Evil God Chapter 55
Translator | UDesu |
Editor
| UDesu |
Proof Reader
| UDesu |
Chapter 55:
Pertemuan
[Istana kerajaan memang luar biasa tak peduli berapa kalipun aku melihatnya.]
Puji Ben.
Terdengar suara dari orang yang berada di depanku.
Richard II berbicara dengan penuh wibawa.
Ben menjawab dengan suara gemetar.
Dia bertanya padaku, tentu saja aku menjawabnya.
Aku tersenyum kecil dan membantah gosip itu.
[Yang Mulia, orangnya sendiri telah menolak, bukankah tidak masalah?]
Pemuda di sebelah kanannya memberi pendapat.
Bisik Ben.
Theodoric mulai menyalahkan kami.
[Lagipula, bukankah kekacauan kali ini karena pihak bank telah bangkrut?]
Sepertinya perkataannya tepat sasaran, Theodoric mulai terlihat emosi.
Theodoric mengangkat tangannya lalu memukul Ben.
Richard II meminta maaf.
Saat kami keluar dari ruang pertemuan, prajurit yang berdiri di pintu memberitahukan hal itu kepada kami.
Tempat kami berpindah sedikit jauh dari gerbang istana. Oleh
sebab itu, aku dan Ben berjalan menuju gerbang.
[Te-Ternyata Ashtal-dono. Terima kasih telah datang ke
sini.]
Penjaga gerbang memanggil saat mereka melihat kami.
Penjaga gerbang lalu membiarkan kami masuk.
Jika kami masuk dan berjalan lurus, kami akan menemukan
ruang pertemuan.
Terdapat karpet merah di sepanjang lorong.
Kami pun berjalan di atas karpet tersebut.
Di kiri dan kanan kami terdapat pilar besar dan perabotan
yang disusun rapi.
[Istana kerajaan memang luar biasa tak peduli berapa kalipun aku melihatnya.]
Puji Ben.
Tapi aku tahu…
Hanya ruangan ini yang terlihat mewah di istana ini.
Tempat yang sering dilewati oleh orang seperti lorong ini
dan ruang pertemuan telah didekorasi.
Tapi tempat yang jarang didatangi orang terlihat biasa saja.
Mereka tidak punya
cukup dana untuk membuat istana yang mewah.
Tapi sebagai negara yang besar, mereka tidak bisa membuat
segala tempat terlihat biasa saja.
Sebagai hasilnya, istana ini menjadi seperti ini.
Ini hanya untuk ditunjukkan pada orang lain.
Setelah kami melewati karpet merah, terlihat sebuah pintu
yang sangat besar.
Ada seorang penjaga pintu yang bertugas memeriksa tubuh
kami.
Setelah itu, pintu pun dibuka, lalu kami masuk ke dalam.
Ada banyak orang yang berdiri di kiri dan kanan kami.
Kebanyakan dari mereka memakai pakaian yang mewah seperti
layaknya bangsawan.
Bukannya akan menyia-nyiakan waktu untuk mengadakan
pertemuan dengan orang sebanyak ini?
Apa mungkin mereka memang kebetulan ada di sini hari ini?
Sepertinya cukup banyak yang hadir karena penasaran.
Kami pun berhenti beberapa meter di depan singgasana,
berlurut, lalu menundukkan kepala kami.
[Angkat kepala kalian.]
Terdengar suara dari orang yang berada di depanku.
Saat aku mengangkat kepala, aku melihat seseorang yang sudah
cukup tua dan memakai mahkota emas.
Di belakangnya terdapat sebuah bendera besar dengan lambang
keluarga kerajaan.
Ekspresinya terlihat seperti orang yang ramah dan
bermartabat.
Dia juga memiliki kumis yang tebal.
Richard Arthur Plantagenet.
Raja kerajaan Briton.
Raja penemu kerajaan ini dipanggil dengan sebutan Richard I,
dan dia adalah Richard II.
[Berkat dirimu, kerajaan ini berhasil lolos dari masalah
besar. Terima kasih.]
Richard II berbicara dengan penuh wibawa.
[Aku akan memberimu apapun yang kau inginkan sebagai
hadiahnya. Apa ada yang kau inginkan?]
[Kami hanya melaksanakan kewajiban kami sebagai rakyatmu.
Kami tidak perlu hadiah.]
(TLnote :
(ノ ゜Д゜)ノ ︵ ┻━┻)
Ben menjawab dengan suara gemetar.
[Jika kalian tidak diberi hadiah, maka muka kerajaan ini
akan tercoreng.]
[Kalau begitu, bolehkah saya meminta surat rekomendasi? Dulu
kakek saya, Ben Springfield mendapat surat rekomendasi dari Yang Mulia Richard
I dan menjadikannya sebuah harta keluarga.]
[Baiklah.]
Richard II mengangguk dan menerima selembar kertas dari
pelayan.
Kemudian ia memberikannya kepada Ben.
Tangan Ben gemetar saat ia menerimanya.
Lagipula, Sudah sewajarnya ada hubungan antara negara yang
hampir hancur karena krisis moneter dengan bank yang menyelamatkannya
menggunakan uang.
Tentu akan aneh jika kami menerima uang sebagai hadiah.
Oleh karena itu, dia ingin menerima sesuatu seperti sebuah
penghargaan. Sudah sewajarnya menerima hal seperti itu dari seseorang yang
dihormati.
Sudah sangat biasa memberikan surat rekomendasi jika tidak
ada uang.
Raja pendiri kerajaan ini, Richard I, juga terkendala dengan
masalah seperti ini.
Ben berlinang air mata karena terharu.
Dia pasti sangat senang karena bisa mendapat surat
rekomendasi seperti kakeknya.
Sepertinya kejadian ini sudah didiskusikan sebelumnya.
Jadi tak ada ruang bagiku untuk menyela.
[Lalu, apa kau yang bernama Ashtal?]
[Ya.]
Dia bertanya padaku, tentu saja aku menjawabnya.
[kau telah menjadi topik perbincangan di istana dan kota
ini. Latar belakangmu tidak diketahui.
Bahkan ada isu yang mengatakan bahwa kau adalah anak tidak sah dari pahlawan di
masa lalu.]
“Sebenarnya dia adalah keturunan pahlawan”
Rakyat sangat menyukai gosip seperti ini.
Gosip seperti itu sangat mudah tersebar.
[Saya bukanlah orang hebat seperti itu, Saya hanya seorang
rakyat desa dari sebuah desa kecil yang ada di sebuah negara di timur, dan saya
sangat senang bisa menjadi murid di Akademi Cantabridge.]
Aku tersenyum kecil dan membantah gosip itu.
Aku tak bisa memberitahu mereka tentang identitas asliku.
Aku tak berhak memberitahukannya.
[Aku juga ingin memberimu hadiah. Apa yang kau inginkan?]
(TLnote : Ayo minta Yufi!!!)
[Seperti yang saya bilang tadi, bisa belajar di Akademi
Cantabridge sudah menjadi hadiah terbaik yang bisa saya terima. Saya hanya
ingin membalas kebaikan tersebut.]
(TLnote :
(ノ ゜Д゜)ノ ︵ ┻━┻)
[Hmm… sepertinya kau sangat rendah hati.]
Richard II menaruh tangannya di dagunya lalu berpikir.
[Yang Mulia, orangnya sendiri telah menolak, bukankah tidak masalah?]
Pemuda di sebelah kanannya memberi pendapat.
Berdasarkan kemewahan pakaiannya dan seberapa dekat dia
dengan raja, sepertinya dia memiliki status yang cukup tinggi.
[Tidak perlu khawatir. Setelah melihat surat rekomendasi
tadi, sepertinya nilai benda lain sudah menjadi tidak sebanding dengannya. Bagi
seorang rakyat sepertinya, bertemu dengan Yang Mulia saja sudah bisa dianggap
sebagai hadiah.]
Sepertinay namanya adalah Theodoric, putra tertua dari Duke
Coldwell.
[Lagipula, apa memang perlu memanggil orang yang tak
diketahui asalnya seperti dia?]
[Dia adalah “orang” yang berhasil menyelesaikan kekacauan
kali ini.]
Bisik Ben.
Theodoric mulai menyalahkan kami.
[Lagipula, bukankah kekacauan kali ini karena pihak bank telah bangkrut?]
[Apa kau bilang?]
[Mereka menolak siapapun yang ingin menarik uang dan membuat
kita tidak bisa menarik apapun. Itulah sebabnya terjadi unjuk rasa. Ini semua
salah bank.]
Ben mencoba memberitahu hal yang sebaliknya padaku, namun
kemudian matanya terbuka lebar setelah mendengar hal itu.
Dia kemudian menenangkan diri dan menyanggah tuduhan
tersebut.
[Menjaga keamanan publik di kota ini adalah tugas
pemerintah. Lagipula, asal mula masalah ini adalah karena pemerintah tidak bisa
dipercaya.]
[Itu memang tugas pemerintah. Tapi saat pihak bank
menyelesaikan masalah yang terjadi akibat kesalahan mereka sendiri, mereka
malah dianggap sebagai pahlawan. Bukankah ini salah kalian?]
Wajah Ben menjadi merah kemudian ia terdiam.
Meladeni orang idiot seperti dia hanya akan membuang-buang
waktu.
Aku menepuk pundak Ben dan menyuruhnya untuk berhenti.
Namun Ben menepis tanganku.
[Lalu, memangnya apa yang telah Anda perbuat?]
[Apa?]
[Saya bertanya apa yang telah Anda perbuat selama kejadian
ini. Jangan iri. Anda hanya tidak suka bahwa Ashtal-sama, orang yang merupakan
satu generasi dengan Anda dianggap sebagai pahlawan, kan?]
Sepertinya perkataannya tepat sasaran, Theodoric mulai terlihat emosi.
[Jangan berkata tentang rakyat jelata seperti dia
seolah-olah dia adalah orang hebat!]
Theodoric mengangkat tangannya lalu memukul Ben.
Tentu saja setelah melihat itu, semua orang berusaha
menghentikannya.
[Maaf karena telah memperlihatkan seseuatu yang tidak
pantas.]
Richard II meminta maaf.
Suasana di ruangan ini masih gaduh.
Bangsawan muda seperti Theodoric mulai bersemangat dan
mencoba membuat kegaduhan.
Sebelum kegaduhan semakin membesar, kamipun membungkuk pada
Richard II dan keluar dari ruangan itu.
[Ah, Yang Mulia ingin berbicara sesuatu dengan kalian nanti.
Ini bukan sesuatu yang bisa dibicarakan di tempat ini, jadi beliau meminta Anda
untuk datang ke ruangan lain nanti.]
Saat kami keluar dari ruang pertemuan, prajurit yang berdiri di pintu memberitahukan hal itu kepada kami.
Mungkin ini masalah pinjaman.
Yah, ini memang bukan hal yang bisa dibicarakan di tempat
seperti tadi.
Kamipun lalu menunggu di ruangan lain.
0 comments:
Post a Comment