Maseki Gurume Chapter 4
Translator | UDesu |
Editor
| UDesu |
Proof Reader
| UDesu |
2/2
padahal gw udah setor nih chapter ke shiro sejak senin pagi, tapi belum dipos juga sama shiro '3'
semoga bisa rilis chapter lagi hari ini... tergantung mood sih sebenarnya.
==================================================================
Chapter 4 :
Beberapa Waktu Kemudian
[Woah! Ini statusku! Keren!]
[Haah.... haah...]
Saat ini aku sedang melakukan latihan mengayun pedang
rutinku.
Karena sebentar lagi aku akan berusia lima tahun, akhirnya
aku mendapat undangan untu menghadiri sebuah pesta.
Meski aku menyebutnya pesta, sebenarnya itu hanya
perkumpulan beberapa bangsawan yang
tinggal di dekat ibukota dan membawa anak-anak mereka untuk saling
diperkenalkan.
Aku dan Grint akan menghadiri pesta tersebut.
Alasan kenapa Grint yang berusia tiga tahun juga ikut
menghadirinya adalah karena akan lebih praktis untuk melakukan debutnya
sekaligus bersamaku.
Ayah berpendapat bahwa Grint harus memulai debutnya kepada
masyarakat saat dia berumur lima tahun, tapi Bu Alma menolaknya.
---dan tentu saja alasannya adalah :
[Kita punya dua anak yang luar biasa, terutama Grint yang
memiliki bakat luar biasa sebagai Holy
Knight, bukankah lebih baik jika kita juga membawanya?
Intinya, dia hanya ingin menggunakanku sebagai permbanding
agar adikku bisa lebih terlihat mencolok.
Dan tentu saja ayahku menyetujuinya.
Beberapa saat setelah itu, ibuku datang untuk meminta maaf
padaku. Padahal itu bukan salahnya.
[Haah... dan.... seribu!]
Latihan yang kumulai bersama ayah saat aku berumur empat
tahun sekarang lebih tepat disebut sebagai latihan sendiri. Saat ini aku telah
melakukan seribu ayunan pedang.
Mungkin kalian berpikir bahwa mustahil melakukan seribu
ayunan pedang untuk anak seumuranku, kan? Yah, memang benar sih, itulah
sebabnya aku menggunakan pedang kayu yang dibuat khusus agar menjadi sangat
ringan.
Lalu, apa yang terjadi dengan skill pengurai racunku? Yah,
untuk saat ini aku benar-benar berhenti memikirkannya. Aku hanya melakukannya
dengan berusaha keras.
[Wah, kerja bagus, Ain.]
[Ibu! Apa daritadi ibu melihatku?]
Satu-satunya kenyamanan dalam hidupku saat ini adalah ibuku.
[Iya, aku telah memperhatikanmu sejak tadi. Ayunan pedangmu
sudah terlihat semakin indah.]
[Aku sangat senang jika hasil latihanku ternyata membuahkan
hasil.]
[... Dimana ayahmu?]
[Ayah... sepertinya sedang latihan bersama Grint.].
Akhir-akhir ini ayahku sudah tidak pernah datang melihat
latihanku. Itulah sebabnya aku berlatih sendirian.
Akhir-akhir ini ayah sedang mengawasi latihan adikku...
meski seharusnya dia masih belum bisa latihan, ayah telah memberi contoh
tentang bagaimana cara memegang pedang atau cara memasang kuda-kuda padanya.
[Orang itu... menelantarkan anak pertamanya seperti ini...]
Tapi tak masalah, soalnya hal yang dilakukannya itu akan
membuat ibu tidak akur dengannya.... itu bagus buatku.
[Tlnote : dasar mothercon ¯\_(ツ)_/¯ ]
[Sebagai anak tertua, aku bisa berlatih sendiri, jadi ayah
bisa mengawasi Grint]
[Kau memang benar-benar anak yang baik, Ain...]
[I-Ibu... aku tak bisa bernafas.]
Aku sangat senang karena dipeluk oleh ibuku, tapi aku juga
perlu bernafas.
[Oh, maafkan aku Ain.... Jadi, apa latihanmu hari ini sudah
selesai?]
[Sudah!]
[Benarkah? Kalau begitu, aku ingin pergi belanja...
Ksatriaku, maukah kau mengawalku?]
[Dengan senang hati aku akan mengawalmu, bu!]
[Fufu... terima kasih, ksatriaku yang manis.]
Aku harus menjaga ibu saat ibu sedang belanja.
Serahkan saja padaku, bu. Aku tak akan membiarkan siapapun
menyentuhmu meski itu adalah ayahku sekalipun!
[Olivia-san? Jika kau mau pergi belanja.... Oh, kau ada di
sini, ya...]
[...Ibu mertua...]
Dan datanglah orang yang kubenci nomor 2.
Ibu ayahku, Isis. Meski aku sependapat jika dia adalah
wanita yang cantik saat dia masih muda dulu, aku tetap tak bisa menyukainya.
Dia juga adalah orang kedua yang sangat mencintai Grint dan
beranggapan bahwa aku adalah penghalang. Omong-omong yang pertama adalah Alma.
[Apa kau akan pergi ke suatu tempat, Ain? Aneh sekali...
Adikmu Grint sedang berlatih keras tapi kau sudah selesai? Karena kau kurang
berbakat, bukankah harusnya kau berlatih berkali-kali lipat lebih keras
darinya?]
[Maafkan aku jika aku membuatmu khawatir, nek. Aku sudah
memulai latihan rutinku lebih pagi. Jadi agar aku tidak cedera, kurasa sudah
waktunya aku selesai latihan.]
[Oh maaf kalau begitu, seharinya aku tidak membuat Grint
sebagai standar untuk membandingkannya denganmu.]
Setiap kali dia membuka mulutnya, yang keluar hanya
kata-kata beracun.
Apa kau mau aku bantu untuk menetralisirnya? Skill-ku punya
EX, loh! Harusnya kau tak memandang remeh skill pemberian Dewa ini!
[Ah, tidak apa-apa... Terima kasih atas sarannya.]
[Tak masalah. Segagal apapun dirimu, kau pasti akan membantu
kepala keluarga ini sebagai ajudannya di masa depan, jadi aku hanya mengatakan
apa yang kurasa perlu.]
Sudah berapa kali aku mendengar hal itu, sepertinya di
pikirannya, aku sudah tidak pantas untuk mewarisi keluarga ini.
Yah, sudah pasti. Soalnya biasanya Holy Knight adalah protagonis dalam cerita.
[I-Ibu mertua... apa ada yang bisa kubantu?]
[Oh, iya, Olivia-san, bisakah kau membelikanku teh? Aku
lebih percaya dengan pendapatmu daripada para pedagang itu.]
[Baiklah, aku akan membelikannya untukmu.]
[Terima kasih, oh iya, soal acara yang akan dilakukan
sebentar lagi...]
[Ya?]
[Aku dan Logas telah resmi memutuskan untuk mengumumkan
Grint sebagai pewaris resmi keluarga ini.]
[...Begitu, ya.]
[Ya. Jadi tolong bersikaplah sebagaimana messtinya. Yah,
hati-hati di jalan.]
Begitu ya. Jadi itu alasan kenapa ayah lebih banyak
meluangkan waktu bersama Alma akhir-akhir ini, masuk akal juga. Pengumuman
resmi memang memiliki banyak keuntungan. Itu akan membuatmu lebih mudah mencari
tunangan dan membuat posisimu sebagai kepala keluarga selanjutnya lebih jelas.
Satu-satunya kekurangannya adalah membuat ibuku menjadi sedih.
[Bu, ayo kita pergi.]
[Ain... tapi...]
[Itu tak masalah selama aku masih bisa melindungi ibu. Tidak
bisa melakukan itu malah menjadi hal terburuk bagiku.]
[Ma-Maaf...kan aku... maaf.]
Meski kau bilang begitu. Ini adalah perasaanku yang
sebenarnya. Aku mengerti kalau mother
complex milikku ini sudah semakin parah, tapi aku sama sekali tak mau
mengubahnya. Apalagi akhir-akhir ini ayah lebih sering bersama Alma saat malam
hari, jadi hal ini sangat bagus buatku. Kalau begitu, ayo kita segera pergi,
Bu! Aku sudah tak sabar ingin belanja berdua bersamamu. (Meskipun ada pengawal
yang ikut bersama kita)
[O-Oh iya, Ain. Benda yang kupesan akhirnya sudah selesai.]
[Benda yang ibu pesan?]
[Ya. Apa kau ingat betapa inginnya kau mendapatkan benda
ini?]
[Ibu... I-Ini kan...]
Nama | Ain Roundheart |
Job | Tidak ada, Putra pertama keluarga Roundheart |
Level | 2 |
HP | 55 |
MP | 41 |
Attack | 22 |
Defense | 21 |
Agility | 25 |
Skill | Toxic Decomposition EX , Automatic HP Recovery, The Gift of Training |
[Woah! Ini statusku! Keren!]
[Fufu... Selamat ya, Ain. Tidak sia-sia aku menyuruh mereka
segera mengantarkannya. Maaf karena kau harus menunggu lama. Tapi mereka harus
berhati-hati agar tidak ada kesalahan karena ini dibuat untuk anggota keluarga
bangsawan.]
[Tak masalah. Terima kasih... hmmm... apa aku sebelumnya
memang punya Automatic HP Recovery?]
[Oh soal itu... kurasa kau mewarisinya dariku. Anak-anak
biasanya bisa mewarisi satu skill dari orang tuanya.]
[Begitu ya... Aku terkejut karena kupikir aku hanya memiliki
Toxic Decomposition EX]
[Ada beberapa skill yang tak akan muncul kecuali kau sudah
tumbuh dewasa seperti skill yang diwariskan. Omong-omong, skill ini bisa
memulihkan 1% HP setiap 5 menit.]
Oh, jadi begitu ya...
Awalnya aku mengira kalau ini juga sebuah cheat. Tapi kalau hanya 1% setiap 5
menit sih... Tunggu, sepertinya memang cukup kuat deh.
Aku tidak begitu yakin berapa jumlah rata-rata yang dimiliki
oleh anak berusia lima tahun, bagaimana ini? Aku tidak begitu paham tentang
status ini.
...Tapi sepertinya ibu mengerti tentang apa yang sedang
kupikirkan.
[Dengar ya Ain, HP adalah inti dari hidup, jadi jika HP mu
menjadi 0, maka kau akan mati. Untuk anak berusia lima tahun, selain HP dan MP,
kurasa semua statusnya adalah sekitar 10.]
[Kalau begitu aku...]
[Ya. Kau diatas rata-rata. Selamat ya, Ain.]
[Te-Terima kasih.]
Aku hampir saja terbuai oleh pujian Ibu.
Seperti yang kuduga sebelumnya, dibanding anak rata-rata
seusiaku, bakatku jauh lebih tinggi dibanding mereka.
Syukurlah.
[Hmm... The Gift of
Training? Apa ini?]
[Ya! Itulah yang membuatku bangga padamu!]
[Apa maksud ibu?]
[Skill ini hanya bisa didapatkan oleh seseorang yang
melakukan sesuatu secara berulang-ulang dengan seluruh hati dan jiwa mereka
hingga mereka diakui oleh dunia... Meskipun kau masih anak-anak, tapi Dewa
telah mengakui jerih payahmu dalam mengayunkan pedang setiap hari.]
[Yah, memang benar sih aku telah melakukan itu setiap
hari... tapi, apa skill ini... kuat?]
[Ya. Meski beberapa orang memandang rendah skill ini sebagai
sesuatu yang biasa saja, bahwa efeknya hanya membuat tubuhmu tidak merasa cepat
lelah saat latihan, tapi sebenarnya mereka tidak tahu nilai sebenarnya dari
skill ini.]
Saat kupikir lagi, skill ini memang luar biasa. Bagaimana
yah... jika aku tidak mudah lelah saat latihan, bukannya aku jadi bisa latihan
lebih lama? Bagus sekali!]
Tapi tunggu dulu, apa skill ini memang sesuatu yang bisa
didapatkan oleh anak seumuranku? Atau jangan-jangan Dewa...
Ah, siapa peduli.
Harusnya aku senang karena telah mendapatkannya.
Jika Dewa sedang memperhatikanku saat ini, aku sangat berterima
kasih padamu.
Aku bahagia menjalani hidupku saat ini.
[Ibu! Ibu! Ayo buruan!]
[Iya iya! Tunggu aku, Ain.]
*
Berbelanja dengan ibu.
Wilayah kekuasaan keluarga Roundheart adalah sebuah kota
pelabuhan yang jaraknya dekat dengan ibukota. Oleh sebab itu, di sini terdapat
banyak sekali benda yang dijual dari berbagai tempat.
[Kita sudah menemukan beberapa teh yang bagus yang diminta
oleh ibu mertua, jadi yang tersisa hanya... Ain... apa yang sedang kau lihat?]
[Kristal yang bersinar ini apa?]
[Ah... itu adalah batu sihir.]
[Batu sihir?]
[Itu seperti jantung dari monster. Dan jika digunakan
sebagai sumber tenaga, benda itu bisa memanaskan air mandi atau menjernihkan
air.]
Oh... aku sudah menduga kalau mereka memiliki hal seperti
ini, tapi tak kusangka mereka memang memilikinya... tunggu, apa tak masalah
menjualnya di kedai pinggir jalan seperti ini?
Yah, lagipula ini sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap rumah,
jadi kurasa tak masalah.
[Apa harganya murah?]
[Tergantung. Jika berasal dari monster yang kuat, itu bisa
digunakan untuk ritual dalam skala besar... contohnya, jika negara sedang
diserang, maka itu bisa dipakai untuk merapal mantra berukuran besar. Yang
seperti itu harganya sangat mahal.]
[Hmmm... kalau yang berukuran normal yang dipakai untuk memasak
air?]
[Untuk pemakaian satu bulan... kira-kira seharga 3000G]
Sebagai catatan, aku tak perlu menyesuaikan diriku dengan
mata uang di sini, soalnya nilainya sama dengan nilai yen di Jepang.
Itu berarti, untuk memasak air dalam sebulan dibutuhkan
sekitar 3000 yen... yang nilainya sama dengan yang dibayar oleh satu orang
untuk menggunakan gas di dunia lamaku.
[Jadi harganya segitu ya... hmmm... rasanya ada bau yang
manis...]
[Oh, lihat sudah jam berapa ini, hari sudah mulai gelap,
kita harus segera pulang.]
[Um... baik bu! MANISNYA!]
Karena aku mencium bau manis dari batu sihir, aku diam-diam
mencoba menjilatnya... dan rasanya seperti karamel!
Mungkin ini bisa dijadikan cemilan.
***-***
[Hm? Hey pak tua, apa-apaan ini?]
[Ya, ada yang bisa saya bantu?]
[Bukankah batu sihir ini kosong? Batu ini terlihat seperti
kristal biasa.]
[Hm? Maksudmu batu yang berharga 500G ini? Sebentar... aneh
sekali. Padahal aku sudah memeriksa seluruh daganganku sebelumnya.]
Nama | Ain Roundheart |
Job | Tidak ada, Putra pertama keluarga Roundheart |
Level | 2 |
HP | 57 (+2) |
MP | 41 |
Attack | 22 |
Defense | 21 |
Agility | 26 (+1) |
Skill | Toxic Decomposition EX , Automatic HP Recovery, The Gift of Training |
Thanks min
ReplyDeleteUmU begitu ya bagi dia batu sihir itu rasanya enak dan jika dia memakan batu sihir itu akan menambah statusnya dan jika batu sihir itu milik monster kuat yang memiliki skill kuat mungkin dia akan mendapatkan skill dari monster itu apa aku benar ya
ReplyDeleteMantap lanjut
ReplyDelete