainkan anak tertua keluarga Roundheart, Ain-sama yang memintanya.]

[Hoo...]

Archduke merasa sedikit tertarik dan ingin bertanya pada anak tertua itu tentang apa pendapatnya soal anak kedua yang merebut haknya.

[Ain-sama mengatakan ini :
(Aku sangat tertarik melihat taman milik keluarga Archduke ini. Daripada menghadiri pesta, aku penasaran apakah aku boleh melihat isi taman ini saja?)]

[Hahaha... begitu ya...]

[Anak tertua itu tidak kalah sebagai seorang bangsawan... tidak, bahkan sebagai manusia.]

[Aku setuju, Alfredo.]

Apakah kebetulan? Atau jika tidak, dia bahkan menjaga martabat penyelenggara acara saat dia meminta hal itu.
Bicara soal posisi, Archduke juga suka berbicara dengan cara yang tidak membuat pihak lain merasa tidak nyaman.

[Apakah saya boleh meneruskannya? Mungkin karena dia memang ahli dalam interaksi dengan orang, atau dia memang terlahir sebagai seorang pemikat wanita...]

[Lanjutkan.]

[Dia bilang begini :
(Ada banyak sekali bunga yang secantik dirimu, bu. Maaf kalau aku lebih memilih untuk melihat mereka daripada menghadiri pesta. Aku sangat senang jika kau tidak kecewa dengan anak sepertiku ini.)
Saat saya mendengarnya, saya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan saat melihat kemampuan Ain-sama. ]

[Hahaha... pemikat wanita, ya... bagus sekali.]

[Archduke, kurasa aku memang harus menjadi pemandu untuk pria sepertinya.]

[Aku setuju denganmu, Alfredo.]

[A-Alfredo-sama yang akan menjadi pemandu mereka?]

[Itu untuk menunjukkan rasa terima kasih kita. Baiklah, Alfredo, tunjukkan tamanku pada mereka.]

[Kakek?]

Bagi Archduke, itu adalah suara yang akan selalu dikenalinya dimanapun dia berada.
Dengan rambut panjang berwarna biru muda yang indah miliknya, cucu kesayangan Archduke, Krone pun mendekat.
Dia telah memberi sambutan sebagai penyelenggara acara menggantikan Archduke.

[Aku tak sengaja mendengar cerita yang sangat menarik.]

[Jadi kau mendengarnya, ya, Krone?]

[Ya. Alfredo?]

[Ada yang bisa saya bantu, nona?]

Krone pun meminta tanpa merasa bahwa apa yang dilakukannya sebagai sebuah kesalahan.

[Aku akan memandu Olivia-sama. Tak masalah, kan?]

[No-Nona?]

[Krone, kau ingin menjadi pemandu mereka?]

Archduke tak bisa menyembunyikan keterkejutannya pada hal yang tak disangkanya itu.
Soalnya, ini soal cucunya yang bahkan tak peduli pada orang lain.
Tapi kemudian Archduke mengingat bahwa Krone sangat mengidolakan Olivia.

[Apa kau sangat ingin berbicara dengan Olivia-dono?]

[Ya. Tak ada masalah, kan?]

Krone bersikeras memintanya.
Dan sekali lagi, Archduke dengan kelemahannya, rasa sayangnya pada cucunya sangat terlihat jelas, oleh sebab itu, usaha Krone tidak menjadi sia-sia.

[Hei, kau yang di sana.]

[Y-Ya!]

Krone memanggil Ksatria yang bertugas sebagai resepsionis, orang yang datang melapor soal Ain.

[Maaf membuatmu menunggu lama. Cepat beritahu Olivia-sama bahwa izin telah diberikan.
Mereka diperbolehkan untuk memasuki taman, tapi dengan seorang pemandu. Cepat pergi.]

Alfredo dan Archduke melihat ksatria yang sudah pucat itu.
Archduke telah menunjukkan tanda menyerah tanpa mengubah ekspresi di wajahnya. Alfredo juga tidak mengatakan apapun.

[Ka-Kalau begitu, saya mohon pamit dan segera memberitahu hal ini pada mereka.]

[Cepatlah.]


[Ini bukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pemeran utama pesta ini.]

[Sejak awal aku memang sudah tidak suka dengan pesta ini, setiap kali aku menghadiri pesta selalu saja “Cantik sekali”, atau “rambutnya indah sekali”... aku merasa mereka hanya menganggapku sebagai pajangan saja. Aku jadi muak.]

[Yah, aku mengerti perasaanmu, Krone... tapi tetap saja...]

[... Keluarga kita telah tidak sopan pada Olivia-sama, jadi sudah sewajarnya jika kita bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Meski begitu, kita malah menugaskan seorang pelayan sebagai pemandu mereka. Bukankah itu hanya akan semakin mempermalukan kita?]

[Hahaha... Archduke, sepertinya Krone-sama sudah semakin tegar...]

Archduke pun terlihat kecut setelah mendengar perkataan Alfredo. Dia tak bisa memikirkan jalan lain karena itu adalah sebuah kenyataan yang tak bisa dibantah lagi.

[Jangan katakan apapun lagi, Alfredo. Aku tahu.... Jangan sampai terluka, Krone.]

[Tentu saja kakek. Aku sayang kakek.]

Wajah Archduke kembali rileks setelah mendengar hal itu.
Dalam hatinya, dia sudah tak peduli lagi tentang apapun yang akan terjadi selanjutnya... setidaknya itulah yang dipikirkannya.

[...Archduke?]

[Ada apa, Alfredo?]

[Tidak... Tuan?]

[Maaf... Tapi tolong mengertilah.]

[Aku tahu apa yang Anda pikirkan, tapi kurasa semua akan baik-baik saja. Ini bukan hal yang tidak adil yang akan mencuri waktu menyenangkan di hari tua Anda.]

[Haha. Aku bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang berbakat.]

Dia merasa senang saat melihat Krone yang berjalan sambil melompat kecil menuju ke tempat Olivia-dono dan anaknya untuk meminta maaf.
Dengan begitu, Archduke pun merasa yakin.
Dia khawatir pada cucunya, tapi dia tak ingin menghentikannya.

***

Di sore hari, setelah pesta telah selesai, cucunnya menunjukkan sebuah Kristal Bintang padanya dan membuat seluruh keluarga terkejut.
Dan saat dia melihat Krone, yang menunjukkan wajah seorang wanita yang sedang jatuh cinta dan bergumam [Ain...], Archduke pun dipenuhi perasaan yang tak bisa dijelaskan.

Meski begitu, cerita ini tidak berakhir begitu saja... Saat sedang duduk di sebelah Krone, sebuah pesan darurat pun tiba.

[Maafkan atas kelancangan saya, tapi ada keadaan darurat! Istri pertama keluarga Roundheart, Olivia-sama... telah meminta perceraian dari Logas-sama! Dan sepertinya beliau telah pergi ke rumah orang tuanya tanpa menunggu jawaban!]

Saat itu, Alfredo berpikir bahwa situasi yang sedang terjadi di keluarga Roundheart akan menjadi semakin kacau... Archduke pun mengerti soal itu.
Tapi sepertinya kejadian yang lebih mencengangkan juga akan segera terjadi di keluarga Archduke.
Soalnya Krone, yang terkenal cantik, tegas, dan pintar itu telah jatuh cinta untuk pertama kalinya... jadi Krone pasti akan melakukan sesuatu.
Dan itulah yang paling dikhawatirkan oleh Archduke.

[...Kakek? Bukankah Ain berasal dari kerajaan ini? Kemana Ain dan Olivia-sama pergi?]

Dia yakin bahwa semua ini akan segera menjadi masalah besar.
Soalnya, kerajaan tempat tinggal orang tua Olivia adalah...









5 comments: