Maseki Gurume Chapter 3
Translator | UDesu |
Editor
| UDesu |
Proof Reader
| UDesu |
1/2
karena ft luar udh tl sampe chapter 6, jadi sepertinya bakal dikejar tl ini dulu deh
evil god mungkin rilis setelah maseki chapter 6
(^.^)a
================================================================
Chapter 3 :
Aku Menang Undian, Tapi Sepertinya Akan Ada Banyak Masalah!
Aku merasa silau melihat cahaya yang masuk melalui jendela,
dan itu membuat kesadaranku terbangun.
Tiba-tiba saat aku membuka mataku, aku melihat seorang
wanita berambut coklat yang cantik sedang menggendongku.
Aah iya, aku telah bereinkarnasi.
[Abu... ba!]
[Iya, iya, aku adalah ibumu. Ain....]
[Tlnote: Ain (アイン), bukan ainz ya, ntar dia jadi overlord lagi :v]
Sepertinya namaku adalah Ain.
Dan wanita cantik ini sepertinya adalah ibuku. Setidaknya
itulah yang tadi dia katakan.
[Terima kasih karena sudah terlahir dengan sehat.]
Sama-sama, aku juga senang karena ibuku adalah wanita yang
cantik.
Eh? Tapi kok bahasanya sama dengan bahasa jepang, ya?
Aku bisa mendengarnya seperti bahasa jepang, yah, kurasa ini
adalah bonus untukku.
Ah, rasanya sedikit gatal.
[Fuee.... Ogyaaa! Ogyaaa!]
[tlnote : gimana sih nulis suara
bayi? Oeek oeek gitu ya? Ah sudahlah... intinya dia nangis :v]
[Ara? Lapar ya? Iya, iya, sebentar ibu kasih makan.]
Hmm... aku bisa minum susu sebanyak yang kuinginkan dari ibu
yang cantik
Sepertinya aku menangis karena kelaparan.
Yah, meski aku merasa sedikit rugi, tapi ternyata ada untungnya juga.
[Tl note : ( ͡° ͜Ê–
͡°) ]
Tapi entah kenapa, aku tidak merasakn hal yang erotis dari ini. Apa
mungkin karena dia adalah ibuku, ya?
Atau karena aku adalah seorang bayi dan itu adalah perasaan saat baru
lahir?
Ah, ibu... aku sudah kenyang. Terima kasih banyak.
[Ara ara, sudah tidur, ya? Semoga kau bisa tumbuh menjadi ksatria yang
hebat ya, Ain...]
[Olivia?]
[Ah, suamiku... kau sedikit telat.]
[Hm? Begitu ya... dia sudah tidur... Kerjanya hanya tidur dan makan...
semoga dia tumbuh dengan baik.]
Aku terbangun di sebuah kamar yang mewah saat bereinkarnasi. Sudah pasti
ini adalah rumah keluarga bangsawan.
Aku ingin hidup tentram tanpa terlibat masalah politik, mustahil, ya?
Yah, untuk sekarang, ayo tidur... aku sudah sangat mengantuk...
Tadi ibuku bilang semoga aku bisa menjadi ksatria yang hebat... maafkan
aku, soalnya kemampuan yang kumiliki itu--
*-*-*-*
[Oke, ayo susun kembali semua informasi yang kumiliki.]
Empat tahun sudah berlalu sejak aku bereinkarnasi di dunia
ini.
Aku mulai bisa berbicara setelah beberapa saat. Tapi sejak
awal tak ada masalah dengan bahasa yang digunakan.
Pertama soal kemampuan fisik, kurasa ini sebuah keuntungan
buatku.
Pertumbuhanku lebih cepat dari anak-anak di sekitarku.
Mungkin aku bisa menang meski melawan anak berumur tujuh tahun.
Selanjutnya adalah soal sihir yang sudah kunanti-nantikan.
Sejak lahir di dunia ini, aku telah banyak memiliki
kesempatan melakukan kontak dengan sihir.
Aku telah banyak membaca buku saat menyelinap ke ruang
belajar, sepertinya ada banyak atribut sihir. Tapi tidak ada yang namanya bakat
atau kecocokan dimana seseorang hanya bisa menggunakan sihir atribut tertentu.
Tapi semakin sulit materinya, aku mengetahui bahwa terdapat
kelemahan dan ketahanan terhadap atribut sihir.
Awalnya aku telah mencobanya, tapi sepertinya aku tak
memilikinya, terutama kelemahan terhadap sihir.
[Kalau membahas tentang kedua hal itu, mungkin bisa dibilang
kalau ini juga sebuah nilai tambah.]
Hal seperti ini tidak dijelaskan oleh Dewa.
Tapi, bagaimana jika semua ini disebabkan oleh bakat?
Begitulah yang terpikir olehku.
Ayahku adalah seorang jendral yang terkenal di negeri ini,
dan sepertinya ibuku juga bekerja sebagai penyihir di istana, jadi aku tak bisa
menyangkal jika ternyata aku mewarisi bakat mereka.
Sepertinya keturunan sangat berpengaruh di dunia ini.
Tapi meski bakat adalah sesuatu yang bisa diturunkan, itu
juga merupakan keuntungan yang kudapat dari terlahir di keluarga Earl karena
gacha.
Dan meskipun bakat itu tidak diturunkan padaku, tetap saja
aku masih beruntung karena terlahir dalam keadaan seperti ini.
Tapi, ada satu hal yang sudah pasti merupakan sebuah nilai
tambah. Apapun yang kubaca, semua itu langsung bisa kupahami dan aku bisa
dengan mudah mengingatnya.
Aku sudah mempelajari hingga apa yang diketahui oleh orang
dewasa tentang sejarah tempatku dilahirkan ini, kerajaan Heim.
Kurasa aku tak akan bisa melakukan itu di dunia lamaku.
Yah, aku tidak berharap banyak pada diriku yang dulu.
[Dan juga, wajahku lumayan juga.]
Aku mewarisi rambut coklat indah dari ibuku, Olivia.
Sedangkan dari ayahku, Logas... aku mewarisi ekspresinya yang tegas.
Aku jadi menantikan masa depanku yang cerah dan menyenangkan.
[Hmm... sudah kuduga, aku memang sangat beruntung.]
MANTAP OI! Mohon maklumi perasaanku yang ingin berteriak
seperti itu. Soalnya, aku tak pernah menyangka bahwa semua akan menjadi seperti
ini.
Skill milikku memang mengecewakan, tapi ibuku selalu bilang
“Ain pasti akan menjadi ksatria yang hebat” jadi, aku akan berusaha keras.
[Ain-!]
[Yaa... aku datang!]
Omong-omong, saat ini aku sedang istirahat dari latihan
dengan ayahku.
Yah, meski aku menyebutnya latihan, yang kulakukan hanya
mengayunkan pedang kayu milikku.
[Ara, ternyata si bocah manja sedang di sini, ya?]
Ada satu hal yang tidak kusuka.
Dan itu adalah dia, si mak lampir.
[Bu Alma... Selamat pagi.]
[Ya, pagi. Kasihan sekali Logas-sama... harus melatih anak
yang tidak memiliki bakat bertarung maupun sihir.]
[..... aku sangat berterimakasih pada ayah.]
[Harusnya memang begitu! Tapi syukurlah anakku tidak
sepertimu... dia kan punya skill Holy
Knight.]
Di negeri ini, bakat dan skill milikmu akan diperiksa dan
segera diketahui saat lahir.
Tentu saja, aku juga diperiksa dan Toxin Decomposition EX milikku juga dengan mudah diketahui.
Yah, semua orang terkejut karena skill milikku memiliki EX
di namanya, tapi tetap saja, itu hanyalah skill untuk mengurai racun.
Iya... aku tahu kok...
Dibandingkan denganku, adikku yang lahir dari Bu Alma, yang
merupakan seorang selir, terlahir dengan skill keren seperti Holy Knight.
Dia lebih muda dua tahun dariku, jadi dia belum bisa ikut
latihan. Tapi, ayahku sangat menantikan saat itu tiba, aku yakin kalau dia
sangat berharap banyak dari adikku itu.
Oh iya, nama adikku adalah Grint, dan dia mewarisi rambut
pirang dari Bu Alma.
[Iya, aku sadar kalau aku telah merepotkan ayah, dan aku
sangat menyesalinya.... Itulah sebabnya aku akan berusaha keras.... aku berusaha
agar bisa berguna meski hanya sedikit. Dan tentu saja, agar tidak mencoreng
nama baik Bu Alma.]
[Fuh... tentu saja. Kuharap kau bisa mendukung Grint sebagai
pewaris keluarga di masa depan.]
Ini sesuatu yang sudah sering dibicarakan.
Yah, tentu saja... Sudah pasti Grint yang akan menjadi
pewaris keluarga.
Serius, sikap semua orang pada Grint jauh lebih baik dan
ramah daripada sikap mereka padaku...
Dalam hidupku, aku tak pernah mendapat hadiah selain dari
ibuku, tapi aku sadar kalau itu juga pasti karena dia menyesali keadaan itu dan
diam-diam memberikannya padaku.
Aku sangat senang, bu.
[Tentu saja. Kalau begitu aku permisi dulu, ayah sudah
memanggilku, jadi aku akan segera kesana.]
[Kalau begitu cepatlah pergi, jangan membuatnya menunggu.]
Tapi kan kau yang memanggilku tadi...
Haaa... setidaknya mereka tidak mengusirku. Itulah yang
akhir-akhir ini sering kupikirkan.
Atau setidaknya, tolong jangan jauhkan aku dari ibuku
setelah akhirnya aku telah memiliki mother
complex. (Serius)
[Kau lama sekali Ain! Apa yang kau lakukan? Kau harus cepat
datang jika aku memanggilmu!]
[Maafkan aku. Tadi Bu Alma memanggilku.]
[.... Begitu, ya. Ada perlu apa dia memanggilmu?]
[Dia bilang kalau aku harus berusaha untuk membantu ayah dan
Grint, dan juga aku harus bekerja keras.]
[Begitu... terus, kau bilang apa?]
[.... Tentu saja, aku bilang kalau itu juga tujuanku,
kenapa?]
[Tidak ada... ayo mulai latihan hari ini, cepat ambil
pedangmu.]
[Baik!]
Kurasa ayahku, Logas, akan melatihku sedikit lebih lama.
Tapi Grint dan Alma adalah anggota keluarga yang berharga
baginya. Jadi mungkin dia tak ingin aku berpikiran buruk tentang mereka.
Meski begitu, dia tak bisa memberitahu mereka agar tidak
berbicara dengan kasar padaku.
**
Seorang pelayan sedang merapikan kamar Ain, putra pertama
keluarga Roundhart.
Meski dia masih muda, tapi dia adalah anak yang pintar dan
cerdas, dia juga sangat baik kepada para pelayan sehingga reputasinya di mata
para pelayan sangat bagus.
[Baiklah... kasurnya sudah rapi, selanjutnya...]
Meski dia adalah putra pertama kelurga Earl, tapi kamar Ain
tidak memiliki banyak perabotan yang mewah.
Perabotan yang paling terlihat mewah di kamar ini hanyalah
tempat tidur dan sofa.
Dan tentu saja, para pelayang tidak bermalas-malasan dan
tetap membersihkan debu dari sofa sehingga Ain, pemilik kamar tersebut, dapat
beristirahat dengan nyaman.
[Eh? Rusak lagi?]
Kamar Ain sedikit lebih spesial dibanding kamar lainnya,
alasannya adalah karena di sini, lampunya sering sekali rusak.
Lampu tersebut dapat menyala dengan meletakkan batu sihir
sebagai mediumnya.
[Hmm... sepertinya akhir-akhir ini banyak sekali benda
murahan. Ini sudah yang ketiga kalinya dalam bulan ini... yah, aku harus segera
menggantinya.]
Batu sihir di kamar Ain sudah dua kali diganti dalam bulan
ini.
Biasanya, batu sihir cukup diganti sekali dalam sebulan,
tapi tak seperti umumnya, ini sudah ketiga kalinya mereka harus mengganti batu
sihir di kamar Ain di bulan januari ini.
[Kurasa Ain-sama lapar dan kemudian melahapnya... bercanda
kok.... Mana mungkin seseorang bisa memakan batu sihir hanya karena dia lapar.
Batu ini akan merusak tubuhmu. Lagipula, batu sihir tidak kelihatan enak sama
sekali.]
Karena batu sihir di kamar Ain sering kali rusak, dia sampai
mengira kalau Ain telah melahap isinya. Candaan seperti ini sudah sering
beredar diantara para pelayan sebagai sebuah rumor.
Lanjut
ReplyDeleteLittle did she know that it really happens xD
ReplyDelete