Saturday 10 August 2019

Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 303 Bahasa Indonesia


TranslatorRamune
Editor
Mizuki Hashima
Proof Reader
Mizuki Hashima


Arc 27: Dunia Kebalikan

Chapter 303: Perasaan Cinta, Serta Afeksi Tuan Putri



Kalau memang demikian, kerusakan dari Behemoth dipastikan berkurang drastis, begitu?(Touya)

Begitulah. Dan juga, mereka sudah jarang terlihat. Walau lambat, area penduduk juga mulai merambat ke luar Benteng.(Mentor Centoral)

Di sebuah ruangan dalam kuil bagian tengah pulau Palerius, aku dan Mentor Centoral sedang berdiskusi. Ia terlihat sangat sibuk.

Kerajaan Paluf dan Elfrau membeli material Behemoth, jadi kami mulai mengimpor beberapa barang dari hasil jual-beli tersebut. Kami berencana membuat sebuah kota pelabuhan di dekat bagian selatan. (Mentor Central)

Begitu, yah. Benar juga, mengingat tidak ada bagian dari pulau ini yang bisa dijadikan tempat pemberhentian kapal.(Touya)


Sebelumnya, pulau ini sangat menutup diri. Mereka tidak butuh kapal. Sampai sekarang, kapal-kapal dari Paluf dan Negara lain berhenti di tengah lautan atau di tepi laut dengan kapal kecil. Keberadaan Kota pelabuhan, tanpa dipikir panjang pun, adalah sebuah keharusan.

Karena di tempat lain tidak ada, buah dan sayuran pulau ini bernilai tinggi. Selain itu, pengrajin pulau ini sangat handal, mereka bisa membuat barang berkualitas tinggi.

Biasanya... kerajinan dibuat oleh Dwarf, tapi mereka tinggal di Kerajaan Lail di sebelah selatan. Bagi Paluf, Palerius lebih dekat daripada Lail.

Saya sempat khawatir saat barir menghilang, tapi ternyata tidak perlu. Era berlindung dari amukan Behemoth telah berakhir. Dengan merambatnya area penduduk ke semua arah, Palerius pasti akan menjadi lebih makmur. Kami berhutang pada Anda, Raja Penguasa Brunhild. Terima kasih banyak.(Mentor Centoral)

Kami juga. Berkat pulau ini, kami bisa mengadakan latihan FrameGear. Dalam hal ini, kita berdua sama-sama diuntungkan.

Kami pun tersenyum… yang dilanjutkan dengan diskusi lebih lanjut mengenai diplomasi dan keikutsertaan mereka dalam Aliansi Dunia.

***

Sepulangnya, aku menelepon Guild Master, Rerisha-san.

Tujuannya adalah laporan bahwa aku telah mendapat izin membuat cabang guild adventurer di Palerius. Dengan ini, kalau sampai Fraze muncul, para adventurer bisa membantu.

Karena Palerius merupakan tempat di mana kekuatan sihir terkekang, tempat itu menjadi sarang makhluk sihir kuat. Walaupun tidak berubah menjadi behemoth, ukuran mereka jauh lebih besar dari biasanya.

Bagi adventurer veteran, Palerius dianggap sebagai tambang emas, sama seperti Dungeon kami, jadi orang-orang pasti akan berdatangan ke sana.

Menutup panggilan, aku berjalan-jalan santai mengitari Brunhild karena pekerjaan hari ini sudah selesai.

Jalan utama padat penduduk dan terlihat sangat ‘hidup’. Beberapa mesin gacha berbaris di depan toko Alba-san. Di depannya, terlihat banyak bocah menghabiskan uang mereka dan mengoperasikannya.

Suasana itu mengingatkanku dengan apa yang terjadi di toko permen, membuatku hampir tertawa. Fumu, mungkin aku harus membangun toko permen.

Perusahaan Alba-san punya beberapa cabang di Brunhild (kurang-lebih ada 3). Cabang yang di depanku ini menjual mainan, tepat untuk bocah laki ingusan.

Apa enaknya model kereta itu kujual saja, yah?

Tidak, gimana kalau menjual model mobil-mobilan kecil dan memberi tempat untuk balapan? Penduduk pasti bisa membuat dan mengatur mainannya sendiri…  
(Ramune: Ingat Tamiya?)

Touya-sama?(Hilda)

Saat aku menoleh ke arah datangnya suara familiar tersebut, terlihat Hilda, ia memakai baju pelindung ksatria dan membawa pedang kristal. Ia tidak memakai sarung tangannya, yang ternyata digantungkan di dekat pedang.

Lho? Kok ada di sini?(Touya)

Yae-san, Elzie-san dan saya baru kembali dari dungeon. Kami berpisah karena mereka mau membeli ikan di pelabuhan, lalu…(Hilda)

Pergi ke dungeon lagi? Hadeh… biar dah, toh hanya ½ hari, jadi tidak sampai di lantai bawah.

Mereka ditugasi berpatroli di lantai atas untuk mengecek adanya masalah atau tidak, tempat itu disebut dungeon karena di sana lah hal tak terduga sering terjadi. Aku tidak ingin mereka terlalu santai. Kalau boleh jujur, aku tidak ingin mereka pergi ke sana sering-sering.

Mau pulang sama-sama?(Touya)
Iya!(Hilda)

Hilda pun tersenyum yang dilanjutkan dengan berjalan ke sisiku dengan cepat seolah-olah ingin memegang tangan kiriku.

Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu saat menggerakkan tangannya malu-malu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
Hah? Ada apa?

……ooohh.

Ingin jalan sambil berpegangan tangan?(Touya)
Ti-tidak! Saya dari dungeon, jadi kotor, dan berkeringan!(Hilda)

Ia mengatakannya dengan wajah yang merah membara, aku pun langsung memegang tangannya tanpa mempedulikan reaksinya. Dengan “Hawawa”, wajahnya semakin memerah.

Aku tidak keberatan. Hilda itu terlalu menahan diri, iya kan? Kalau mau, kau boleh bersikap seperti lainnya, tidak apa-apa.(Touya)

Uaa! I-i-iya. Soalnya…ajaran ksatria mengajarkan disiplin…(Hilda)

Kalau sama aku, tidak masalah, bukan? Saat ini, yang kubutuhkan bukanlah Hilda sang Ksatria, tapi Hilda si gadis yang sebenarnya.(Touya)

…iya.(Hilda)

Wajahnya memerah, dan tatapannya tertuju ke bawah. Menurut yang kudengar dari kakaknya, Hilda terlahir sebagai Tuan Putri yang memegang pedang sejak masa kanak-kanak, yang selalu mengikuti tradisi Kerajaan Ksatria. Makanya, ia jadi seperti ini.

“Lindungi masyarakat, jadilah tameng bagi yang lemah, dan miliki pikiran yang jernih.” – Baginya, ajaran itu sudah mendarah daging.

Makanya aku pernah berpikir“Apa ia pernah diperlakukan seperti gadis biasa?”. Walau sedikit kasihan, hal itu bisa menjadi momok baginya.

Karen-neesan juga mengatakan kalau aku adalah cinta pertamanya, yang kurasa adalah hal besar.

Kami meneruskan perjalanan sambil terus bercanda-ria. Walau pun Gate lebih cepat, momen seperti ini tidaklah buruk.

……Umm, sebenarnya….saya punya pertanyaan…(Hilda)
Hmm? Pertanyaan?(Touya)
A-anu… Apa…anda benar-benar menyukai….saya …?(Hilda)

Langkah pun terhenti dan aku langsung terdiam. Melihatku yang seperti itu, Hilda memperlihatkan ekspresi penyesalan sambil memaksa ‘tuk terus tersenyum sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan penuh kepanikan.

Aa-ah, lu-lupakan! Maaf karena mengatakan hal yang aneh!(Hilda)
…kenapa kau menanyakannya?(Touya)
……Sa-saya tidak feminin, dan tidak bisa melakukan apa-apa selain bertarung…walau pertunangan kita terjadi karena kejadian di Restia……saya tidak berhenti memikirkannya…(Hilda)

Ah~ Jadi begitu, yah?

… walau kurasa sudah terlambat, hal ini tidak akan terjadi kalau perasaanku benar-benar tersampaikan. Aku sudah muak dengan ketidakpekaanku ini.

Aku pun menatap wajah Hilda dan menggenggam erat kedua tangannya. Aku lah yang salah. Aku harus menyatakannya dengan benar.

Tadi sudah kukatakan, kan, bukan Tuan Putri Restia yang kubutuhkan, tapi kau yang sebenarnya. Aku menyayangimu. Aku ingin melindungimu. Dan membuatmu bahagia bersamaku….selamanya.(Touya)

Ah…(Hilda)

Aku mencintaimu apa adanya. Aku tidak bohong, jadi jangan berpikir seperti itu lagi, yah.(Touya)

Iya… maafkan saya…u-u~…(Hilda)

Aku pun menarik Hilda yang mulai menangis dan memeluknya.


Bodohnya diriku... Membuat gadis semanis dirinya menangis. Tunangan macam apa aku ini. Yah…nanti aku pasti buat masalah lagi.

Kesempatan ~nanoyo! Sekarang, kiss ~nanoyo!!!!!!!(Karen)
AAAAAAAAAAAAAAA!(Touya)
AAAAAAAAAA!(Hilda)

Tiba-tiba terdengar suara Karen-neesan dari belakang, jadi aku berteriak sambil memeluk erat Hilda. Kemunculannya selalu tiba-tiba!

Woi! Sudah berapa kubilang! Hentikan kebiasaanmu! Dan juga, kenapa kau ada di sini!?(Touya)

Radar onee-chan mengatakanTouya-kun sedang bermesraan dengan seorang gadis ~noyo. Mustahil aku melewatkannya ~noyo.(Karen)

Radar biadap! Seharusnya kau mengamati dari jauh! Walaupun ia seorang Dewi Cinta, ia tidak peka…!

U-umm…, Touya-sama, sakit…(Hilda)
Eh? Aah, maaf ya, Hilda!(Touya)

Setelah menyadari kalau dari tadi aku memeluk Hilda, aku pun melepaskannya.

Ti…… tidak apa-apa, saya suka dipeluk.(Hilda)

Hilda yang menunduk pun memerah. Setelah menyadari situasinya, wajahku juga ikut memerah. Kok bisa?

Hyuu-hyuu! Kok jadi panas ya ~nanoyo. Ya ampun. Perasaan cinta hanya bisa dirasakan dalam situasi seperti ini, jadi mumpung sempat, nikmati saja ~noyo.(Karen)

Apa maksudmu hanya bisa “dinikmati dalam situasi seperti ini”?(Touya)

Karena seperti diremehkan, jadi aku langsung begitu. Rasanya kata-katanya barusan mengindikasikan kalau perasaan kami akan berkurang.

Cinta, dan afeksi itu beda, ~na no yo. Cinta akan tumbuh walau tanpa usaha, sementara afeksi akan tumbuh kalau ada usaha. 2 hal itu sama-sama bagus dan tak terpisahkan, tapi beda.(Karen)

Mumuu…bukannya gak paham, tapi kalau ia yang mengatakannya, rasanya gak meyakinkan.

Kau tidak perlu paham sekarang ~noyo. Kau akan paham kalau sudah dewasa nanti ~noyo(Karen)

Cih..(Touya)

Aku kan masih anak-anak. …ups. Kurasa hal ini terlalu kekanak-kanakan.

Lho? Bukannya itu Touya? Lagi ngapain?(Elzie)

Elzie dan Yae berjalan kemari. Mereka membawa ember yang penuh ikan. Baru kembali dari pelabuhan?

Hilda-dono… Hei. Hilda-dono. Kau baru menangis? (Yae)
Hei! Touya!? Apa yang kau lakukan padanya!?(Elzie)

Mereka berdua langsung menduga yang tidak-tidak saat melihat air mata Hilda. Hubungan mereka bertiga sangat erat, jadi aku paham.

Gak! Gak ada kok! Iya kan? Hilda!」(Touya)
I-iya. Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan…!(Hilda)

Hilda mengatakannya sebagai mantap. Tapi reaksi mereka tambah buruk.

Aku tidak melakukan kesalahan, jadi tidak perlu takut, tapi rasanya kok jadi malu, yah. Kalau dipikir, aku yang membuatnya menangis. memalukan.

Mencurigakan…(Elzie)
Benar…(Yae)
Touya-kun dan Hilda-chan tadi lagi mesra-mesraan ~noyo. Suasana jadi panas ~noyo.(Karen)
Uoooi! Apa yang kau katakan, Onee-samaaa!?(Hilda)

Kakakku pun mengatakan sesuatu yang tak perlu dengan mantap. Apa ini tujuanmu!?

Bawa dia!(Elzie)
Dimengerti!(Yae)

Elzie dan Yae pun memegangi tanganku dan menyeretku ke istana. Duh duh duh! Tanganku! Tanganku bengkok!

U-umm, Karen-oneesama!? Touya-sama……(Hilda)
Akan tidak bagus kalau Touya-kun tidak mencurahkan cintanya pada semuanya secara merata, kan? Kalau kau telah menerima kenyataannya, maka kau harus percaya dan memperhatikannya. Itu juga CINTA~noyo.(Karen)
I-iya. Benar sekali!(Hilda)

Hilda! Jangan mau dibohongi! Ia bohong! Coba lihat! Ia tertawa terkekeh-kekeh!

Aku ingin mendengarnya di depan semuanya.(Yae)
Sip~. Walau akan selesai kalau nanya ke Hilda sih. Kita sudah berjanji tidak akan merahasiakan apapun.(Elzie)

Ah, masak? Ini lho pertama kalinya aku mendengar hal itu… kalau gini, bukankah semuanya akan terbongkar?
Bentar, aku tidak bersalah. Tapi kok begini ya, kok jadi lemas tak berdaya begini ya…?

Pemuda akan lemas berhadapan dengan pemudi yang mabuk cinta.

──── Lelaki adalah makhluk yang sabar

Malam itu, aku dipaksa menyatakan seberapa besar cintaku pada setiap tunanganku, sampai wajahku merah dan berguling-guling di kasur.

Aku sudah berguling-guling sejak sampai di kamar! Ah! Iya! Kohaku dkk melihatku dengan tatapan aneh! Uwaaaaaa, aku yakin adegan itu direkam Rin! Aku bahkan harus menyatakannya pada Sue…Uaaaaa!

Ucapanku pada mereka itu murni 100% perasaanku, tapi malu itu ya tetap malu.


Karena kalau diingat, akan semakin sedih, sebaiknya aku cepat tidur!

Sebelumnya || Daftar Chapter  || Selanjutnya

9 comments:

  1. Seamngat aku dah baca min di liberenovel sampai 318 kalo ga salah ayo min susul aku menunggu mu min tiap pagi aku cek web ini tolong bantu saya untuk membaca LN ISESUMA

    ReplyDelete
  2. anjir parah si touya, wkwkw

    lanjut min, ditunggu next chapter nya.

    ReplyDelete
  3. Wkwkwk....

    Dipaksa menyatakan betapa besar cinta nya kepada mereka 🤣

    Ntah kenapa saya majg bakallu guling2 kalo disuruh kayak gitu apalagi itu ada 9 gadis 🤣

    ReplyDelete
  4. "Punya banyak istri itu gk enak krna serba salah" Itulah yg ingin disampaikan Touya kepada team harem

    ReplyDelete
  5. Nasib bruntungmu sudah di renggut dari mendapat 9 istri khahaha,,

    ReplyDelete