Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 269 Bahasa Indonesia
Translator | Ramunu |
Editor
| Shiro7D |
Proof Reader
| Shiro7D |
Arc 26: Apa yang Bisa Dilakukan Untuk Esok Hari
Chapter 269: Raja Budak, dan Pengambil Alih
Kereta kuda
bergoyang di sepanjang jalan Kyurei, ibukota Kerajaan Sandora. Meski hanya
sebatas basa-basi, aku tak bisa bilang kalau jalan yang dikeraskan ini sangat
bagus, tapi sepertinya suspensi pada kereta kuda, yang khusus dibuat oleh
Rosetta, telah menyerap goncangan.
Melihat jalan
yang terlihat dari jendela, aku menyadari bahwa mereka telah ketinggalan jaman.
Ada banyak dinding kusam dan atap yang hancur dimana-mana. Rumah kayu yang
terlihat seperti gubuk tercampur diantara rumah-rumah yang terbuat dari bata
merah.
Sepertinya tempat
ini adalah wilayah pemukiman untuk masyarakat kumuh, tempat tinggal orang-orang
yang disebut “masyarakat kelas bawah”.
「Orang-orang
di sini tidak terlihat bahagia」(Lance)
「Yah,
tidak heran kalau kita melihat bagaimana kondisi kehidupan mereka.」(Touya)
Lance, seorang
ksatria muda, duduk di hadapanku, dan mengutarakan pendapatnya sambil melihat
ke luar jendela sama seperti yang kulakukan.
Saat aku
memberitahu Perdana Menteri Kousaka-san tentang rencanaku untuk pergi ke
Sandora sebagai utusan, dia menyuruhku membawa orang ini sebagai pendampingku.
Dia tidak mempercayaiku… Padahal aku tidak akan menggunakan kekerasan jika
pihak lawan tidak mencoba menantangku duluan.
Sebenarnya, dia
ingin seseorang yang seperti wakil kapten Nicola-san untuk mendampingiku, tapi
pasti aneh jika orang yang jabatannya lebih tinggi dari utusan bertindak
sebagai pengawal. Itulah sebabnya kenapa
aku membawa dia.
Selain Lance, ada
juga empat orang lainnya bersama kami. Tapi mereka semua saat ini sedang mengendarai
kuda lain yang berjalan mengikuti kami.
Aku sangat ingin
segera pergi ke Sandora menggunakan [Fly]
atau mantra yang sejenis, tapi sekarang aku sedang berperan sebagai [utusan
Brunhild yang dipercaya untuk membawa surat protes dari suku Raja Hutan].
Itulah sebabnya aku ke sana dengan transportasi yang biasa.
Yah, meski kami
pergi ke luar ibukota kerajaan menggunakan [Gate]
sih.
Saat Pam
memberikan surat protes pada kami, dia terlihat sangat marah seperti ingin
mengatakan “Aku tak peduli apa yang akan terjadi, jadi tolong hajar Raja
Sandora itu”, tapi melakukan itu hanya akan menciptakan perang antara Sandora
dan suku-suku lainnya. Pam mungkin ingin ikut bersama kami, tapi dia tidak bisa
melakukannya karena posisinya sebagai pemimpin suku.
「Sudah
kuduga, jumlah budak di sini sangat banyak… dan seperti Yang Mulai katakan.
Mereka semua tidak diberi makan seperti seharusnya― Mereka semua terlihat kurus
kering. Meskipun, untuk budak petarung sepertinya diberi makan dengan layak.」(Lance)
「Yah,
soalnya mereka adalah budak yang dipakai untuk bertarung. Mereka tak akan
berguna jika mereka tidak bisa bertarung saat dibutuhkan karena kelaparan.
Meski begitu, mereka tetap digunakan tidak lebih sebagai perisai」(Touya)
Aku bisa melihat
kehadiran mereka di seluruh penjuru kota, berarti masyarakat kelas bawah juga
bisa memiliki budak. Budak bertubuh besar yang menjaga toko-toko itu
kemungkinan adalah budak petarung.
Ada banyak
demi-human seperti beastkin diantara budak tersebut. Mereka mungkin telah
dibawa ke sini dari suatu tempat. Mereka semua memakai pakaian lusuh yang telah
koyak, kaki dan tangan mereka terlihat kurus dan kotor.
「Oh
iya, jangan panggil aku dengan sebutan “Yang Mulia”, Lance. Kita tak tahu siapa
yang bisa mendengarmu nanti.」(Touya)
「Ma-Maafkan
saya. Akan tetapi, jadi saya harus memanggil anda dengan sebutan apa?」(Lance)
Saat Lance yang
terlihat panik bertanya padaku, aku baru sadar kalau aku belum menetapkan nama
apa yang akan kugunakan. Hmm…
「Apa
aku harus memperkenalkan diri sebagai Doran? Yah, itu nama ayahnya Mika-san
sih.」(Touya)
「Hei,
Yang Mulia! Aku dan Mika tidak ada hubungan seperti itu!」(Lance)
Lance mengangkat
wajah merahnya. Fu~fu~fu. Aku sudah tahu kalau kau sering datang mengunjungi
[Silver Moon]. Aku tahu dari Karen-nee-san sih.
Yah, kurasa aku harus
berhenti menggodanya. Dan juga, aku sudah dapat ide…
「Bagaimana
kalau aku memperkenalkan diri sebagai Robin Hood… tidak, bagaimana kalau [Robin
Locksley]?」
「[Robin
Locksley]? Kalau begitu, saya akan memanggil anda “Utusan Locksley”」(Lance)
「Begitulah,
meski aku seahli itu pakai panah sih」(Touya)
「?」(Lance)
Nama ini mungkin
keluar dari mulutku karena aku melihat baju berwarna hijau muda yang sedang
kupakai.
Aku tidak
menyembunyikan penampilanku dengan ilusi dari [Mirage]. Aku hanya mengubah
sedikit gaya rambut dan warna rambut dan mataku. Hanya dengan begitu saja,
pihak lawan akan mendapat pandangan yang berbeda tentangku. Yah, kurasa di
sekitar sini memang tidak banyak yang mengenalku sih.
Kereta kuda
berjalan menyusuri area pemukiman masyarakat kelas bawah dan tiba di sebuah
gerbang menuju pemukiman kelas atas.
Pasukan yang
menggunakan armor kulit bagus menghalangi jalan kami dan memberhentikan kereta
kuda.
「Mulai
dari sini, hanya orang yang memiliki izin yang boleh lewat! Darimana kalian
berasal? Sebutkan nama kalian!」(Penjaga)
「Kami
datang ke sini dari Brunhild Dukedom. Seharusnya sudah ada pemberitahuan kepada
pihak negara ini soal kedatangan kami.」(Touya)
「Brunhild?
Cih… Tunggu di sini. Aku akan memastikannya dulu pada atasanku.」(Penjaga)
Penjaga tadi
berbicara dengan nada angkuh sambil mengintip ke dalam kereta kuda melalui
jendela lalu pergi ke bagian dalam dinding sambil mendecakkan lidahnya.
「Sikapnya pada utusan Negara lain sangat tidak
menyenangkan…saya penasaran pelatihan seperti apa yang mereka terima.」(Lance)
「Sandora bisa dikatakan tidak punya hubungan
dengan Negara lain. Sikapnya barusan itu mungkin hasil dari ketidaktahuan
mereka…」(Touya)
Akan
tetapi, aku tetap marah kalau seseorang menunjukkan sikap bermusuhan hanya
karena pekerjaannya bertambah walaupun itu memang bagian dari pekerjaanya.
Setelah
menunggu beberapa saat, kami akhirnya dibolehkan masuk.
「Kalian boleh pergi, tapi jangan buat
keributan.」(Guard)
Sikapnya
masih seperti itu walaupun tahu bahwa aku utusan negara lain, yah? Ia
benar-benar meremehkan kami. Secara geografis, daerah Sandora itu terisolasi,
dan tidak pernah diinvasi oleh negara lain. Jadi aku bisa memaklumi kalau
Sandora tidak pernah berhubungan dengan negara lain, tapi apa mungkin ia tidak berpikir
untuk menunjukan kesan kepada utusan negara lain?
Saat
kereta kuda kami mulai berjalan lagi, aku terkejut melihat perubahan yang
sangat berbeda dari daerah sebelumnya. Jalanannya terbuat dari batu yang bagus,
dan jajaran rumah terbuat dengan bata putih. Dan penduduk daerah ini
berpenampilan bagus karena memakai perhiasan mahal. Mereka berjalan-jalan
sambil ditemani para budaknya.
Budak
mereka juga berbeda dari yang ada di daerah kelas-2 tadi –mereka tidak
mengenakan baju yang lusuh, tapi seperti yang kuduga mereka masih tidak
terlihat senang…
「Saya pernah mendengar berita tentang perbedaan
2 daerah Sandora, tapi kenyataannya terlalu mencengkan…」(Lance)
Ucap
Lance sambil melihat ke luar jendela. Perbedaan daerah kelas-1 dan kelas-2
memang sangat mencengangkan.
Di
ujung jalan, terlihat istana besar yang terbuat dari batu di atas lereng. Istana
yang berbentuk kotak itu punya Menara di setiap sisinya, yang membuat kesan
kemuliaan di sana.
Mungkin
istana ini juga buatan para budak.
Saat
kami sampai di gerbangnya, kami diperbolehkan masuk tanpa gangguan lagi. Apa
pemberitahuannya sudah sampai ke sini? Walau penjaga gerbangnya melihati kami
dengan ekspresi tidak enak sih.
Setelah
turun dari kereta, kami dipandu orang berjubah dengan ekspresi tidak senang
yang datang dari dalam koridor istana. Aku, Lance dan 4 ksatria lainnya
dilucuti dari berbagai senjata kecuali belati kami sebelum sampai di ruang
pertemuan.
Mereka
sangat berhati-hati. Yah, kami kan akan menemui Rajanya, jadi aku paham maksud
dari perbuatan mereka ini.
Setelah
sampai di dalam ruang pertemuan, kami disuruh berlutu. Sepertinya mereka yang
berbaris di dalam ruangan ini adalah ketua pelayan, dan beberapa jendral
Sandora lengkap dengan budak-petarungnya yang bertugas melindungi istana. Karena
jumlahnya terlalu banyak, mereka mungkin tidak akan kalah dengan 1 atau 2
pedang. Yah, kurasa perampasan senjata barusan untuk memperkuat hal ini.
「Jadi, apakah kalian utusan yang menurut kabar
akan datang dikirim oleh Brunhild? Kudengar kalian membawa permintaan dari
penduduk Hutan Besar. Mereka sungguh merepotkan, bukan.」
Lelaki
botak berjubah merah dan hitam yang sepertinya adalah Perdana Menteri Sandora, mulai
mengatakan sesuaatu. Cara mengatakannya terdengar sarkas.
Orang
yang duduk di singgasana berkilauan di depan kami adalah orang gemuk yang
sedang merokok dengan mata mengantuk. Sekilas, kupikir ia adalah seekor orc…
Orang
yang berdiri di sampingnya adalah budak perempuan dengan [Kalung Budak] yang
memakai baju tipis sampai-sampai terlihat hampir setengah telanjang. Perempuan
itu berlutu sambil memegang asbak.
Di
atas kepala Raja itu, terdapat sebuah mahkota emas. Jadi orang ini Abdul Jafar
Sandora ke-3, Raja Kerajaan Sandora, yah? Tak peduli dari manapun aku
melihatnya, ia tidak terlihat sebagai pemimpin yang bijak. Walau kupikir tidak
baik untuk menilai orang berdasar penampilannya saja sih.
Singgasana
yang didudukinya didekorasi dengan armor megah, pelindung kepala di sisinya,
dan sebuah pedang di sisi lainnya. Pedang itu terlalu dibumbuhi perhiasan, tapi
sepertinya masih bisa digunakan di pertempuran. Bentar, bukankah orc itu
tidak akan bisa menggunakan armor di singgasana itu, bukan? Maksudku…ukurannya
itu lho.
Tanpa
menyuarakan isi pikiranku barusan, aku mulai bicara di depan Raja Sandora.
「Nama saya Robin Locksley. Maafkan saya atas kelancangan
saya ini tapi saya akan langsung mengatakan intinya, ini mengenai permintaan
yang dibuat penduduk Hutan Besar. Isinya adalah permintaan untuk segera melepas
anggota suku yang ditangkap oleh prajurit Sandora… 」(Touya)
「Aku menolak.」(Abdul)
Sambil
memotong omonganku, ia memukulkan pipa rokoknya pada asbak yang dipegang budak
perempuan di sampingnya. Kemudian, ia pun menyuruh budak perempuan itu mengisi
daun tembakau, dan menyalakan lagi rokok tersebut dengan api. Setelah menerima
kembali rokoknya, ia mulai menghisapnya lagi.
Tak
lama kemudia, ia menggosok-gosokkan wajahnya kepada budak perempuan itu dengan
cara yang menjijikkan. Sambil menunjukkan senyuman, ia mengatakan ini tanpa
menoleh pada kami.
「Jumlah budak di negaraku saat ini tidak cukup.
Jadi aku tidak akan mengembalikan mereka.」(Abdul)
「… Apa ini artinya anda memang berniat untuk
menyerang mereka demi mendapat budak?」(Touya)
「Apa salahnya? Tidak ada alasan bagi kami untuk
menuruti permintaan negara lain. Terlebih ini bukanlah urusan yang boleh diikut
campuri oleh negara kecil yang baru saja dibuat.」(Abdul)
Ia
mengatakan hal tersebut sambil tersenyum.
Jadi
ini memang sebuah kejahatan, yah? Seperti yang kuduga, invasi Hutan Besar
kemarin memang dilakukan karena adanya perintah dari Sang Raja.
「…Apa anda berniat memulai perang dengan
penduduk Hutan Besar?」(Touya)
「Perang? Mustahil akan ada perang. Mereka
hanyalah segelintir suku-suku kecil. Apa mereka bisa menang melawan pasukan binatang
sihir kami?」(Abdul)
「Suku Raja Pohon memiliki hubungan dengan
negara kami, Brunhild. Apa anda juga ingin menyerang kami?」(Touya)
Alisnya
mengerut, ia pun menghadap ke depan sambil tetap duduk di singgasananya.
「Kau terlalu membesarkan diri, tahu? Sepertinya
rajamu telah salah paham, hal ini tidak ada hubungannya dengan jumlah prajurit
raksasa milik negaramu. Kalau kau berkata ingin menyerang Sandora, maka
berhati-hatilah untuk tidak mengganggu naga yang sedang tidur. Kami memiliki assassin handal di negara ini. Kami bisa
membunuh raja mu yang sombong itu sekarang.」(Abdul)
Orang-orang
di sekitar pun mulai tertawa mendengar ucapannya. Mereka sudah tidak bisa
diharapkan lagi. Mereka dan Raja ini tidak memiliki apa-apa kecuali kebodohan. Sepertinya
mereka memang menunjukkan sikap bermusuhan dari awal. Aku tidak tahu dari mana
asal rasa percaya diri mereka — hal ini
terlihat seolah-olah mereka tidak tahu apa saja yang telah terjadi di berbagai
belahan dunia.
Raja
Sandora menjentikkan jarinya, dan para budak petarung pun menarik pedang
masing-masing.
Kami
pun berdiri dan menarik belati, yang merupakan satu-satunya senjata kami.
「Apa maksudnya semua ini?」(Touya)
「Apa, katamu? Kami akan mengatakan kalau tidak
ada utusan yang datang ke mari. Karena setelah kota Astal hancur, jumlah budak
kami tidak cukup. Sampai saat ini kami telah mengumpulkan mereka dari berbagai
negara, dan kalian semua akan menjadi jinak setelah dipekerjakan selama 1 bulan.
Asal kau tahu, kami ini punya pelatih handal lho.」(Abdul)
Aku
masih keheranan dan tidak bisa mengatakan apa-apa pada ucapannya. Seperti
yang kuduga. Sepertinya mereka juga menculik penduduk negara lain. Sama
seperti yang para pemimpin katakan kemarin. Negara ini sangat bejat, dan aku
lah yang bodoh karena masih mengharap suatu kewarasan dari Negara ini…..
Bukannya
aku marah lho ya, tapi aku sudah tidak mau bertekuk lutut setelah
dimain-mainkan seperti barusan. Kurasa aku tidak perlu menahan diri lagi
setelah melihat buruknya mereka.
Aku
berencana menggali informasi darinya, tapi ternyata mereka lebih bodoh dari
yang kukira.
「…menggelikan sekali~」(Touya)
「Haa?」
Sambil
mengehela nafas, aku mengeluarkan singgasana yang tidak kalah dari apa yang
Raja Sandora duduki.
Setelah
duduk dan meluruskan kaki sambil melihatnya, aku menyilangkan kaki dan menaruh
tangan di tempatnya.
「Haa…. Rasanya bodoh sekali aku mau menanggapi
orang-orang bodoh seperti kalian…. Ooh iya! Semuanya, sudah cukup, tidak perlu
pura-pura lagi. Karena sepertinya mereka ingin berperang melawan kita.」(Touya)
「Bodoh… apa kau tidak tahu keadaanmu?」(Abdul)
Ia
pun berdiri dan melototi kami. O-o-o-o, aku penasaran apakah dia marah..
Wajahnya menjadi merah kelam.
「Aku paham betul situasi dan apapun yang sedang
terjadi. Kau bisa berkata kalau aku sudah paham warna sebenarnya negara ini. Raja
goblok dengan pelayan bodohnya. Katakan, apa kau tahu arti dari “katak dalam
tempurung”? Itu artinya sang katak itu tidak tau betapa luasnya dunia ini, tapi…
」(Touya)
「Bunuh mereka!」(Abdul)
「Setidaknya dengarkan aku dulu, lah?」(Touya)
Budak
petarung yang datang ke mari berhenti 2 meter di sekitar karena kami terhalangi
barir tak terlihat. Dan tentu saja. Akulah yang telah mengaktifkan sihir tersebut.
「Apa~?! Bajingan! Kau, Robin atau apalah itu! Siapa
kau sebenarnya?!」(Abdul)
「Ah, itu samaran saja kok. Nama asliku
Mochizuki Touya, Raja Penguasa Brunhild, orang yang katamu bisa dibunuh
kapanpun. Senang bertemu denganmu, wahai Raja Kerajaan Sandora.」(Touya)
Aku
menon-aktifkan [Mirage], mengembalikan warna mata dan rambutku menjadi semula. Aku
tidak perlu menyembunyikan diri kalau mereka sudah seperti ini.
(Shiro7D: Hmmm? Bukannya tadi dia bilang dia enggak nyamar pakek [Mirage],
tapi cuman ganti gaya sama warnanya aja… tapi kenapa sekarang….)
「Raja Penguasa Brunhild?! Mustahil! Kenapa
Raja negara mau datang ke tempat sejauh ini…?!」(Abdul)
「Aku ini mantan adventurer, jadi aku suka berpergian ke tempat jauh seperti ini. Omong-omong,
kurasa kau harus lebih sering berpergian, kau tahu? Kau itu terlalu gemuk.」(Touya)
Melihat
Raja orc menyatukan giginya sambil memegang pipa rokoknya, para budak petarung
memasang wajah ketakukan sambil melangkah ke belakang.
「Apa yang kau lakukan?! Kalau orang ini memang
Raja Penguasa Brunhild, maka semuanya akan jadi lebih mudah! Ayo bunuh dia! 」(Perdana
Menteri)
Para
budak petarung dan jendralnya langsung menyerbu kami setelah mendapat perintah
dari Perdana Menteri botak, tapi [Shield] menahan semua serangan fisik.
「Ya elemen Api! Buatlah panah crimson api! Fire arrow!」
Melihat
serangan fisik tidak mempan, seorang penyihir menembakkan panah api setelah
merapalkan sihirnya.
「Reflection!」(Touya)
Akan
tetapi, aku mengembalikan serangannya dengan sihir refleksi. 3 panah api
refleksi itu mengenai penyihir dan para pelayan di sisinya, dan menghempaskan
mereka.
「Kau berani menyerangku bahkan setelah tahu
kalau aku seorang Raja? Apa aku boleh berasumsi kalau kau membuat pernyataan
perang?」(Touya)
「BODOH. Kami akan melalukan apapun untuk
membunuhmu dan menutupi semua ini. Tidak akan ada orang yang menyangka kalau
Raja Penguasa Brunhild ada di tempat seperti ini, bukan?」(Abdul)
Ucap
Raja Sandora dengan senyuman licik. Apa ia sebodoh ini? Apa ia tidak
tahu kalau aku bisa menggunakan [Gate], dan sangat mudah bagi kami untuk kabur
dari tempat ini? Yah, walau aku tidak akan kabur, sih.
「Sekali lagi. Apa kau mau memulai perang?」(Touya)
「Negara kami memiliki pasukan makhluk sihir dan
budak petarung. Mereka adalah petarung yang akan terus berperang sampai mati. Apa
kau pikir bisa pergi begitu saja setelah membuat Sandora menjadi musuh?」(Abdul)
Ya
ampun. Sepertinya ia memang sangat-sangat bodoh.
「Maaf saja ya, tapi Brunhild tidak punya niatan
untuk membuat Sandora sebagai musuh. Salah, kurasa Brunhild tidak perlu sampai
menganggap kalian sebagai musuh」(Touya)
「Apa katamu?」(Abdul)
Ia
pun melototiku.
Sambil
terus duduk di singgasana, aku menaikkan satu tangan ke arahnya dan
mengaktifkan sihir non-atribut.
「Apport!」(Touya)
1
[Kalung Budak] pun muncul di tanganku. Budak perempuan yang bersembunyi di
balik armor dan menjauh dari Raja itu terkejut saat mengetahui kalung di
lehernya menghilang secara tiba-tiba. Melihat ini, Raja itu pun terkejut.
「Ap?!」(Abdul)
「Namanya memang [Kalung Budak], tapi… aku tahu
kalau kalung ini dibuat untuk mengingat gelombang sihir pemilik tertinggi
selain pemilik asli. Dengan kata lain, gelombang sihir milikmu, Raja Sandora.」(Touya)
Aku
menjelaskan hal ini pada budak petarung yang menyerbu kami sambil
memutar-mutarnya di jariku.
Kalau
dipikir-pikir, hal ini sudah sangat jelas. Para budak sangatlah patuh pada pemiliknya.
Jadi bisa saja ada kemungkian untuk seseorang yang memiliki banyak budak untuk memulai
revolusi pada sang Raja.
Sebagai
orang dengan kedudukan lebih tinggi dari para pemilik budak itu sendiri, ia telah
memberi gelombang sihir spesial pada setiap [Kalung Budak].
Kemungkinan
gelombang sihir itu di tanamkan ke sebuah artifak tertentu, yang telah di wariskan
secara turun-temurun oleh para Raja Sandora.
Kalau
pengaturannya tidak seperti itu, maka Raja baru tidak akan bisa mengatur para
budak saat menggantikan Raja sebelumnya. Kalau hal ini hanya diturunkan secara
keturunan saja, maka hanya dengan menjadi keturunan Raja pertama, seseorang
bisa mengendalikan para budak.
Jadi
bisa di bilang kekuatan rahasia keluaraga kerajaan Sandora, yang telah ada sejak
berdirinya kerajaan ini, adalah 2 hal: Artifak yang bisa memberi perintah pada
budak dan juga gelombang sihir keluarga kerajaan.
「Dengan kata lain, kau adalah [Pemilik Budak] yang
bisa mengendalikan semua budak di negara ini.」(Touya)
「…itu benar. Dengan perintahku, semua budak
akan menyerangmu. Sebaiknya kau menyerah saja.」(Abdul)
Hal
itu memang kemampuan mengerikan. Walaupun kenyataan bahwa [Kalung Budak] belum
diproduksi masal adalah hal yang baik. Setelah benda ini diproduksi secara
masal, tidak perlu diragukan lagi bahwa nantinya benda ini akan menyebar ke
seluruh negeri..
Orang-orang
akan memperbudak orang lain setiap hari. Dan hal itu akan membuat Raja Sandora
dapatkan budak baru juga, yang pada akhirnya akan menciptakan Kerajaan Budak
secara mengglobal tampa di sadari.
Akan
tetapi, aku tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.
「Maka, aku penasaran bagaimana jadinya kalau
aku mengambil alih otoritas tersebut?」(Touya)
「Apa?」(Abdul)
Sampai
saat ini, aku telah mentargetkan semua budak di ibukota sandora dengan smartphone.
Jumlah mereka sangat banyak sampai-sampai aku butuh beberapa menit untuk
melakukannya. Alright! Persiapannya sudah selesai. Tiba lah saat-saat
mengaktifkannya.
「<<Cracking!>>」(Touya)
Pertamax.. Akhirnya update juga..
ReplyDeleteLANJUUT TERUSA PAK EKO!!!
ReplyDeleteMantap, jadi hacker tuh touya XD
ReplyDeleteHantam
ReplyDelete