Monday 19 August 2019

Maseki Gurume Chapter 3


TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu

1/2
karena ft luar udh tl sampe chapter 6, jadi sepertinya bakal dikejar tl ini dulu deh
evil god mungkin rilis setelah maseki chapter 6 
(^.^)a
================================================================
Chapter 3 :
Aku Menang Undian, Tapi Sepertinya Akan Ada Banyak Masalah!



Aku merasa silau melihat cahaya yang masuk melalui jendela, dan itu membuat kesadaranku terbangun.

Tiba-tiba saat aku membuka mataku, aku melihat seorang wanita berambut coklat yang cantik sedang menggendongku.


Aah iya, aku telah bereinkarnasi.


[Abu... ba!]

[Iya, iya, aku adalah ibumu. Ain....]
[Tlnote: Ain (アイン), bukan ainz ya, ntar dia jadi overlord lagi :v]

Sepertinya namaku adalah Ain.
Dan wanita cantik ini sepertinya adalah ibuku. Setidaknya itulah yang tadi dia katakan.

[Terima kasih karena sudah terlahir dengan sehat.]

Sama-sama, aku juga senang karena ibuku adalah wanita yang cantik.
Eh? Tapi kok bahasanya sama dengan bahasa jepang, ya?
Aku bisa mendengarnya seperti bahasa jepang, yah, kurasa ini adalah bonus untukku.

Ah, rasanya sedikit gatal.

[Fuee.... Ogyaaa! Ogyaaa!]
[tlnote : gimana sih nulis suara bayi? Oeek oeek gitu ya? Ah sudahlah... intinya dia nangis :v]

[Ara? Lapar ya? Iya, iya, sebentar ibu kasih makan.]

Hmm... aku bisa minum susu sebanyak yang kuinginkan dari ibu yang cantik
Sepertinya aku menangis karena kelaparan.
Yah, meski aku merasa sedikit rugi, tapi ternyata ada untungnya juga.
[Tl note : ( ͡° ͜Ê– ͡°) ]

Tapi entah kenapa, aku tidak merasakn hal yang erotis dari ini. Apa mungkin karena dia adalah ibuku, ya?
Atau karena aku adalah seorang bayi dan itu adalah perasaan saat baru lahir?
Ah, ibu... aku sudah kenyang. Terima kasih banyak.

[Ara ara, sudah tidur, ya? Semoga kau bisa tumbuh menjadi ksatria yang hebat ya, Ain...]

[Olivia?]

[Ah, suamiku... kau sedikit telat.]

[Hm? Begitu ya... dia sudah tidur... Kerjanya hanya tidur dan makan... semoga dia tumbuh dengan baik.]

Aku terbangun di sebuah kamar yang mewah saat bereinkarnasi. Sudah pasti ini adalah rumah keluarga bangsawan.
Aku ingin hidup tentram tanpa terlibat masalah politik, mustahil, ya?
Yah, untuk sekarang, ayo tidur... aku sudah sangat mengantuk...

Tadi ibuku bilang semoga aku bisa menjadi ksatria yang hebat... maafkan aku, soalnya kemampuan yang kumiliki itu--

*-*-*-*

[Oke, ayo susun kembali semua informasi yang kumiliki.]

Empat tahun sudah berlalu sejak aku bereinkarnasi di dunia ini.
Aku mulai bisa berbicara setelah beberapa saat. Tapi sejak awal tak ada masalah dengan bahasa yang digunakan.

Pertama soal kemampuan fisik, kurasa ini sebuah keuntungan buatku.
Pertumbuhanku lebih cepat dari anak-anak di sekitarku. Mungkin aku bisa menang meski melawan anak berumur tujuh tahun.

Selanjutnya adalah soal sihir yang sudah kunanti-nantikan.
Sejak lahir di dunia ini, aku telah banyak memiliki kesempatan melakukan kontak dengan sihir.
Aku telah banyak membaca buku saat menyelinap ke ruang belajar, sepertinya ada banyak atribut sihir. Tapi tidak ada yang namanya bakat atau kecocokan dimana seseorang hanya bisa menggunakan sihir atribut tertentu.

Tapi semakin sulit materinya, aku mengetahui bahwa terdapat kelemahan dan ketahanan terhadap atribut sihir.

Awalnya aku telah mencobanya, tapi sepertinya aku tak memilikinya, terutama kelemahan terhadap sihir.

[Kalau membahas tentang kedua hal itu, mungkin bisa dibilang kalau ini juga sebuah nilai tambah.]

Hal seperti ini tidak dijelaskan oleh Dewa.
Tapi, bagaimana jika semua ini disebabkan oleh bakat?
Begitulah yang terpikir olehku.
Ayahku adalah seorang jendral yang terkenal di negeri ini, dan sepertinya ibuku juga bekerja sebagai penyihir di istana, jadi aku tak bisa menyangkal jika ternyata aku mewarisi bakat mereka.
Sepertinya keturunan sangat berpengaruh di dunia ini.

Tapi meski bakat adalah sesuatu yang bisa diturunkan, itu juga merupakan keuntungan yang kudapat dari terlahir di keluarga Earl karena gacha.
Dan meskipun bakat itu tidak diturunkan padaku, tetap saja aku masih beruntung karena terlahir dalam keadaan seperti ini.

Tapi, ada satu hal yang sudah pasti merupakan sebuah nilai tambah. Apapun yang kubaca, semua itu langsung bisa kupahami dan aku bisa dengan mudah mengingatnya.

Aku sudah mempelajari hingga apa yang diketahui oleh orang dewasa tentang sejarah tempatku dilahirkan ini, kerajaan Heim.
Kurasa aku tak akan bisa melakukan itu di dunia lamaku.
Yah, aku tidak berharap banyak pada diriku yang dulu.

[Dan juga, wajahku lumayan juga.]

Aku mewarisi rambut coklat indah dari ibuku, Olivia. Sedangkan dari ayahku, Logas... aku mewarisi ekspresinya yang tegas.
Aku jadi menantikan masa depanku yang cerah dan menyenangkan.

[Hmm... sudah kuduga, aku memang sangat beruntung.]

MANTAP OI! Mohon maklumi perasaanku yang ingin berteriak seperti itu. Soalnya, aku tak pernah menyangka bahwa semua akan menjadi seperti ini.

Skill milikku memang mengecewakan, tapi ibuku selalu bilang “Ain pasti akan menjadi ksatria yang hebat” jadi, aku akan berusaha keras.

[Ain-!]

[Yaa... aku datang!]

Omong-omong, saat ini aku sedang istirahat dari latihan dengan ayahku.
Yah, meski aku menyebutnya latihan, yang kulakukan hanya mengayunkan pedang kayu milikku.

[Ara, ternyata si bocah manja sedang di sini, ya?]

Ada satu hal yang tidak kusuka.
Dan itu adalah dia, si mak lampir.

[Bu Alma... Selamat pagi.]

[Ya, pagi. Kasihan sekali Logas-sama... harus melatih anak yang tidak memiliki bakat bertarung maupun sihir.]

[..... aku sangat berterimakasih pada ayah.]

[Harusnya memang begitu! Tapi syukurlah anakku tidak sepertimu... dia kan punya skill Holy Knight.]

Di negeri ini, bakat dan skill milikmu akan diperiksa dan segera diketahui saat lahir.
Tentu saja, aku juga diperiksa dan Toxin Decomposition EX milikku juga dengan mudah diketahui.
Yah, semua orang terkejut karena skill milikku memiliki EX di namanya, tapi tetap saja, itu hanyalah skill untuk mengurai racun.

Iya... aku tahu kok...

Dibandingkan denganku, adikku yang lahir dari Bu Alma, yang merupakan seorang selir, terlahir dengan skill keren seperti Holy Knight.
Dia lebih muda dua tahun dariku, jadi dia belum bisa ikut latihan. Tapi, ayahku sangat menantikan saat itu tiba, aku yakin kalau dia sangat berharap banyak dari adikku itu.

Oh iya, nama adikku adalah Grint, dan dia mewarisi rambut pirang dari Bu Alma.

[Iya, aku sadar kalau aku telah merepotkan ayah, dan aku sangat menyesalinya.... Itulah sebabnya aku akan berusaha keras.... aku berusaha agar bisa berguna meski hanya sedikit. Dan tentu saja, agar tidak mencoreng nama baik Bu Alma.]

[Fuh... tentu saja. Kuharap kau bisa mendukung Grint sebagai pewaris keluarga di masa depan.]

Ini sesuatu yang sudah sering dibicarakan.
Yah, tentu saja... Sudah pasti Grint yang akan menjadi pewaris keluarga.
Serius, sikap semua orang pada Grint jauh lebih baik dan ramah daripada sikap mereka padaku...
Dalam hidupku, aku tak pernah mendapat hadiah selain dari ibuku, tapi aku sadar kalau itu juga pasti karena dia menyesali keadaan itu dan diam-diam memberikannya padaku.
Aku sangat senang, bu.

[Tentu saja. Kalau begitu aku permisi dulu, ayah sudah memanggilku, jadi aku akan segera kesana.]

[Kalau begitu cepatlah pergi, jangan membuatnya menunggu.]

Tapi kan kau yang memanggilku tadi...
Haaa... setidaknya mereka tidak mengusirku. Itulah yang akhir-akhir ini sering kupikirkan.
Atau setidaknya, tolong jangan jauhkan aku dari ibuku setelah akhirnya aku telah memiliki mother complex. (Serius)

[Kau lama sekali Ain! Apa yang kau lakukan? Kau harus cepat datang jika aku memanggilmu!]

[Maafkan aku. Tadi Bu Alma memanggilku.]

[.... Begitu, ya. Ada perlu apa dia memanggilmu?]

[Dia bilang kalau aku harus berusaha untuk membantu ayah dan Grint, dan juga aku harus bekerja keras.]

[Begitu... terus, kau bilang apa?]

[.... Tentu saja, aku bilang kalau itu juga tujuanku, kenapa?]

[Tidak ada... ayo mulai latihan hari ini, cepat ambil pedangmu.]

[Baik!]

Kurasa ayahku, Logas, akan melatihku sedikit lebih lama.
Tapi Grint dan Alma adalah anggota keluarga yang berharga baginya. Jadi mungkin dia tak ingin aku berpikiran buruk tentang mereka.
Meski begitu, dia tak bisa memberitahu mereka agar tidak berbicara dengan kasar padaku.

**

Seorang pelayan sedang merapikan kamar Ain, putra pertama keluarga Roundhart.
Meski dia masih muda, tapi dia adalah anak yang pintar dan cerdas, dia juga sangat baik kepada para pelayan sehingga reputasinya di mata para pelayan sangat bagus.

[Baiklah... kasurnya sudah rapi, selanjutnya...]

Meski dia adalah putra pertama kelurga Earl, tapi kamar Ain tidak memiliki banyak perabotan yang mewah.
Perabotan yang paling terlihat mewah di kamar ini hanyalah tempat tidur dan sofa.
Dan tentu saja, para pelayang tidak bermalas-malasan dan tetap membersihkan debu dari sofa sehingga Ain, pemilik kamar tersebut, dapat beristirahat dengan nyaman.

[Eh? Rusak lagi?]

Kamar Ain sedikit lebih spesial dibanding kamar lainnya, alasannya adalah karena di sini, lampunya sering sekali rusak.
Lampu tersebut dapat menyala dengan meletakkan batu sihir sebagai mediumnya.

[Hmm... sepertinya akhir-akhir ini banyak sekali benda murahan. Ini sudah yang ketiga kalinya dalam bulan ini... yah, aku harus segera menggantinya.]

Batu sihir di kamar Ain sudah dua kali diganti dalam bulan ini.
Biasanya, batu sihir cukup diganti sekali dalam sebulan, tapi tak seperti umumnya, ini sudah ketiga kalinya mereka harus mengganti batu sihir di kamar Ain di bulan januari ini.

[Kurasa Ain-sama lapar dan kemudian melahapnya... bercanda kok.... Mana mungkin seseorang bisa memakan batu sihir hanya karena dia lapar. Batu ini akan merusak tubuhmu. Lagipula, batu sihir tidak kelihatan enak sama sekali.]

Karena batu sihir di kamar Ain sering kali rusak, dia sampai mengira kalau Ain telah melahap isinya. Candaan seperti ini sudah sering beredar diantara para pelayan sebagai sebuah rumor.


2 comments: