Saturday 18 August 2018

Evil God Chapter 54


TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu

Chapter 54 :
Prolog


[Semuanya 10 koin tembaga Briton, atau 7 koin tembaga Scottyard]

Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh pelayan saat aku memesan teh.
Mata uang Scottyard tetap digunakan meskipun itu di ibukota Kerajaan Briton.

Jika dilihat sekilas, kota ini terlihat sangat damai, namun dampak keributan tersebut masih ada.
Ini adalah masalah yang serius.

Tapi pada akhirnya, masalah ini harus diselesaikan oleh negara ini.
Aku juga memiliki masalahku sendiri.

Aku memegang sebuah surat kabar.
Di satu halaman surat kabar tersebut, kasus Bank Briton tertulis dengan sangat detil.
Di situ juga disertakan fotoku.
Saat itu kupikir tak masalah jika aku terlihat sedikit mencolok.
Namun setelah informasinya beredar, aku mendadak menjadi terkenal.

[Fufufu… para manusia sepertinya mulai menyadari kehebatan Ashtal-sama.]

Adrigori terlihat puas saat membaca surat kabar tersebut.
Yah, pendapatnya itu bukan dari sudut pandang dewa iblis, melainkan dari sudut pandang manusia.

[Meskipun tidak ada ketakutan dalam pikiran mereka, tapi nanti saja kita permasalahkan soal hal itu.]

Terdapat tumpukan surat kabar di depan Adrigori.

[Jadi, untuk apa tumpukan surat kabar ini?]
[Ini untuk dibagikan pada rekan kita yang menunggu di Kuil Kegelapan. Seluruh dewa iblis yang berada di Rhodan memutuskan untuk membelikan mereka surat kabar hari ini.]

Adrigori terlihat senang.

Yah, aku juga merasa tidak enak untuk mengirim kembali para “pasukan bertopeng” tanpa memberi mereka kesempatan.
Oleh sebab itu, aku memberi mereka izin untuk berekreasi. Tapi apa yang mereka lakukan?



[Hei, hei, bukankah orang yang ada di cafe itu Ashtal yang muncul di surat kabar?]

Aku mendengar percakapan dua orang wanita di kejauhan.
Hari ini aku sudah beberapa kali mengalami kejadian seperti ini.
Mereka pasti sedang melakukan pembicaraan rahasia.
Tapi kami bisa mendengarnya menggunakan evil ears.

[Eh, dimana?]
[Itu di sana!]
[Iya! Dia adalah petugas bank legendaris yang telah menyelesaikan kerusuhan di Rhodan.]

Hal seperti itu telah tertulis di artikel surat kabar.

Berbagai surat kabar menggunakan sebanyak mungkin kalimat pujian untuk memujiku.
Seorang pahlawan yang menyelamatkan mereka dari keputusasaan.
Penyihir keuangan.
Seorang pria yang membawakeajaiban.
Luar biasa tampan?

Yah, aku tidak terlalu mempermasalahkannya.

[Kenapa dia disebut legendaris?]
[Coba baca artikel ini. Dia muncul dengan gagah berani, bertindak sebagai presiden bank selama satu hari, kemudian lenyap. Itulah sebabnya dia disebut legendaris.]
[Tapi bukankah sekarang dia ada di sana?]

Sepertinya hanya satu orang yang terlihat antusias.

[Terus, dia juga keren.]
[Eh? Bukankah dia terlihat di bawah rata-rata?]

Oi! Siapa yang kau sebut di bawah rata-rata?

[Di surat kabar juga disebutkan, kan? Kalau dia “Tampan luar biasa”]

Terkadang, jika kau melihat idola dari dekat, mereka tidak setampan yang kau kira.
Tapi karena mereka menjadi idola, maka orang akan melihat mereka sebagai orang yang tampan.
Pasti begitulah yang terjadi saat ini.
Tapi tentu saja, ada juga wanita yang tak mudah terpengaruh oleh hal seperti itu.

Mereka berdua lalu pergi sambil melakukan pembicaraan seperti itu.

Adrigori yang juga mendengar percakapan itu, berbisik padaku.

[Aku jadi ingat, dulu kita mencoba merayu wanita di tempat ini, kan?]
[Ah, aku tak terlalu ingin mengingat kejadian itu.]
[Kurasa kita akan berhasil kali ini. Keberuntungan sepertinya sedang berada di tangan kita.]
[Tidak. Itu hanya akan membuat mentalku lelah.]

Suasana ini pasti akan segera berlalu.
Semua akan kembali tenang setelah beberapa saat.
Hingga saat itu, aku hanya perlu menahan keributan ini.

[Anu…]

Aku mendengar suara seseorang.

[Ya, ada apa?]
[Bo-Boleh minta tanda tangan?]

Dengan wajah memerah, seorang gadis kecil memberiku sebuah kertas untuk ditanda tangani.

Ta-Tanda tangan?
Aku tak pernah memikirkannya.
Untuk sementara, aku membuat namaku dengan tulisan yang sama saat aku mengukir senjata Jiemi.

[Te-Terima kasih!]

Gadis kecil itu kemudian segera berlari.
Sepertinya dia sedang bersama teman-temannya di pojok ruangan.
Aku mendengar beberapa suara seperti “kyaa” dan “enaknya…”

[Aku juga mau tanda tangannya.]
[Aku tak akan memberimu tanda tangan. Yang lebih penting, ayo segera pergi ke tempat lain.]

Lagipula cuaca sedang cerah.
Aku ingin bersantai di teras cafe. Tapi sepertinya aku tidak bisa tenang kalau terus seperti ini.
Saat kami berdiri, seorang wanita berpakaian rapi berlari ke arahku.

[Ah, ternyata ada di sini. Aku sedang mencarimu, Presiden.]

Dia adalah pegawai baru bank, Martha.
Dia terlihat terengah-engah.

[Aku sudah tidak menjabat sebagai presiden.]
[Kalau begitu, presiden honorer.]
[Memangnya ada jabatan seperti itu?]

Aku takjub saat membalas perkataan Martha yang terlihat sedang bersemangat dari gerak tubuhnya.

[Yang lebih penting, sesuatu yang serius telah terjadi.]
[Apa lagi kali ini?]
[Kita di panggil ke istana kerajaan. Katanya Yang Mulia Raja ingin menyampaikan rasa terima kasihnya.]

Martha terlihat bangga.
Yah, kurasa itu adalah reaksi normal bagi seorang rakyat yang dipanggil oleh rajanya.
Tapi aku tidak tertarik pada raja.

[Kalau begitu, suruh saja presiden ke sana.]
[Ada satu masalah lagi. Mereka bilang jika Anda memiliki uang sebanyak itu, mereka ingin Anda meminjamkannya untuk pemerintah. Bagaimana kita akan menjelaskan tentang masalah ini?]

Martha terlihat kebingungan.
Yah, bilang saja kalau kita sebenarnya tak punya uang sebanyak itu.
Apakah raja akan kecewa dengan penjelasan itu, atau malah menjadi marah?
Sepertinya aku tak bisa menyerahkan tanggung jawab untuk menjelaskan tentang hal itu pada orang lain.
Terlebih lagi, informasi ini harus ditangani dengan hati-hati.
Terutama masalah mengenai pemerintah Briton.

[Baiklah. Aku akan segera ke sana.]

Aku menjawabnya lalu segera menuju Bank Briton.
Adrigori berpisah denganku karena dia harus mengantar surat kabar itu.

***

[Bertemu dengan Yang Mulia Raja memang bikin gugup.]

Presiden dari Bank Briton, Ben, telah menungguku dengan memakai pakaian formal.
Dia menyeka keringat karena kegugupannya menggunakan sapu tangan.
Aku juga mengganti pakaianku dengan pakaian formal.

[Kurasa kau akan baik-baik saja. Kau hanya perlu hadir dan bersikap sopan. Lagipula, bukankah kau memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan sejak generasi kakekmu?]
[Hahaha… akhir-akhir ini, hubungan itu sudah semakin memudar.]

Ben menunjukkan senyuman kecut.

Yah, beberapa waktu yang lalu Bank miliknya sedang merosot… Apa boleh buat.

Aku membawa Ben bersamaku lalu berpindah ke istana Kerajaan Briton, Wolic.








Sebelumnya || Daftar Chapter  || Selanjutnya

6 comments: