Saturday 10 November 2018

Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 269 Bahasa Indonesia


TranslatorRamunu
Editor
Shiro7D
Proof Reader
Shiro7D


Arc 26: Apa yang Bisa Dilakukan Untuk Esok Hari

Chapter 269: Raja Budak, dan Pengambil Alih



Kereta kuda bergoyang di sepanjang jalan Kyurei, ibukota Kerajaan Sandora. Meski hanya sebatas basa-basi, aku tak bisa bilang kalau jalan yang dikeraskan ini sangat bagus, tapi sepertinya suspensi pada kereta kuda, yang khusus dibuat oleh Rosetta, telah menyerap goncangan.

Melihat jalan yang terlihat dari jendela, aku menyadari bahwa mereka telah ketinggalan jaman. Ada banyak dinding kusam dan atap yang hancur dimana-mana. Rumah kayu yang terlihat seperti gubuk tercampur diantara rumah-rumah yang terbuat dari bata merah.

Sepertinya tempat ini adalah wilayah pemukiman untuk masyarakat kumuh, tempat tinggal orang-orang yang disebut “masyarakat kelas bawah”.

Orang-orang di sini tidak terlihat bahagia(Lance)

Yah, tidak heran kalau kita melihat bagaimana kondisi kehidupan mereka.(Touya)

Lance, seorang ksatria muda, duduk di hadapanku, dan mengutarakan pendapatnya sambil melihat ke luar jendela sama seperti yang kulakukan.

Saat aku memberitahu Perdana Menteri Kousaka-san tentang rencanaku untuk pergi ke Sandora sebagai utusan, dia menyuruhku membawa orang ini sebagai pendampingku. Dia tidak mempercayaiku… Padahal aku tidak akan menggunakan kekerasan jika pihak lawan tidak mencoba menantangku duluan.

Sebenarnya, dia ingin seseorang yang seperti wakil kapten Nicola-san untuk mendampingiku, tapi pasti aneh jika orang yang jabatannya lebih tinggi dari utusan bertindak sebagai pengawal.  Itulah sebabnya kenapa aku membawa dia.

Selain Lance, ada juga empat orang lainnya bersama kami. Tapi mereka semua saat ini sedang mengendarai kuda lain yang berjalan mengikuti kami.

Aku sangat ingin segera pergi ke Sandora menggunakan [Fly] atau mantra yang sejenis, tapi sekarang aku sedang berperan sebagai [utusan Brunhild yang dipercaya untuk membawa surat protes dari suku Raja Hutan]. Itulah sebabnya aku ke sana dengan transportasi yang biasa.

Yah, meski kami pergi ke luar ibukota kerajaan menggunakan [Gate] sih.

Saat Pam memberikan surat protes pada kami, dia terlihat sangat marah seperti ingin mengatakan “Aku tak peduli apa yang akan terjadi, jadi tolong hajar Raja Sandora itu”, tapi melakukan itu hanya akan menciptakan perang antara Sandora dan suku-suku lainnya. Pam mungkin ingin ikut bersama kami, tapi dia tidak bisa melakukannya karena posisinya sebagai pemimpin suku.

Sudah kuduga, jumlah budak di sini sangat banyak… dan seperti Yang Mulai katakan. Mereka semua tidak diberi makan seperti seharusnya― Mereka semua terlihat kurus kering. Meskipun, untuk budak petarung sepertinya diberi makan dengan layak.(Lance)

Yah, soalnya mereka adalah budak yang dipakai untuk bertarung. Mereka tak akan berguna jika mereka tidak bisa bertarung saat dibutuhkan karena kelaparan. Meski begitu, mereka tetap digunakan tidak lebih sebagai perisai(Touya)

Aku bisa melihat kehadiran mereka di seluruh penjuru kota, berarti masyarakat kelas bawah juga bisa memiliki budak. Budak bertubuh besar yang menjaga toko-toko itu kemungkinan adalah budak petarung.

Ada banyak demi-human seperti beastkin diantara budak tersebut. Mereka mungkin telah dibawa ke sini dari suatu tempat. Mereka semua memakai pakaian lusuh yang telah koyak, kaki dan tangan mereka terlihat kurus dan kotor.

Oh iya, jangan panggil aku dengan sebutan “Yang Mulia”, Lance. Kita tak tahu siapa yang bisa mendengarmu nanti.(Touya)

Ma-Maafkan saya. Akan tetapi, jadi saya harus memanggil anda dengan sebutan apa?(Lance)

Saat Lance yang terlihat panik bertanya padaku, aku baru sadar kalau aku belum menetapkan nama apa yang akan kugunakan. Hmm…

Apa aku harus memperkenalkan diri sebagai Doran? Yah, itu nama ayahnya Mika-san sih.(Touya)

Hei, Yang Mulia! Aku dan Mika tidak ada hubungan seperti itu!(Lance)

Lance mengangkat wajah merahnya. Fu~fu~fu. Aku sudah tahu kalau kau sering datang mengunjungi [Silver Moon]. Aku tahu dari Karen-nee-san sih.

Yah, kurasa aku harus berhenti menggodanya. Dan juga, aku sudah dapat ide…

Bagaimana kalau aku memperkenalkan diri sebagai Robin Hood… tidak, bagaimana kalau [Robin Locksley]?

[Robin Locksley]? Kalau begitu, saya akan memanggil anda “Utusan Locksley”(Lance)

Begitulah, meski aku seahli itu pakai panah sih(Touya)

?(Lance)

Nama ini mungkin keluar dari mulutku karena aku melihat baju berwarna hijau muda yang sedang kupakai.

Aku tidak menyembunyikan penampilanku dengan ilusi dari [Mirage]. Aku hanya mengubah sedikit gaya rambut dan warna rambut dan mataku. Hanya dengan begitu saja, pihak lawan akan mendapat pandangan yang berbeda tentangku. Yah, kurasa di sekitar sini memang tidak banyak yang mengenalku sih.

Kereta kuda berjalan menyusuri area pemukiman masyarakat kelas bawah dan tiba di sebuah gerbang menuju pemukiman kelas atas.

Pasukan yang menggunakan armor kulit bagus menghalangi jalan kami dan memberhentikan kereta kuda.

Mulai dari sini, hanya orang yang memiliki izin yang boleh lewat! Darimana kalian berasal? Sebutkan nama kalian!(Penjaga)

Kami datang ke sini dari Brunhild Dukedom. Seharusnya sudah ada pemberitahuan kepada pihak negara ini soal kedatangan kami.(Touya)

Brunhild? Cih… Tunggu di sini. Aku akan memastikannya dulu pada atasanku.(Penjaga)

Penjaga tadi berbicara dengan nada angkuh sambil mengintip ke dalam kereta kuda melalui jendela lalu pergi ke bagian dalam dinding sambil mendecakkan lidahnya. 

Sikapnya pada utusan Negara lain sangat tidak menyenangkan…saya penasaran pelatihan seperti apa yang mereka terima.(Lance)

Sandora bisa dikatakan tidak punya hubungan dengan Negara lain. Sikapnya barusan itu mungkin hasil dari ketidaktahuan mereka…(Touya)

Akan tetapi, aku tetap marah kalau seseorang menunjukkan sikap bermusuhan hanya karena pekerjaannya bertambah walaupun itu memang bagian dari pekerjaanya.

Setelah menunggu beberapa saat, kami akhirnya dibolehkan masuk.

Kalian boleh pergi, tapi jangan buat keributan.(Guard)

Sikapnya masih seperti itu walaupun tahu bahwa aku utusan negara lain, yah? Ia benar-benar meremehkan kami. Secara geografis, daerah Sandora itu terisolasi, dan tidak pernah diinvasi oleh negara lain. Jadi aku bisa memaklumi kalau Sandora tidak pernah berhubungan dengan negara lain, tapi apa mungkin ia tidak berpikir untuk menunjukan kesan kepada utusan negara lain?

Saat kereta kuda kami mulai berjalan lagi, aku terkejut melihat perubahan yang sangat berbeda dari daerah sebelumnya. Jalanannya terbuat dari batu yang bagus, dan jajaran rumah terbuat dengan bata putih. Dan penduduk daerah ini berpenampilan bagus karena memakai perhiasan mahal. Mereka berjalan-jalan sambil ditemani para budaknya.

Budak mereka juga berbeda dari yang ada di daerah kelas-2 tadi –mereka tidak mengenakan baju yang lusuh, tapi seperti yang kuduga mereka masih tidak terlihat senang…

Saya pernah mendengar berita tentang perbedaan 2 daerah Sandora, tapi kenyataannya terlalu mencengkan…(Lance)

Ucap Lance sambil melihat ke luar jendela. Perbedaan daerah kelas-1 dan kelas-2 memang sangat mencengangkan.

Di ujung jalan, terlihat istana besar yang terbuat dari batu di atas lereng. Istana yang berbentuk kotak itu punya Menara di setiap sisinya, yang membuat kesan kemuliaan di sana.

Mungkin istana ini juga buatan para budak.

Saat kami sampai di gerbangnya, kami diperbolehkan masuk tanpa gangguan lagi. Apa pemberitahuannya sudah sampai ke sini? Walau penjaga gerbangnya melihati kami dengan ekspresi tidak enak sih.

Setelah turun dari kereta, kami dipandu orang berjubah dengan ekspresi tidak senang yang datang dari dalam koridor istana. Aku, Lance dan 4 ksatria lainnya dilucuti dari berbagai senjata kecuali belati kami sebelum sampai di ruang pertemuan.

Mereka sangat berhati-hati. Yah, kami kan akan menemui Rajanya, jadi aku paham maksud dari perbuatan mereka ini.

Setelah sampai di dalam ruang pertemuan, kami disuruh berlutu. Sepertinya mereka yang berbaris di dalam ruangan ini adalah ketua pelayan, dan beberapa jendral Sandora lengkap dengan budak-petarungnya yang bertugas melindungi istana. Karena jumlahnya terlalu banyak, mereka mungkin tidak akan kalah dengan 1 atau 2 pedang. Yah, kurasa perampasan senjata barusan untuk memperkuat hal ini.

Jadi, apakah kalian utusan yang menurut kabar akan datang dikirim oleh Brunhild? Kudengar kalian membawa permintaan dari penduduk Hutan Besar. Mereka sungguh merepotkan, bukan.

Lelaki botak berjubah merah dan hitam yang sepertinya adalah Perdana Menteri Sandora, mulai mengatakan sesuaatu. Cara mengatakannya terdengar sarkas.

Orang yang duduk di singgasana berkilauan di depan kami adalah orang gemuk yang sedang merokok dengan mata mengantuk. Sekilas, kupikir ia adalah seekor orc…

Orang yang berdiri di sampingnya adalah budak perempuan dengan [Kalung Budak] yang memakai baju tipis sampai-sampai terlihat hampir setengah telanjang. Perempuan itu berlutu sambil memegang asbak.

Di atas kepala Raja itu, terdapat sebuah mahkota emas. Jadi orang ini Abdul Jafar Sandora ke-3, Raja Kerajaan Sandora, yah? Tak peduli dari manapun aku melihatnya, ia tidak terlihat sebagai pemimpin yang bijak. Walau kupikir tidak baik untuk menilai orang berdasar penampilannya saja sih.

Singgasana yang didudukinya didekorasi dengan armor megah, pelindung kepala di sisinya, dan sebuah pedang di sisi lainnya. Pedang itu terlalu dibumbuhi perhiasan, tapi sepertinya masih bisa digunakan di pertempuran. Bentar, bukankah orc itu tidak akan bisa menggunakan armor di singgasana itu, bukan? Maksudku…ukurannya itu lho.

Tanpa menyuarakan isi pikiranku barusan, aku mulai bicara di depan Raja Sandora.

Nama saya Robin Locksley. Maafkan saya atas kelancangan saya ini tapi saya akan langsung mengatakan intinya, ini mengenai permintaan yang dibuat penduduk Hutan Besar. Isinya adalah permintaan untuk segera melepas anggota suku yang ditangkap oleh prajurit Sandora… (Touya)

Aku menolak.(Abdul)

Sambil memotong omonganku, ia memukulkan pipa rokoknya pada asbak yang dipegang budak perempuan di sampingnya. Kemudian, ia pun menyuruh budak perempuan itu mengisi daun tembakau, dan menyalakan lagi rokok tersebut dengan api. Setelah menerima kembali rokoknya, ia mulai menghisapnya lagi.

Tak lama kemudia, ia menggosok-gosokkan wajahnya kepada budak perempuan itu dengan cara yang menjijikkan. Sambil menunjukkan senyuman, ia mengatakan ini tanpa menoleh pada kami.

Jumlah budak di negaraku saat ini tidak cukup. Jadi aku tidak akan mengembalikan mereka.(Abdul)

… Apa ini artinya anda memang berniat untuk menyerang mereka demi mendapat budak?(Touya)

Apa salahnya? Tidak ada alasan bagi kami untuk menuruti permintaan negara lain. Terlebih ini bukanlah urusan yang boleh diikut campuri oleh negara kecil yang baru saja dibuat.(Abdul)

Ia mengatakan hal tersebut sambil tersenyum.

Jadi ini memang sebuah kejahatan, yah? Seperti yang kuduga, invasi Hutan Besar kemarin memang dilakukan karena adanya perintah dari Sang Raja.

…Apa anda berniat memulai perang dengan penduduk Hutan Besar?(Touya)

Perang? Mustahil akan ada perang. Mereka hanyalah segelintir suku-suku kecil. Apa mereka bisa menang melawan pasukan binatang sihir kami?(Abdul)

Suku Raja Pohon memiliki hubungan dengan negara kami, Brunhild. Apa anda juga ingin menyerang kami?(Touya)

Alisnya mengerut, ia pun menghadap ke depan sambil tetap duduk di singgasananya.

Kau terlalu membesarkan diri, tahu? Sepertinya rajamu telah salah paham, hal ini tidak ada hubungannya dengan jumlah prajurit raksasa milik negaramu. Kalau kau berkata ingin menyerang Sandora, maka berhati-hatilah untuk tidak mengganggu naga yang sedang tidur. Kami memiliki assassin handal di negara ini. Kami bisa membunuh raja mu yang sombong itu sekarang.(Abdul)

Orang-orang di sekitar pun mulai tertawa mendengar ucapannya. Mereka sudah tidak bisa diharapkan lagi. Mereka dan Raja ini tidak memiliki apa-apa kecuali kebodohan. Sepertinya mereka memang menunjukkan sikap bermusuhan dari awal. Aku tidak tahu dari mana asal rasa percaya diri mereka  — hal ini terlihat seolah-olah mereka tidak tahu apa saja yang telah terjadi di berbagai belahan dunia.

Raja Sandora menjentikkan jarinya, dan para budak petarung pun menarik pedang masing-masing.

Kami pun berdiri dan menarik belati, yang merupakan satu-satunya senjata kami.

Apa maksudnya semua ini?(Touya)

Apa, katamu? Kami akan mengatakan kalau tidak ada utusan yang datang ke mari. Karena setelah kota Astal hancur, jumlah budak kami tidak cukup. Sampai saat ini kami telah mengumpulkan mereka dari berbagai negara, dan kalian semua akan menjadi jinak setelah dipekerjakan selama 1 bulan. Asal kau tahu, kami ini punya pelatih handal lho.(Abdul)

Aku masih keheranan dan tidak bisa mengatakan apa-apa pada ucapannya. Seperti yang kuduga. Sepertinya mereka juga menculik penduduk negara lain. Sama seperti yang para pemimpin katakan kemarin. Negara ini sangat bejat, dan aku lah yang bodoh karena masih mengharap suatu kewarasan dari Negara ini…..

Bukannya aku marah lho ya, tapi aku sudah tidak mau bertekuk lutut setelah dimain-mainkan seperti barusan. Kurasa aku tidak perlu menahan diri lagi setelah melihat buruknya mereka.

Aku berencana menggali informasi darinya, tapi ternyata mereka lebih bodoh dari yang kukira.

…menggelikan sekali~(Touya)

Haa?

Sambil mengehela nafas, aku mengeluarkan singgasana yang tidak kalah dari apa yang Raja Sandora duduki.

Setelah duduk dan meluruskan kaki sambil melihatnya, aku menyilangkan kaki dan menaruh tangan di tempatnya.

Haa…. Rasanya bodoh sekali aku mau menanggapi orang-orang bodoh seperti kalian…. Ooh iya! Semuanya, sudah cukup, tidak perlu pura-pura lagi. Karena sepertinya mereka ingin berperang melawan kita.(Touya)

Bodoh… apa kau tidak tahu keadaanmu?(Abdul)

Ia pun berdiri dan melototi kami. O-o-o-o, aku penasaran apakah dia marah.. Wajahnya menjadi merah kelam.

Aku paham betul situasi dan apapun yang sedang terjadi. Kau bisa berkata kalau aku sudah paham warna sebenarnya negara ini. Raja goblok dengan pelayan bodohnya. Katakan, apa kau tahu arti dari “katak dalam tempurung”? Itu artinya sang katak itu tidak tau betapa luasnya dunia ini, tapi… (Touya)

Bunuh mereka!(Abdul)

Setidaknya dengarkan aku dulu, lah?(Touya)

Budak petarung yang datang ke mari berhenti 2 meter di sekitar karena kami terhalangi barir tak terlihat. Dan tentu saja. Akulah yang telah mengaktifkan sihir tersebut.

Apa~?! Bajingan! Kau, Robin atau apalah itu! Siapa kau sebenarnya?!(Abdul)

Ah, itu samaran saja kok. Nama asliku Mochizuki Touya, Raja Penguasa Brunhild, orang yang katamu bisa dibunuh kapanpun. Senang bertemu denganmu, wahai Raja Kerajaan Sandora.(Touya)

Aku menon-aktifkan [Mirage], mengembalikan warna mata dan rambutku menjadi semula. Aku tidak perlu menyembunyikan diri kalau mereka sudah seperti ini.
(Shiro7D: Hmmm? Bukannya tadi dia bilang dia enggak nyamar pakek [Mirage], tapi cuman ganti gaya sama warnanya aja… tapi kenapa sekarang….)

Raja Penguasa Brunhild?!  Mustahil! Kenapa Raja negara mau datang ke tempat sejauh ini…?!(Abdul)

Aku ini mantan adventurer, jadi aku suka berpergian ke tempat jauh seperti ini. Omong-omong, kurasa kau harus lebih sering berpergian, kau tahu? Kau itu terlalu gemuk.(Touya)

Melihat Raja orc menyatukan giginya sambil memegang pipa rokoknya, para budak petarung memasang wajah ketakukan sambil melangkah ke belakang.

Apa yang kau lakukan?! Kalau orang ini memang Raja Penguasa Brunhild, maka semuanya akan jadi lebih mudah! Ayo bunuh dia! (Perdana Menteri)

Para budak petarung dan jendralnya langsung menyerbu kami setelah mendapat perintah dari Perdana Menteri botak, tapi [Shield] menahan semua serangan fisik.

Ya elemen Api! Buatlah panah crimson api! Fire arrow!

Melihat serangan fisik tidak mempan, seorang penyihir menembakkan panah api setelah merapalkan sihirnya.

Reflection!(Touya)

Akan tetapi, aku mengembalikan serangannya dengan sihir refleksi. 3 panah api refleksi itu mengenai penyihir dan para pelayan di sisinya, dan menghempaskan mereka.

Kau berani menyerangku bahkan setelah tahu kalau aku seorang Raja? Apa aku boleh berasumsi kalau kau membuat pernyataan perang?(Touya)

BODOH. Kami akan melalukan apapun untuk membunuhmu dan menutupi semua ini. Tidak akan ada orang yang menyangka kalau Raja Penguasa Brunhild ada di tempat seperti ini, bukan?(Abdul)

Ucap Raja Sandora dengan senyuman licik. Apa ia sebodoh ini? Apa ia tidak tahu kalau aku bisa menggunakan [Gate], dan sangat mudah bagi kami untuk kabur dari tempat ini? Yah, walau aku tidak akan kabur, sih.

Sekali lagi. Apa kau mau memulai perang?(Touya)

Negara kami memiliki pasukan makhluk sihir dan budak petarung. Mereka adalah petarung yang akan terus berperang sampai mati. Apa kau pikir bisa pergi begitu saja setelah membuat Sandora menjadi musuh?(Abdul)

Ya ampun. Sepertinya ia memang sangat-sangat bodoh.

Maaf saja ya, tapi Brunhild tidak punya niatan untuk membuat Sandora sebagai musuh. Salah, kurasa Brunhild tidak perlu sampai menganggap kalian sebagai musuh(Touya)

Apa katamu?(Abdul)

Ia pun melototiku.

Sambil terus duduk di singgasana, aku menaikkan satu tangan ke arahnya dan mengaktifkan sihir non-atribut.

Apport!(Touya)

1 [Kalung Budak] pun muncul di tanganku. Budak perempuan yang bersembunyi di balik armor dan menjauh dari Raja itu terkejut saat mengetahui kalung di lehernya menghilang secara tiba-tiba. Melihat ini, Raja itu pun terkejut.

Ap?!(Abdul)

Namanya memang [Kalung Budak], tapi… aku tahu kalau kalung ini dibuat untuk mengingat gelombang sihir pemilik tertinggi selain pemilik asli. Dengan kata lain, gelombang sihir milikmu, Raja Sandora.(Touya)

Aku menjelaskan hal ini pada budak petarung yang menyerbu kami sambil memutar-mutarnya di jariku.

Kalau dipikir-pikir, hal ini sudah sangat jelas. Para budak sangatlah patuh pada pemiliknya. Jadi bisa saja ada kemungkian untuk seseorang yang memiliki banyak budak untuk memulai revolusi pada sang Raja.

Sebagai orang dengan kedudukan lebih tinggi dari para pemilik budak itu sendiri, ia telah memberi gelombang sihir spesial pada setiap [Kalung Budak].

Kemungkinan gelombang sihir itu di tanamkan ke sebuah artifak tertentu, yang telah di wariskan secara turun-temurun oleh para Raja Sandora.

Kalau pengaturannya tidak seperti itu, maka Raja baru tidak akan bisa mengatur para budak saat menggantikan Raja sebelumnya. Kalau hal ini hanya diturunkan secara keturunan saja, maka hanya dengan menjadi keturunan Raja pertama, seseorang bisa mengendalikan para budak.

Jadi bisa di bilang kekuatan rahasia keluaraga kerajaan Sandora, yang telah ada sejak berdirinya kerajaan ini, adalah 2 hal: Artifak yang bisa memberi perintah pada budak dan juga gelombang sihir keluarga kerajaan.

Dengan kata lain, kau adalah [Pemilik Budak] yang bisa mengendalikan semua budak di negara ini.(Touya)

…itu benar. Dengan perintahku, semua budak akan menyerangmu. Sebaiknya kau menyerah saja.(Abdul)

Hal itu memang kemampuan mengerikan. Walaupun kenyataan bahwa [Kalung Budak] belum diproduksi masal adalah hal yang baik. Setelah benda ini diproduksi secara masal, tidak perlu diragukan lagi bahwa nantinya benda ini akan menyebar ke seluruh negeri..

Orang-orang akan memperbudak orang lain setiap hari. Dan hal itu akan membuat Raja Sandora dapatkan budak baru juga, yang pada akhirnya akan menciptakan Kerajaan Budak secara mengglobal tampa di sadari.

Akan tetapi, aku tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.

Maka, aku penasaran bagaimana jadinya kalau aku mengambil alih otoritas tersebut?(Touya)

Apa?(Abdul)

Sampai saat ini, aku telah mentargetkan semua budak di ibukota sandora dengan smartphone. Jumlah mereka sangat banyak sampai-sampai aku butuh beberapa menit untuk melakukannya. Alright! Persiapannya sudah selesai. Tiba lah saat-saat mengaktifkannya.


<<Cracking!>>(Touya)





Sebelumnya || Daftar Chapter  || Selanjutnya

4 comments: