Wednesday 9 May 2018

Evil God Chapter 34


TranslatorUDesu
Editor
UDesu
Proof Reader
UDesu
Chapter 34 :
Latihan Gabungan (3)




Kenapa Fiona begitu waspada terhadapku?
Meskipun dia menyadari bahwa ada yang aneh pada kekuatanku, tapi itu saja tidak cukup untuk membuatnya waspada.

Manusia biasa pasti hanya akan berpikir bahwa rekan baru yang bisa diandalkan telah bertambah.
Yah, kebanyakan sih memang begitu.

Kalau begitu ....
Selagi aku berpikir, Fiona menyapa Yufilia dan yang lainnya.

Yufilia adalah seorang pahlawan, tapi dia lebih terasa akrab karena dia merupakan seorang siswa.
Berbeda dengan Fiona, dia terasa seperti seseorang yang berada di atas awan.

Saat Fiona muncul, arena kembali gaduh.

Setelah menyapa Yufilia dan yang lainnya, Fiona pun berjalan ke arahku.

[Cowok yang di sana, kau masih baik-baik saja, kan? Apa kau mau bertanding melawanku?]

Sudah kuduga kalau dia akan menantangku.
Apa yang sebaiknya kulakukan?

Meski dia ingin menyelidikiku, dia tak akan mendapat informasi apapun melalui bertarung.
Tentu saja itu kalau aku juga tidak melakukan apapun.

[Jika aku mendengar ada yang mengatakan kalau dia tidak tahu siapa yang lebih kuat diantara kita, aku jadi tak punya pilihan selain bertarung.]
[Ah, tadi itu---]

Jiemi terburu-buru membuat alasan soal apa yang baru saja dia dengar tadi.

[Aku tidak keberatan.]
[Semangat yang bagus!]

Soalnya akan merepotkan jika dia menyelidikiku nanti.
Dan juga, aku ingin mencoba apakah aku sudah bisa bertarung melawan wanita.
Dia adalah lawan yang bagus untuk mencobanya.
Jarang sekali ada kesempatan untuk bertarung melawan Fiona.

Tapi karena aku akan bertarung tanpa menggunakan jaki, jadi masalahnya adalah....
Saat memikirkan itu, aku melihat benda yang ada di pinggang Fiona.

[Ah, tentu saja aku tak akan menggunakan pedang ini. Soalnya terlalu berbahaya bagi manusia.]
[Aku tidak keberatan kok.]
[Oh....]

Fiona menyipitkan matanya.

[Kalau itu Cuma lelucon, inilah saatnya untuk menarik kembali ucapanmu itu. Pedang ini bahkan bisa menembus pelindung milik Raja Iblis. Kau pasti akan mati.]
[Pedang itu mempunyai atribut suci (holy) yang hanya efektif terhadap iblis dan atribut kegelapan.]

Pedang itu meningkatkan damage saat melawan mereka.
Itu adalah senjata yang bisa membuat para iblis menangis.

[Karena aku tidak mempunyai atribut kegelapan dan juga bukan ras iblis, maka efek pedang itu tak akan berpengaruh padaku, jadi aku pasti akan baik-baik saja.]
[Sepertinya kau sangat percaya diri terhadap kemampuan bertahanmu. Karena kau berkata sampai sejauh itu, maka aku akan menggunakannya. Jangan salahkan aku jika kau sampai mati.]

Fiona bergegas menyelesaikan prosedur untuk melakukan latih tanding.

[Apa kau akan baik-baik saja? Itu Pedang Suci, loh!]
[ Ah, apa kau mengkhawatirkanku?]
[Tidak, kau bilang apa sih?]

Tiraiza menggembungkan pipinya lalu melihat ke samping.
[TL : Tsundere... hmmph (  >.) ]

[Yufilia bilang kalau dia hampir bisa mengimbanginya saat dia bertarung menggunakan Claiomh Solais.]
[Soalnya aku punya atribut suci. Kekuatan Claiomh Solais sangat terbatas. Jadi kompatibilitasku melawannya sangat bagus.]

Yufilia mengangguk seakan itu adalah hal yang wajar.

[Yah, aku punya cara untuk mengatasinya.]
[Baiklah kalau begitu, izinkan kami untuk menyaksikan kemampuanmu.]

Setelah mengatakan itu, Yufilia dan yang lainnya pun mengambil jarak.

***

Saat kami berdua berhadapan, sinyal dimulainya pertandingan pun diberikan.

Pertama-tama, aku harus tenang.
Karena jika aku tidak tenang, maka tubuhku akan sulit bergerak.

Aku sudah mulai bertambah baik karena latihan yang selama ini kulakukan.

[Seiyaaaaaaaa!]

Fiona datang dengan kecepatan yang tak bisa dilihat.
Dia pun menebas pedangnya padaku dari atas.
Aku pun mencoba menahannya dengan menggunakan tangan kiriku.
Lagipula, pelindung otomatisku pasti akan menghentikannya tak peduli jika aku menggerakkan tangan, tubuh, maupun kepalaku.
Tapi entah kenapa aku ingin melakukan hal ini.

Melihat gerakanku, Fiona ragu seketika.
Jika menilai kekuatan pedang itu, maka pertahanan milik manusia biasa pasti akan dengan mudah ditembus dan tangannya akan langsung terpotong.
Dia menjadi lebih berhati-hati saat latihan karena senjata yang digunakannya terlalu kuat.

Tapi, aku melihat langsung ke matanya.
Pedang itu tak akan bisa memotongku. Tidak, dengan kemampuan Fiona saat ini, dia tak akan bisa memotongku.

Ayo maju.

Aku tidak mengatakan apapun. Tapi ada saatnya orang yang sedang bertarung akan bisa berkomunikasi tanpa ucapan.
Merasakan hal itu, Fiona pun mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh.

Giiiiiiiiii!

Suara yang sangat keras terdengar saat Claiomh Solais beradu dengan pelindungku.
Cahaya yang sangat kuat muncul di saat yang bersamaan.
Ini pasti hasil dari kedua kekuatan yang sedang beradu.

[Uwaah, apa-apaan ini?]

Semua orang mengalihkan pandangan mereka.
Bahkan guru yang bertindak sebagai wasit pun segera mengungsi.
Bahkan hasil dari pertarungan ini sangat berbahaya baginya.

Muncul sebuah retakan pada pelindungku.
Apa karena pelindungku menjadi lebih lemah tanpa jaki dan tak bisa menahannya?

Di saat itu, aku melancarkan tendangan ke arah Fiona.
Dia pun melompat mundur untuk menghindarinya.

[Sebuah pelindung yang tak bisa ditembus oleh Claiomh Solais? Sudah kuduga, dia juga....]

Fiona menunjukkan ekspresi kelam.

Alis mataku sedikit berkerus saat mendengar perkataannya.
Sebenarnya aku tidak peduli. Tapi aku tak bisa menghiraukannya.

Tidak seperti saat Jiemi dan kapaknya, aku tak bisa begitu saja menghancurkan pedangnya.
Soalnya itu adalah Pedang Suci yang legendaris.

Kalau begitu, kurasa aku harus memegang pegangannya dan melmparnya ke suatu tempat.
Aku akan berhenti bersikap pasif.

Lalu aku berlari ke arah Fiona.
Fiona menyiagakan pedangnya.

Aku menjangkaukan tanganku ke gagang pedangnya.

Bagus! Aku bisa meraihnya.

Tepat saat aku berpikir begitu, Fiona mengangkat pedangnya.
Dia membaca gerakanku dan menghindarinya.

Gerakan menghindarnya yang mulus dan seranganku telah kami rencanakan sebelumnya.
Lalu dia mengayunkan pedang yang tadi diangkatnya ke arahku.

Tunggu, kalau kau menghindar seperti itu

Gerakan tanganku lebih cepat dari pedangnya.
Tanganku terus maju dan menuju dua benda menonjol miliknya.

Munyuu.
(Tl : Sfx)

Tanganku menyentuh dan memegang dadanya.
Rasanya sangat empuk.

[Aa.... Tidak...]

Fiona tak bisa menahan suaranya.
Tubuhnya menjadi kaku karena terkejut.
Aku mengerti karena aku juga sering merasakan saat dimana aku tak bisa menggerakkan tubuhku karena kaku.

Tapi, apa yang harus kulakukan?
Tidak, kurasa ini sudah terlambat.

[Kyaaaaaa...................]

Setelah beberapa saat, Fiona menjauh dariku dan berteriak.

[Ada apa? Apa yang terjadi?]

Para penonton tidak tahu apa yang terjadi karena semua itu terjadi begitu cepat.
Lalu seseorang yang bisa melihatnya pun menjelaskan pada mereka.

[Duh! Fiona-sama sangat membenci hal itu!]
[Gawat! Cepat lari!]

Semua orang merasakan bahaya yang akan datang dan segera berlari.

[Apa yang kau lakukan!]

Fiona marah dengan wajah yang memerah.
[TeidHuck! wadYei IwThue SauloiehMao!] (TL : Tidak! Tadi itu salahmu!)

Hal itu terjadi karena dia menghindar. Itu sama saja dia memajukan tubuhnya dan minta untuk diraba.
Meskipun alasanku masuk akal, tapi amarah Fiona belum reda.

Tidak, bahkan sebenarnya alasan yang ingin kukatakan tidak bisa dipahami olehnya.

[Haaaa!]

Area sekitar Fiona dipenuhi oleh ninki.
Dia pasti sedang menyiapkan serangan dalam skala besar.

[Kekuatan serangnya tidak selalu sama. Kekuatannya berubah tergantung emosinya seperti marah, sedih, putus asa. Serangan Fiona-sama yang selanjutnya pasti akan melebihi perkiraan kita.]

Aku tidak tahu siapa, tapi sepertinya yang berkomentar itu adalah salah satu penonton.
Kalau mereka punya waktu untuk menjelaskan itu, bukankah seharusnya mereka menggunakannya untuk melarikan diri?

Aku akan baik-baik saja karena aku memiliki pelindung ....
Eh? Apa pelindungku telah menghilang?
Apa karena konsentrasiku buyar?
Yah, tadi kalimatku memang kacau sih ....

[Flare!]

Setelah dia mengaktifkan sihirnya, sebuah bola api mirip matahari kecil terbentuk di langit.
Bola itu lalu jatuh dan mengarah padaku.

Duuuuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaarrrr!!!

Sebuah ledakan besar terjadi dan menghanguskan area sekitarku.
Saat asapnya menghilang, sebuah kawah cukup besar terbentuk.
Di tengahnya ada sebuah benda hitam gosong.
Ya, benda itu adalah diriku yang terbakar oleh flare.
Aku bisa dengan mudah selamat karena aku adalah Dewa Iblis.

***

Kelompok pahlawan memang luar biasa. Mereka berempat telah memasang sebuah pelindung di tempat yang agak jauh dan berhasil melindungi diri mereka.
Lalu mereka berlari ke arahku.

[Ka-Kamu sedikit gosong, apa kamu baik-baik saja?]

Iris kelihatan sedikit khawatir.

[Dia kuat, jadi dia pasti baik-baik saja.]

Jiemi terlihat kagum.

[Berarti dia lebih memilih untuk memegang dada daripada menang. Dasar mesum.]
[Parah sekali.]

Benda hitam itu pun mendapat cacian dari Tiraiza dan Yufilia.
Ini semua salah paham.

Pada hari itu, sebagian arena telah hancur.
Mungkin arena ini tak akan bisa digunakan untuk sementara waktu.

Aku pun diceramahi karena mereka bilang kalau sebagian adalah salahku.
Sungguh tak masuk akal.


Sebelumnya || Daftar Chapter  ||  Selanjutnya

5 comments: