Monday 11 March 2019

Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 284 Bahasa Indonesia


TranslatorRamune
Editor
Ramune
Proof Reader
Mizuki Hashima


Arc 27: Dunia Kebalikan

Chapter 284: Latihan, dan Terjun Bebas



Situasinya malah jadi aneh begini. Apa anda tidak masalah dengan ini, Duke Rembrandt?(Touya)

Di tengah perjalanan menuju tempat latihan Orde Ksatria Paluf, aku bertanya pada Duke Rembrandt yang berjalan di depanku.

Aku ingin mendengar pendapatnya tentang “Aku yang melakukan latihan tanding dengan anak perempuannya yang masih berusia 10-tahun”.

Tidak masalah kok. Sebagai Ayahnya, Saya sangat mengetahui betapa kuatnya anak itu. Akan tetapi, kekuatan itu juga yang membuatnya menjadi sedikit sombong. Jadi demi masa depannya yang lebih baik juga, saya sangat berharap Baginda dapat menghilangkan sifat sombongnya itu.(Donovan)

Kupikir para ksatria tidak berani mengajaknya berlatih atau menegurnya karena statusnya sebagai tunangan Raja, tapi sepertinya itu tidak benar.

Sepertinya, di setiap dunia pasti akan ada seseorang yang dianggap sebagai jenius. Akan tetapi, hal ini tidak akan baik untuk mereka jika sudah menjadi sombong pada saat masih anak-anak.

Ada banyak kasus di mana seseorang yang terlalu percaya diri akan kekuatannya menjadi orang yang sombong dan suka merendahkan orang lain. Namun, untuk orang yang tidak mempunyai rasa percaya diri sama sekali juga sebuah masalah, seperti Raja bocah itu lakukan.

Meskipun Duke berkata tidak masalah, tapi… bukankah aku nanti akan dibenci olehnya? Yah, walaupun tidak dibenci, aku rasa image-ku akan tetap hancur karena menang melawan seorang bocah. Namun, aku juga tidak bisa membiarkannya menang.

Saat kami sampai di tempat latihan, Rachel sudah melakukan pemanasan. Ia ganti baju ke seragam yang mirip kaos sepak bola yang mudah digerakkan, dan sekarang sedang mengayun-ayunkan pedang kayu dengan gerakan bagus. Antusiasnya meluap-luap.

Tidak ada pilihan lain. Kurasa aku harus menyiapkan diri untuk dibenci dan beraksi layaknya lawan asli. Karena kalau dipikir-pikir, aku sudah mendapat izin dari orang tuanya.

Walau begitu, ia tetaplah bocah, jadi aku tidak akan terlalu melukainya.

Tempat latihan ini sepertinya ditutupi barir sihir level-atas yang fungsinya menahan serangan dari dalam agar tidak sampai keluar.

Setelah mengkonfirmasi hal ini, aku pergi ke depan Rachel yang telah menunggu dari tadi dan mengambil sebuah dahan kecil yang ada di tanah.

Raja… apa maksudnya perbuatan anda?(Rachel)
Ini senjataku. Sudah cukup untuk melawan orang selevelmu.(Touya)
…!! Tolong jangan menyesal nanti!(Rachel)

Oya, dia malah marah. Yah, tidak masalah. Karena kami sedang latihan, marahnya akan menjadi hal yang merugikan. Sepertinya bangsawan bocah ini mudah diprovokasi.

Di tengah kami, ada seorang ksatria muda yang menjadi wasit.

Apa kalian siap? Baiklah, mulai!(Ksatria)

Rachel langsung mencoba menusukku saat ksatria itu memberi sinyal. Ia cukup cepat. Aku langsung menghindarinya dan memukul kepalanya dengan ranting tadi.

?!(Rachel)

Jangan langsung menuju lawan tanpa tahu bagaimana pergerakannya. Dan kalau kau mau melesat seperti barusan, lakukan itu setelah mempersiapkan serangan lain.(Touya)

BAN! Rachel pun menjaga jarak dengan melompat ke belakang. Ia mengangkat tangan kirinya dan mulai merapalkan sebuah sihir.

Ya elemen Api! Buatlah sebuah tombaki api suci! Fire Spear!(Rachel)

Sebuah tombaku api pun melesat dari tangan kirinya. Mengagumkan sekali, bisa menggunakan sihir seperti itu di umur 10, tapi… ini keterlaluan.

Aku melompat ke kanan dan menghindari tombak itu. Sihir itu pun menghilang saat menabrak barir yang ada di belakang.

Sangat mudah untuk memperdiksi serangan sihir tipe tombak. Kecuali kau menggunakannya untuk mengejar orang, kurasa kau bisa menggunakannya lebih baik dengan rencana yang matang, seperti merapalkannya setelah pergerakan lawanmu tersegel dengan sihir tipe ikat.(Touya)

Kuu…!(Rachel)

Sambil mengerutkan jidat, Rachel melesat lagi dan menyiapkan pedangnya. Saat ia melakukannya, aku pun mengaktifkan sihir tertentu.

Slip.(Touya)
Ugyaa!?(Rachel)

Aku mendekatinya yang jatuh dengan cukup keras dan sekali lagi memukul kepalanya dengan ranting yang kupegang.

Ta-tadi itu kebetulan! Tidak dihitung!(Rachel)

Maaf kalau ini mengecewakanmu, tapi kau jatuh karena sihirku.
Sihir yang “membuat lawan terjatuh”. Sihir ini bisa dianggap sebagai sihir terkuat. Tergangung dari caya menggunakannya.
(Touya)
(Ramune: Saat baca ini, aku ingat Kagome dari Inuyasha bisa menggunakannya.
Sihir ini memang yang terkuat~)

Sihir kuat bukan hanya yang memiliki daya hancur. Aku ingin ia berpikir seperti itu.

N-noooa!(Rachel)

Ia langsung berdiri dan mencoba menebasku. Serangannya cukup bagus. Ia juga menggabungkan pengetahuannya. Untuk ukuran bocah 10 tahun, ia sangat jenius.

Akan tetapi, aku menghindarinya dan beberapa kali menebasnya dengan keras.
Latihan hidup-dan-mati dengan Dewi Pedang yang kulakukan setiap hari itu bukan lelucon belaka. Aku tahu tempat yang mudah diserang.

Aku penasaran apa ini yang Moroha-nee-san rasakan saat melatihku.

Ya elemen Bumi! Jeratlah, sebuah kutukan tanah! Earth Bin!(Rachel)

Oh?(Touya)

Pasir keluar dari tanah dan menjerat kaki sampai lutut. Apa barusan ia mengalirkan kekuatan sihir sambil mengayunkan pedang?

Ya elemen Angin! Buatlah sebuah tombak petir lotus putih! Thunder Spear!(Rachel)

Oooh? Jadi ia menyerang sesuai dengan apa yang kuberitahu, yah. Berdasarkan kelakukannya, ia anak yang patuh. Tapi taktik ini bukan satu-satunya solusi.

Ya elemen Air! Buatlah pelindung pertahanan spiral! Aqua Shell!(Touya)

Tombak petir tadi pun terserap pelindung airku dan menghilang. Yah, intinya aku menggunakan sihir itu sebagai penahan.

Yaaa!(Rachel)

Seakan-akan memilih waktu yang tepat, Rachel melesat ke arahku. Itu berbahaya.

Aku pun menebas tangan yang memegang pedang itu sambil menghindari serangannya.

Uguu!(Rachel)

Sudah kuberitahu! Jangan menyerang dengan membabi buta! Kenapa sih kau ini?(Touya)

Diam! Tebasanmu lemah, serang aku dengan benar dong! Dari tadi kau ini cuma  menghindari saja!(Rachel)

Cara bicaranya berubah. Daripada berubah, aku yakin kalau ini lah sifat aslinya. Ia akan menunjukkannya di pertandingan.

Yah, kalau itu maunya, aku akan menyerangnya dengan benar.

Ya elemen Angin dan Air! Buatlah kabut berhalilintarkan es! Vortex Mist!(Touya)

Ugyaaa!?(Rachel)

Rachel menabrak kabut itu, menjadi kaku dan terjatuh di tanah. Aku menahan diri agar rasanya tidak terlalu sakit.

Apa ini? Sihir ini?(Rachel)

Ini adalah sihir kombinasi. Yakni kombinasi antar Air dan Angin yang membuat kabut berisi petir.(Touya)

Sihir kombinasi?! Aku tidak pernah mendengarnya! Licik sekali kau!!(Rachel)

Walau kau berkata licik, mau bagaimana lagi. Okelah, aku akan menyerangmu dengan sihir biasa.

Ya elemen Bumi! Hempaskan sebuah batu tanah bumi! Stone Bullet!(Touya)

Kuu!(Rachel)

Rachel memutar tubuhnya dan menghindari batu itu yang merupakan sihir level-menengah dari atribut bumi. Saat ia mau menghadap ke arahku, aku langsung menembakkan batu ke-2.

Awas!(Touya)

Haa!(Rachel)

Sekali lagi!(Touya)

Tungg~!(Rachel)

1 lagi!(Touya)

Oii!? Kenapa kau terus menembakkannya! Kau bahkan tidak merapalkannya! Bukannya ini aneh?!(Rachel)

Omong-omong tentang rapalan, mereka hanyalah hal yang berfungsi membantu mengaktifkan sihir tertentu. Sebenarnya, seseorang bisa menghilangkan rapalan itu kalau terus mengalirkan kekuatan sihirnya ke formula sihir yang ada di tubuhnya. Akan tetapi mustahil untuk menembakkan sihir lain dengan cara ini karena akan membatalkannya.

Sementara itu, Rachel menghindari batu yang kuhempaskan satu persatu dengan wajah ketakutan. Fuhaha, menarik sekali.

Slip!(Touya)

Ouch?! Sakit~?!(Rachel) 

Ada 1 batu yang berhasil menabrak jidatnya yang membuat bocah itu jatuh ke balakang. Walaupun aku menahan diri, mungkin tetap sakit ya.
Sekarang matanya mulai basah.

Yah, seperti itu caranya. Akan bagus kalau kita segera mengakhiri latihan ini,…(Touya)

Aku masih belum kalah!(Rachel)

Hohoho, apa itu benar, Rachello?(Touya)

Belum kalah yah, apa ia tidak paham sudah berapa kali aku menebasnya? Ia pasti sudah mati kalau ini pedang asli. Walaupun aku sudah menahan diri, ia sudah seperti ini.

No-o-o!!(Rachel)

Rachel memegang erat pedang kayunya dan berlar ke araku. Aku menangkis dan mengubah serangannya ke kiri dan kanan sambil berpikir apa yang harus kulakukan dengannya. Sepertinya bocah ini tidak mau menyerah dengan serangan setengah-setengah seperti ini. Hadeh… malah tambah ruyam, yah. 
Kalau itu maumu, oke, akan kuladeni. Persiapkan dirimu Rachello.

Serangan selanjutnya akan mengakhiri semuanya!(Touya)

Bagus! Aku tidak tahu apa yang mau kau lakukan, tapi aku tidak akan kalah dengan…(Rachel)

Gate.(Touya)

Eh?(Rachel)

Saat ia terus mencoba menyerangku, aku membuka gate di bawah kakinya dan wajahnya pun membeku layaknya sebuah batu. Di saat yang sama, aku mendengar jeritan hebat dari atas langit.

Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!???!?!?!(Rachel)

Rachel terjun bebas dari ketinggian 500 meter. Aku mengimbuhkan sihir angin agar ia tidak terbawa arus angin, jadi ia pasti akan jatuh di tempat ini.

R-Racheeeeeellllllll!!!!(Ernest)

Seperti yang diharapkan dari Raja bocah, wajah Rachel bertambah pucat saat si Raja bocah melihatnya jatuh ke bawah.

Hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!(Rachel)

Ya elemen Angin! Berhembuslah dan tahan dengan sorotan Angin!
Whirlwind + Levitation!
(Touya)

Aku melambatkan kecepatannya dan ia pun berhenti tepat 1 meter di atas tanah dengan sihir penahan. Ini lah akhir dari terjun bebas dari seorang jenius di dunia lain.

…Ah……! Fuu…. Haa…(Rachel)

Mau menyerah?(Touya)

Badan Rachel kejang hebat sambil membuka-menutup mulutnya, tapi ia masih bisa mengangguk. Seperti yang kuduga, terjun bebas barusan sangat efektif….tapi buruk. Aku kelewatan…

Ya elemen Air! Mengalirlah dan bersihkan dengan sumber mata air! Waterfall!(Touya)

Hiyaa!?(Rachel)

Tiba-tiba air mengalir deras dari atas kepalanya. Sekujur badannya pun basah dalam sekejap.
Melihat aksiku barusan, semua orang yang melihat kami memiringkan kepala, tapi wajah Rachel memerah dan menyembunyikan wajahnya saat aku menurunkannya.

Uwaaa. Apa ia takut ketinggian? Pasti menakutkan… Ia langsung duduk di genangan air agar orang-orang tidak mengetahuinya. Apa ia tidak pergi ke kamar mandi sebelum latihan berlansung?

R-Rachel! Apa kau baik-baik saja?!(Ernest)

Ti-tidak apa-apa! Aku sangat tenang!(Rachel)

Rachel pun berdiri, melotot padaku, dan berlari keluar.
Uwa, aku keterlaluan… Aku punya firasat telah membebani anak di usia belita dengan rasa malu yang sulit diterima. Ini buruk, kuharap aku menghilang.

Aah…aku membuat kesalahan…(Touya)

Daripada aksiku barusan, seharusnya ada cara yang lebih pantas dan baik tuk mengatasi masalah ini. Saat aku merenunginya, ayahnya, Duke Rembrandt datang ke mari.

Sepertinya saya tidak perlu khawatir lagi. Dengan ini, seharusnya ia sudah mengetahui bahwasanya ia masih pemula dan jalannya masih panjang, karena bisa kalah dengan mudah.(Donovan)

Sa-salah, aku lah yang masih pemula… aku menyesal… kalau dilihat, tidak salah kalau apa yang kulakukan hanyalah membuli gadis berumur 10 tahun…

Saat aku melirik penonton, aku melihat senyum pahit dari wajah mereka…
Kurasa memang benar.

Raja Penguasa Brunhild tidak menahan diri pada anak-anak sekalipun,
ia adalah seorang tiran yang mirip dengan iblis berdarah dingin.
Apa yang akan kulakukan kalau sampai rumor seperti itu tersebar?

Maafkan aku, Raja Paluf. Bolehkah saya meminta anda untuk menyampaikan pemintaan 
maaf pada Rachel nanti? Ia mungkin tidak ingin melihat wajah saya lagi …(Touya)

Ah, baik. Saya mengerti. Tapi saya percaya kalau Rachel tidak marah pada anda. Ia marah pada dirinya sendiri karena tidak cukup kuat.(Ernest)

Begitu ya? Tapi bagiku kelihatannya tidak seperti itu. Tapi,
sampai dihibur oleh bocah seperti ini…aku jadi malu…

E~to, bagaimana ya… terima kasih banyak…(Cloud)

Sambil tersenyum pahit, Raja Rynie memanggilku. Yah, seharusnya aku sudah menduga reaksi seperti itu. Aku paham perasaannya.

Tapi…untuk apa sihir air barusan?(Cloud)

Aah… yah, kepalanya panas, jadi aku cuma mendinginkannya.(Touya)

Aku menjawabnya dengan kata-kata ambigu. Aku tidak bisa menjawab dengan jujur karena hal ini akan membahayakan kehormatan gadis itu.
Aku benar-benar telah melakukan kesalahan.

Baginda Raja Penguasa sangat baik, yah.(Lucienna)

Eh?(Touya)

Tuan Putri Lucienna tersenyum padaku. Are? Sejak kapan ia berdiri di samping Cloud? Apa ia tahu?

Ernest, aku akan menggantikanmu melayani Raja Penguasa, jadi temuilah Rachel.(Lucienna)

Eh, tapi…(Ernest)

Raja bocah terlihat ragu mendengarnya dan melihat ke arahku. Saat aku mengangguk, ia berterima kasih dan berlari mengikuti Rachel.

Entah kenapa ia terlihat seolah-olah ingin menghiburnya.

Baiklah, Raja Penguasa. Kami sudah menyiapkan hidangan dan teh, jadi kalau anda berkenan, tolong ikuti kami.(Lucienna)


Aku pun dipandu Tuan Putri Lucienna dari tempat latihan menuju istana. Saat kami berjalan, 
aku menyadari betapa susahnya meladeni bocah.

Kuharap aku bisa meladeni Sue, Rene, dan semua bocah yang ada di Brunhild.
Rasa percaya diriku benar-benar menghilang…


Sebelumnya || Daftar Chapter  || Selanjutnya

23 comments:

  1. Dan menurut teoriku rachel akan meminta touya untuk menjadi muridnya untuk menjadi lebih kuat apa bener begitu min

    ReplyDelete
  2. Penasaran lanjutannya...😂😂😂

    ReplyDelete
  3. Di tunggu lanjutannya min :) kalo bisa pdf nya juga :D

    ReplyDelete
  4. Nice. Emang airnya buat apa aslinya

    ReplyDelete
  5. lanjut min penasaran nih sama paruf dan rachel

    ReplyDelete
  6. Abis tuh rachel minta dijadiin murid

    ReplyDelete
  7. Akhirnya yang ditunggu. Semangat min

    ReplyDelete
  8. Ditunggu Chapter selanjutnya min

    ReplyDelete
  9. Di tunggu chapter selanjutnya min

    ReplyDelete
  10. Min update nya pas kapan aja

    ReplyDelete
  11. Makasih Min :) Semangat terus

    ReplyDelete
  12. Touya kejam,semangat min walupun di ENG nya sudah sampai 311

    ReplyDelete
  13. Semangat min nge tl ya english ya uda jauh 😁

    ReplyDelete
  14. Udah nunggunya lama, yg keluar sedikit lagi. Dikebut dong min, paling gak 3 chapter 1x upload

    ReplyDelete