Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 303 Bahasa Indonesia
Translator | Ramune |
Editor
| Mizuki Hashima |
Proof Reader
| Mizuki Hashima |
Arc 27: Dunia Kebalikan
Chapter 303: Perasaan Cinta, Serta Afeksi Tuan Putri
「Kalau memang demikian, kerusakan dari Behemoth dipastikan
berkurang drastis, begitu?」(Touya)
「Begitulah. Dan juga, mereka sudah jarang terlihat. Walau lambat,
area penduduk juga mulai merambat ke luar Benteng.」(Mentor Centoral)
Di sebuah ruangan dalam kuil bagian
tengah pulau Palerius, aku dan Mentor Centoral sedang berdiskusi. Ia terlihat
sangat sibuk.
「Kerajaan Paluf dan Elfrau membeli material Behemoth, jadi kami mulai
mengimpor beberapa barang dari hasil jual-beli tersebut. Kami berencana membuat
sebuah kota pelabuhan di dekat bagian selatan.」 (Mentor Central)
「Begitu, yah. Benar juga, mengingat tidak ada bagian dari pulau ini
yang bisa dijadikan tempat pemberhentian kapal.」(Touya)
Sebelumnya, pulau ini sangat menutup
diri. Mereka tidak butuh kapal. Sampai sekarang, kapal-kapal dari Paluf dan
Negara lain berhenti di tengah lautan atau di tepi laut dengan kapal kecil.
Keberadaan Kota pelabuhan, tanpa dipikir panjang pun, adalah sebuah keharusan.
Karena di tempat lain tidak ada, buah
dan sayuran pulau ini bernilai tinggi. Selain itu, pengrajin pulau ini sangat
handal, mereka bisa membuat barang berkualitas tinggi.
Biasanya... kerajinan dibuat oleh
Dwarf, tapi mereka tinggal di Kerajaan Lail di sebelah selatan. Bagi Paluf,
Palerius lebih dekat daripada Lail.
「Saya sempat khawatir saat barir menghilang, tapi ternyata tidak
perlu. Era berlindung dari amukan Behemoth telah berakhir. Dengan merambatnya
area penduduk ke semua arah, Palerius pasti akan menjadi lebih makmur. Kami
berhutang pada Anda, Raja Penguasa Brunhild. Terima kasih banyak.」(Mentor Centoral)
「Kami juga. Berkat pulau ini, kami bisa mengadakan latihan
FrameGear. Dalam hal ini, kita berdua sama-sama diuntungkan.」
Kami pun tersenyum… yang dilanjutkan
dengan diskusi lebih lanjut mengenai diplomasi dan keikutsertaan mereka dalam
Aliansi Dunia.
***
Sepulangnya, aku menelepon Guild
Master, Rerisha-san.
Tujuannya adalah laporan bahwa aku
telah mendapat izin membuat cabang guild adventurer
di Palerius. Dengan ini, kalau sampai Fraze muncul, para adventurer bisa membantu.
Karena Palerius merupakan tempat di
mana kekuatan sihir terkekang, tempat itu menjadi sarang makhluk sihir kuat.
Walaupun tidak berubah menjadi behemoth, ukuran mereka jauh lebih besar dari
biasanya.
Bagi adventurer veteran, Palerius dianggap sebagai tambang emas, sama
seperti Dungeon kami, jadi
orang-orang pasti akan berdatangan ke sana.
Menutup panggilan, aku berjalan-jalan
santai mengitari Brunhild karena pekerjaan hari ini sudah selesai.
Jalan utama padat penduduk dan
terlihat sangat ‘hidup’. Beberapa mesin gacha berbaris di depan toko Alba-san.
Di depannya, terlihat banyak bocah menghabiskan uang mereka dan
mengoperasikannya.
Suasana itu mengingatkanku dengan apa
yang terjadi di toko permen, membuatku hampir tertawa. Fumu, mungkin aku
harus membangun toko permen.
Perusahaan Alba-san punya beberapa
cabang di Brunhild (kurang-lebih ada 3). Cabang yang di depanku ini menjual
mainan, tepat untuk bocah laki ingusan.
Apa enaknya model kereta itu kujual
saja, yah?
Tidak, gimana kalau menjual model
mobil-mobilan kecil dan memberi tempat untuk balapan? Penduduk pasti bisa
membuat dan mengatur mainannya sendiri…
(Ramune: Ingat Tamiya?)
「Touya-sama?」(Hilda)
Saat aku menoleh ke arah datangnya
suara familiar tersebut, terlihat Hilda, ia memakai baju pelindung ksatria dan
membawa pedang kristal. Ia tidak memakai sarung tangannya, yang ternyata
digantungkan di dekat pedang.
「Lho? Kok ada di sini?」(Touya)
「Yae-san, Elzie-san dan saya baru kembali dari dungeon. Kami berpisah karena mereka mau membeli ikan di pelabuhan,
lalu…」(Hilda)
Pergi ke dungeon lagi? Hadeh… biar
dah, toh hanya ½ hari, jadi tidak sampai di lantai bawah.
Mereka ditugasi berpatroli di lantai
atas untuk mengecek adanya masalah atau tidak, tempat itu disebut dungeon
karena di sana lah hal tak terduga sering terjadi. Aku tidak ingin mereka
terlalu santai. Kalau boleh jujur, aku tidak ingin mereka pergi ke sana
sering-sering.
「Mau pulang sama-sama?」(Touya)
「Iya!」(Hilda)
Hilda pun tersenyum yang dilanjutkan
dengan berjalan ke sisiku dengan cepat seolah-olah ingin memegang tangan
kiriku.
Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu
saat menggerakkan tangannya malu-malu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
Hah? Ada apa?
Hah? Ada apa?
……ooohh.
「Ingin jalan sambil berpegangan tangan?」(Touya)
「Ti-tidak! Saya dari dungeon,
jadi kotor, dan berkeringan!」(Hilda)
Ia mengatakannya dengan wajah yang
merah membara, aku pun langsung memegang tangannya tanpa mempedulikan
reaksinya. Dengan “Hawawa”, wajahnya semakin memerah.
「Aku tidak keberatan. Hilda itu terlalu menahan diri, iya kan?
Kalau mau, kau boleh bersikap seperti lainnya, tidak apa-apa.」(Touya)
「Uaa! I-i-iya. Soalnya…ajaran ksatria mengajarkan disiplin…」(Hilda)
「Kalau sama aku, tidak masalah, bukan? Saat ini, yang kubutuhkan
bukanlah Hilda sang Ksatria, tapi Hilda si gadis yang sebenarnya.」(Touya)
「…iya.」(Hilda)
Wajahnya memerah, dan tatapannya
tertuju ke bawah. Menurut yang kudengar dari kakaknya, Hilda terlahir
sebagai Tuan Putri yang memegang pedang sejak masa kanak-kanak, yang selalu
mengikuti tradisi Kerajaan Ksatria. Makanya, ia jadi seperti ini.
“Lindungi masyarakat, jadilah tameng
bagi yang lemah, dan miliki pikiran yang jernih.” – Baginya, ajaran itu sudah
mendarah daging.
Makanya aku pernah berpikir“Apa ia
pernah diperlakukan seperti gadis biasa?”. Walau sedikit kasihan, hal itu bisa
menjadi momok baginya.
Karen-neesan juga mengatakan kalau aku
adalah cinta pertamanya, yang kurasa adalah hal besar.
Kami meneruskan perjalanan sambil
terus bercanda-ria. Walau pun Gate
lebih cepat, momen seperti ini tidaklah buruk.
「……Umm, sebenarnya….saya punya pertanyaan…」(Hilda)
「Hmm? Pertanyaan?」(Touya)
「A-anu… Apa…anda benar-benar menyukai….saya …?」(Hilda)
Langkah pun terhenti dan aku langsung
terdiam. Melihatku yang seperti itu, Hilda memperlihatkan ekspresi penyesalan
sambil memaksa ‘tuk terus tersenyum sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan
penuh kepanikan.
「Aa-ah, lu-lupakan! Maaf karena mengatakan hal yang aneh!」(Hilda)
「…kenapa kau menanyakannya?」(Touya)
「……Sa-saya tidak feminin, dan tidak bisa melakukan apa-apa selain
bertarung…walau pertunangan kita terjadi karena kejadian di Restia……saya tidak
berhenti memikirkannya…」(Hilda)
Ah~ Jadi begitu, yah?
… walau kurasa sudah terlambat, hal
ini tidak akan terjadi kalau perasaanku benar-benar tersampaikan. Aku sudah
muak dengan ketidakpekaanku ini.
Aku pun menatap wajah Hilda dan
menggenggam erat kedua tangannya. Aku lah yang salah. Aku harus menyatakannya
dengan benar.
「Tadi sudah kukatakan, kan, bukan Tuan Putri Restia yang
kubutuhkan, tapi kau yang sebenarnya. Aku menyayangimu. Aku ingin melindungimu.
Dan membuatmu bahagia bersamaku….selamanya.」(Touya)
「Ah…」(Hilda)
「Aku mencintaimu apa adanya. Aku tidak bohong, jadi jangan berpikir
seperti itu lagi, yah.」(Touya)
「Iya… maafkan saya…u-u~…」(Hilda)
Aku pun menarik Hilda yang mulai
menangis dan memeluknya.
Bodohnya diriku... Membuat gadis
semanis dirinya menangis. Tunangan
macam apa aku ini. Yah…nanti aku pasti buat masalah lagi.
「Kesempatan
~nanoyo! Sekarang, kiss
~nanoyo!!!!!!!」(Karen)
「AAAAAAAAAAAAAAA!」(Touya)
「AAAAAAAAAA!」(Hilda)
Tiba-tiba terdengar suara Karen-neesan
dari belakang, jadi aku berteriak sambil memeluk erat Hilda. Kemunculannya
selalu tiba-tiba!
「Woi! Sudah berapa kubilang! Hentikan kebiasaanmu! Dan juga, kenapa
kau ada di sini!?」(Touya)
「Radar onee-chan mengatakan『Touya-kun sedang bermesraan dengan seorang gadis』 ~noyo. Mustahil aku melewatkannya
~noyo.」(Karen)
Radar biadap! Seharusnya kau mengamati
dari jauh! Walaupun ia seorang Dewi Cinta, ia tidak peka…!
「U-umm…, Touya-sama, sakit…」(Hilda)
「Eh? Aah, maaf ya, Hilda!」(Touya)
Setelah menyadari kalau dari tadi aku
memeluk Hilda, aku pun melepaskannya.
「Ti…… tidak apa-apa, saya suka dipeluk.」(Hilda)
Hilda yang menunduk pun memerah.
Setelah menyadari situasinya, wajahku juga ikut memerah. Kok bisa?
「Hyuu-hyuu! Kok jadi panas ya ~nanoyo. Ya ampun. Perasaan cinta
hanya bisa dirasakan dalam situasi seperti ini, jadi mumpung sempat, nikmati
saja ~noyo.」(Karen)
「Apa maksudmu hanya bisa “dinikmati dalam situasi seperti ini”?」(Touya)
Karena seperti diremehkan, jadi aku
langsung begitu. Rasanya kata-katanya barusan mengindikasikan kalau perasaan
kami akan berkurang.
「Cinta, dan afeksi itu beda, ~na no yo. Cinta akan tumbuh walau
tanpa usaha, sementara afeksi akan tumbuh kalau ada usaha. 2 hal itu sama-sama
bagus dan tak terpisahkan, tapi beda.」(Karen)
Mumuu…bukannya gak paham, tapi kalau
ia yang mengatakannya, rasanya gak meyakinkan.
「Kau tidak perlu paham sekarang ~noyo. Kau akan paham kalau sudah
dewasa nanti ~noyo」(Karen)
「Cih..」(Touya)
Aku kan masih anak-anak. …ups. Kurasa
hal ini terlalu kekanak-kanakan.
「Lho? Bukannya itu Touya? Lagi ngapain?」(Elzie)
Elzie dan Yae berjalan kemari. Mereka
membawa ember yang penuh ikan. Baru kembali dari pelabuhan?
「Hilda-dono… Hei. Hilda-dono. Kau baru menangis?」 (Yae)
「Hei! Touya!? Apa yang kau lakukan padanya!?」(Elzie)
Mereka berdua langsung menduga yang
tidak-tidak saat melihat air mata Hilda. Hubungan mereka bertiga sangat erat,
jadi aku paham.
「Gak! Gak ada kok! Iya kan? Hilda!」(Touya)
「I-iya. Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan…!」(Hilda)
Hilda mengatakannya sebagai mantap.
Tapi reaksi mereka tambah buruk.
Aku tidak melakukan kesalahan, jadi
tidak perlu takut, tapi rasanya kok jadi malu, yah. Kalau dipikir, aku yang
membuatnya menangis. memalukan.
「Mencurigakan…」(Elzie)
「Benar…」(Yae)
「Touya-kun dan Hilda-chan tadi lagi mesra-mesraan ~noyo. Suasana
jadi panas ~noyo.」(Karen)
「Uoooi! Apa yang kau katakan, Onee-samaaa!?」(Hilda)
Kakakku pun mengatakan sesuatu yang
tak perlu dengan mantap. Apa ini tujuanmu!?
「Bawa dia!」(Elzie)
「Dimengerti!」(Yae)
Elzie dan Yae pun memegangi tanganku
dan menyeretku ke istana. Duh duh duh! Tanganku! Tanganku bengkok!
「U-umm, Karen-oneesama!? Touya-sama……」(Hilda)
「Akan tidak bagus kalau Touya-kun tidak mencurahkan cintanya pada
semuanya secara merata, kan? Kalau kau telah menerima kenyataannya, maka kau
harus percaya dan memperhatikannya. Itu juga CINTA~noyo.」(Karen)
「I-iya. Benar sekali!」(Hilda)
Hilda! Jangan mau dibohongi! Ia bohong!
Coba lihat! Ia tertawa terkekeh-kekeh!
「Aku ingin mendengarnya di depan semuanya.」(Yae)
「Sip~. Walau akan selesai kalau nanya ke Hilda sih. Kita sudah
berjanji tidak akan merahasiakan apapun.」(Elzie)
Ah, masak? Ini lho pertama kalinya aku
mendengar hal itu… kalau gini, bukankah semuanya akan terbongkar?
Bentar, aku tidak bersalah. Tapi kok
begini ya, kok jadi lemas tak berdaya begini ya…?
Pemuda akan lemas berhadapan dengan
pemudi yang mabuk cinta.
──── Lelaki adalah makhluk yang sabar
Malam itu, aku dipaksa menyatakan
seberapa besar cintaku pada setiap tunanganku, sampai wajahku merah dan berguling-guling
di kasur.
Aku sudah berguling-guling sejak
sampai di kamar! Ah! Iya! Kohaku dkk melihatku dengan tatapan aneh!
Uwaaaaaa, aku yakin adegan itu direkam Rin! Aku bahkan harus menyatakannya pada
Sue…Uaaaaa!
Ucapanku pada mereka itu murni 100%
perasaanku, tapi malu itu ya tetap malu.
Karena kalau diingat, akan semakin
sedih, sebaiknya aku cepat tidur!
Seamngat aku dah baca min di liberenovel sampai 318 kalo ga salah ayo min susul aku menunggu mu min tiap pagi aku cek web ini tolong bantu saya untuk membaca LN ISESUMA
ReplyDeleteLanjot min
ReplyDeleteThanks min
ReplyDeleteanjir parah si touya, wkwkw
ReplyDeletelanjut min, ditunggu next chapter nya.
Wkwkwk....
ReplyDeleteDipaksa menyatakan betapa besar cinta nya kepada mereka 🤣
Ntah kenapa saya majg bakallu guling2 kalo disuruh kayak gitu apalagi itu ada 9 gadis 🤣
Jadi, kpn ngeue lg ?
ReplyDelete#Team3u3
"Punya banyak istri itu gk enak krna serba salah" Itulah yg ingin disampaikan Touya kepada team harem
ReplyDeleteNasib bruntungmu sudah di renggut dari mendapat 9 istri khahaha,,
ReplyDeleteMantap 😄
ReplyDelete