Sunday 18 March 2018

Evil God Chapter 24


TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu
Chapter 24 :
Pengepungan Istana Kerajaan (3)






[Apa... itu...?]

Tiraiza melihat ke langit dengan mulut terbuka.
Sebuah senjata besar yang tidak diketahui melayang di atas langit.
Tiraiza berteriak saat melihat banyak panah cahaya yang muncul dari senjata itu.

[Tiarap!!!]

Semua orang segera tiarap, namun itu perbuatan yang sia-sia.
Namun panah itu hanya menyerang musuh.

[Apa itu serangan dari pihak kita?]

Jiemi berdiri.

[Aku belum pernah melihat sihir seperti itu.]

Tentu saja Iris belum pernah melihatnya.
Itu bukan sihir dari 4 atribut roh (api, angin, air, dan tanah).
Itu juga bukan dari elemen cahaya dan kegelapan.
Elemen ketujuh, sihir atribut evil.
Itu adalah atribut yang tidak diketahui oleh manusia.

Iblis juga tidak mengetahuinya.

[Apa-apaan itu tadi? Berbahaya sekali.]

Iblis tingkat tinggi yang ada di depan mereka menghindari serangan panah tadi.
Dia melihat ke langit, tapi formasi sihir dimensi ketiga itu telah menghilang.

[Kurasa itu tidak penting, sekarang, aku hanya perlu menghabisi kalian.]

Iblis itu fokus pada tiga orang gadis dihadapannya.
Tiga gadis itu kemudian mundur secara perlahan, tapi posisi mereka sangat tidak menguntungkan.

[Guwaaaaahaaaaa!]

Iblis tingkat tinggi itu terlempar setelah dihantam oleh Jeko.
Iblis itu akhirnya berhenti setelah menabrak banyak bangunan.
Bangunan-bangunan tersebut pun runtuh.

Tiga orang gadis itu pun mengambil kesempatan itu untuk mundur.

[Kudengar kalau bangunan itu diperkuat oleh sihir, tapi ternyata lebih lemah dari yang kuduga. Yahh, apa boleh buat.]
[Brengsek!! Siapa kau?]

Iblis tingkat tinggi itu bangkit dari tumpukan puing-puing bangunan.

[Aku tak akan menjawabnya. Soalnya aku tak berhak melakukannya.]
[Apa yang kau bilang?]

Iblis tingkat tinggi itu marah dan menyerang Jeko.

[Matilaaaah!!!]

Itu adalah kalimat terakhir iblis tersebut.
Saat dia mempersiapkan sabitnya, Jeko telah menarik katana miliknya.

[Lagipula, tidak ada gunanya memberitahu pada seseorang yang akan segera mati.]

Iblis itu mendengar perkataan Jeko di belakangnya.
Dia telah terpotong dua dengan kecepatan yang tak bisa dilihat dengan mata.

Klik.
Jeko menyarungkan kembali katana miliknya.

[Satu lagi.]

Sosok Jeko menghilang di kegelapan.

***

[Tak kusangka kalau aku akan mendapat masalah...]

Pikiran Fiona menjadi kacau.
Dia, pahlawan yang menggunakan pedang suci Claiomh Solais tidak bisa membunuh iblis tingkat tinggi.
Dia menyadari bahwa mereka telah kalah, tapi setelah itu, dia menyaksikan sebuah fenomena yang tidak diketahui.

Apa yang terjadi, dan bagaimana situasi peperangan?
Dia mendorong pemikiran itu ke pojok pikirannya dan fokus pada iblis tinggat tinggi dihadapannya.

[Harusnya aku yang bilang begitu.]

Tentu saja iblis itu tak punya pilihan seain waspada pada Pedang Suci, iblis itu tak bisa terlalu sering melancarkan serangan.

[Tapi, ayo kita akhiri semua ini---- Bufaoto!]

Iblis itu tiba-tiba melayang tinggi ke langit.
Dengan kecepatan yang tak bisa dilihat mata telanjang, iblis itu ditendang oleh Jeko.

[Evil Burst!]

Ledakan besar sihir atribut evil terjadi di langit di atas ibukota Rhodan.
Sosok iblis tingkat tinggi yang terlempar ke udara mulai menghilang.

[Apa itu tadi? Siapa... kau?]

Fiona bertanya dari jauh.

[Sial, ada saksi mata.]

Jeko terlihat bingung.

[Aku tidak mendapat perintah tentang apa yang harus kulakukan pada situasi seperti ini.]

Jeko terlihat panik.

[Ada apa dengannya.... dia seperti tidak mengerti.]
[Mungkin aku harus melenyapkannya.]

Fiona ingin lari setelah mendengar perkataan Jeko.
Aura milik Jeko adalah jaki.
Aura yang tak diketahui oleh manusia.

Sesuatu yang tidak diketahui itu menakutkan.
Fiona terpaka menyerangnya karena rasa takut itu.

[Seyaaaaah!]

Dia menyerangnya dengan menggunakan Claiomh Solais.
Jeko menerima serangan itu dengan tangan kosong.
Dia menggenggam pedang itu dengan tangannya.

[Tidak mungkin! Kau menghentikannya dengan tangan kosong?]

Fione terkejut.

[Aw, aw, kupikir ini pedang tajam biasa, ternyata Claiomh Solais. Aku jadi merasa bernostalgia.]

Jeko tertawa sambil menunjukkan tangannya yang patah.
Namun tangan itu segera sembuh.

[Bernostalgia? Pedang ini sudah diwariskan kepada setiap pahlawan sejak bencana iblis ke-4.]
[Itulah sebabnya aku bilang merasa bernostalgia. Akan membutuhkan waktu lama untuk menceritakannya Jadi aku akan membunuhmu sekarang juga.]

Lalu Jeko menghilang dari pandangan Fiona.
Dia terlempar sambil berputar di udara.
Lalu kepalanya membentur tanah dan pingsan dengan tubuh yang gemetar.

[Maaf. Nona yang di sana, apa Anda terluka?]

Seorang pria yang sopan memanggil Fiona.

[Ah, ya. Siapa dia?]
[Anda bilang apa?]
[Pria yang pingsan di sana itu--- Eh? Tidak ada?]

Jeko telah menghilang tanpa membuat suara.

[Apa Anda sedang berkhayal? Oh iya, kudengar pahlawan yang satu lagi barusan pingsan dan dibawa ke istana.]
[Eh, Yufi pingsan? Terima kasih telah memberitahuku.]

Fiona membungkuk dan bergegas menuju istana.

***

[Aku benar-benar minta maaf.]

Jeko muncul dan meminta maaf setelah memastikan bahwa Fiona telah pergi.

[Dia adalah salah satu pahlawan. Jadi jangan pernah berpikir untuk membunuhnya.]
[Soalnya dia melihatku bertarung...]
[Manusia akan sulit membedakan sosok kita saat sedang menggunakan jaki dan saat tidak menggunakannya.]
[Tapi bajuku...]
[Ya, aku tahu. Meskipun itu baju petugas kebersihan biasa, tapi ada lambang Akademi Cantabridge di baju itu.]

Julius menghela nafas.

[Kenapa kau menggunakan baju itu?]
[Maaf. Aku tidak berpikir terlebih dahulu dan hanya menggunakan pakaian yang biasa kugunakan setiap hari.]

Jeko meminta maaf lagi. Namun ia tiba-tiba tersadar akan sesuatu.

[Ashtal-sama juga menggunakan seragam sekolahnya.]
[Caranya bertarung tak akan disadari oleh manusia. Dan lagi, kita juga bertarung agar dia tidak mudah ketahuan. Kali ini dia hanya menggunakan formasi sihir dimensi ketiga dari jarak jauh. Dan sekarang dia sedang bertarung di bagian luar kota. Jadi tak ada masalah.]

Dia telah memastikan bahwa tidak ada seorangpun disekitarnya sebelum melepaskan jaki miliknya.

[Julius-sama jarang sekali tidak memakai tuksedo ataupun jas. Penampilan Anda jadi terlihat berbeda.]
[Sebenarnya aku merasa malu karena tidak terbiasa seperti ini.]

Julius melihat tubuhnya.
Kaos dengan pola mencolok yang biasa digunakan anak muda.
Ini pertama kalinya dia menggunakan baju seperti ini.

Julius lalu pergi dari sana.

[Anda mau kemana?]

Tanya Jeko.

[Aku mau bersih-bersih. Aku akan menyembunyikan semua bukti tentang perbuatan kita.]
[Eh, Anda bisa menyembunyikan semua ini?]

Jeko tidak mengerti.

[Dan juga, menurutmu apa yang akan dipikirkan manusia tentang semua ini?]
[Err... Mereka akan berpikir kalau Dewa Iblis...]
[Mereka tidak tahu apapun soal Dewa Iblis...]

Jadi, tidak ada satu orangpun yang akan berpikir kalau semua ini ulah Dewa Iblis.

[Tapi, beberapa orang pasti telah melihat kekuatan dahsyat dan jaki milik kita.]
[Jika tak ada yang memberitahu mereka, ini pasti akan menjadi sebuah diskusi tentang siapa kita dan bagaimana semua ini bisa terjadi.]
[Haa....]

Jeko tidak bisa mengikuti arah pembicaraan itu.

[Kalau begitu, aku akan memberitahu kesimpulannya padamu. Kita akan memberitahu mereka bahwa ini adalah ulah seseorang.]
[Eh, apa Anda mau memberitahukan pada mereka soal Ashtal-sama?]
[Kita tak mungkin melakukan hal itu. Kita akan memberitahu bahwa semua ini adalah perbuatan seseorang. Mereka akan setuju. Soalnya ada seseorang yang pas untuk tugas itu di sekitar kita.]
[Siapa?]

Julius tersenyum kecut melihat kebodohan Jeko.
Ashtal pasti akan menghajar Jeko jika melihatnya.

[50 tahun yang lalu, ada seseorang yang melakukan hal yang lebih luar biasa daripada ini. Jika kita mengatakan bahwa semua ini adalah perbuatannya, maka manusia tidak akan mencurigai kita.]

Jeko mengangguk sambil memiringkan kepalanya.
Dia tidak mengerti, tapi karena itu sangat sulit baginya, maka dia berpura-pura untuk mengerti.
Ashtal pasti akan meninjunya jika dia melihat Jeko seperti ini, tapi Julius tidak akan melakukan hal itu.
Dia hanya menghela nafasnya.

[Seiring berjalannya waktu, mereka pasti akan percaya. Begitu sudah cukup bagi kita.]

Bagi orang itu, ini semua akan membuatnya semakin kesulitan untuk hidup sebagai manusia.
Julius kembali ke Akademi sambil memikirkan bahwa dia merasa menyesal karena akan merepotkan orang itu.





Sebelumnya || Daftar Chapter  ||  Selanjutnya

2 comments: