A Rank Chapter 4
Translator | Kagami |
Editor
| Eden |
Proof Reader
| Shiro7D |
Chapter 4 :
Peri di Taman Bunga
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
Setelah meletakkan barang-barangku di dalam tas rami di rumah
kepala desa, aku pergi ke luar dengan membawa beberapa makanan seperti keju,
raspberry, dan biskuit.
Entah kenapa, aku masih ingat jalan ke ladang
bunga tersebut.
Kalau tidak salah, dengan berjalan ke arah barat dari alun-alun
pusat desa lalu mengikuti jalan yang dikelilingi pepohonan, aku akan sampai di ladang bunga.
Aku
berjalan ke selatan dari rumah kepala desa, dan menuju ke barat dari alun-alun.
Jumlah orang dan rumah semakin berkurang saat aku berjalan semakin jauh, dan akhirnya aku memasuki jalan
yang dikelilingi oleh pepohonan.
Dedaunan rimbun yang bergoyang karena angin seolah-olah
menyambut kedatangku.
Dan, seolah-olah pepohonan memikatku untuk masuk lebih dalam dan
lebih dalam, aku terus berjalan.
Jika aku dengar dengan seksama, aku bisa mendengar suara serangga di semak-semak dan suara kicau burung di pepohonan.
Aku tidak bisa menikmati alam dengan santai seperti ini saat
menjadi petualang, karena aku selalu berada di tempat yang dipenuhi monster.
Jika saja dulu aku tahu betapa menyegarkannya perasaan ini, pasti
menyenangkan jika pergi piknik atau berjalan di sini bersama anggota kelompok
ku.
Tapi yah… saat itu, yang aku lakukan hanya berusaha menjadi lebih
kuat, karena aku putus asa untuk hidup.
Jadi ketika aku melewati tempat-tempat seperti ini, yang aku lakukan
hanyalah tidur di kereta kuda, atau melakukan semacam pelatihan otot, sambil
mengabaikan hal lain. Setelah di pikir-pikir lagi, hidupku saat itu sunggu
sia-sia.
Kurasa sekarang aku mengerti alasan
anggota kelompok ku, terdiam tanpa kata-kata saat itu.
(TL: Pas pembubaran)
Udara menjadi berat saat aku terus berjalan lebih jauh di jalan
yang dikelilingi pepohonan. Ini mulai tampak seperti hutan yang pernah kukunjungi.
“Hmm... Jika aku keluar
dari sini...”
Ladang bunga yang indah ada disana. Aku semakin dekat dengan tujuan.
Aku
bisa merasakan kakiku bergerak lebih cepat dan lebih cepat ketika aku maju
selangkah demi selangkah.
* crunch *, * crunch *, aku
menggerakkan kakiku dengan segenap kekuatan saat aku menginjak
tanah. Langkahku berangsur-angsur menjadi cepat.
Apa yang ada di depanku adalah tempat yang aku dambakan.
Aku penasaran sudah berapa kali aku memimpikan momen ini sejak aku
meninggalkan kerajaan.
Saat itu aku terus menggali sisa-sisa ingatanku dari sembilan
tahun yang lalu, dan menggunakan imajinasiku untuk mengisi kekosongan yang aku
rindukan.
Akan tetapi, saat itu. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya
dengan cukup baik dan selalu berpikir, “Tidak, tidak seperti ini”, setiap kali aku
mengumpulkan gambaran di kepalaku.
Namun, sekarang aku akan melihat pemandangan yang sebenarnya, pemandangan yang belum memudar sedikit pun sejak sembilan tahun lalu.
Jalan dengan pepohonan di kedua sisi berakhir, dengan cahaya
menyilaukan yang datang dari ujung jalan.
Aku berlari menuju cahaya itu - dan itu dia, hamparan bunga yang
luas.
Bunga-bunga dalam warna merah cerah, merah muda, oranye, kuning,
dan putih sepenuhnya mekar, dan bunga-bunga itu membentang sejauh mata
memandang. Warna bunga-bunga ini adalah sesuatu yang tidak dapat
sepenuhnya kujelaskan dalam kata-kata karena kurangnya pengetahuan dan
pemilihan kosakata yang buruk; Aku hanya tahu bunga-bunganya memiliki
gradasi warna yang lebar.
Ini seperti karpet bunga yang terbuat dari berbagai jenis bunga.
Beberapa jenis yang aku lihat ketika aku berjalan mendekat adalah
Rapeseed blossom, Tulip, Poppy, dan *Kiruruku dll.
(*Kiruruku adalah jenis bunga yang ada di cerita ini)
Ketika angin bertiup dari satu arah, aroma harum bunga-bunga
melayang ketika bunga-bunga itu bergoyang.
“……”
Aku menatap pemandangan ini tanpa berkedip sedikitpun. Tidak,
mungkin lebih tepatnya aku tidak bisa mengalihkan
pandanganku karena ini terlalu indah bagiku.
Menyaksikan pemandangan yang begitu indah sehingga orang tidak
akan mengira itu bisa ada di dunia ini ... Ini bahkan seperti aku terisolasi sendiri
di dalam dimensi yang berbeda.
Ketika aku melihat pemandangan dunia lain yang diselingi dengan
warna ini, aku bicara pada diri sendiri-
Tidak perlu lagi membicarakan kenangan impianku, jika
dibandingkan, pemandangan di depan mataku jauh lebih indah.
Warna, bunga, dan nuansa udara, semuanya sangat berbeda dari apa
yang sering kubayangkan. Karena aku tidak bisa membayangkan aroma, angin, atau
suara dengan Imajinasiku yang kurang luas.
Aku pikir pemandangan sembilan tahun yang lalu terukir dalam
pikiranku karena itu tak terlupakan. Itu adalah fakta yang diketahui bahwa
ingatan manusia cukup
kuat.
“Aku akhirnya di sini.”
Kata-kata itu keluar dari mulutku yang kering.
Inilah pemandangan yang aku impikan, tempat yang telah aku
rindukan selama satu setengah bulan terakhir.
Sekarang aku disini.
Air mata keluar saat perasaan hangat memenuhi dadaku dengan emosi
kebahagiaan dan kegembiraan yang bercampur bersama.
Aku menghapus air mata dari pipiku secara terburu-buru dengan
punggung tanganku saat aku terkejut karena air mata itu.
Aku penasaran apakah air mata ini terbentuk oleh semua emosiku
yang tertahan sejak lama, Entahlah….
Ini pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini.
Aku merasa bingung karena tidak memahami emosi yang aku rasakan,
tetapi rasanya seperti lubang kekosongan yang terbentuk sejak aku menjadi
seorang pembunuh naga telah sedikit terisi.
Aku selesai menyeka air mataku, dan aku mulai berjalan lagi
setelah merasa lebih tenang.
Aku ingin menikmati pemandangan bunga-bunga indah ini dari
berbagai sudut, tidak hanya satu sudut.
Aku memilih area tanpa bunga mekar untuk berjalan.
Ketika aku memandang ke arah lain, aku melihat lebih banyak jenis
bunga.
Bunga dalam bentuk yang belum pernah aku lihat sebelumnya, sebagian
berbentuk aneh dengan panjang yang
berbeda-beda, sebagian memiliki banyak
lapisan kelopak yang ditumpuk bersama. Sangat disayangkan aku tidak tahu nama-nama bunga itu.
Namun, sedikit menyenangkan juga saat aku memikirkan dan
bertanya-tanya. Apa nama bunga itu, kapan bunga-bunga itu mekar, dan arti
nama bunga itu.
Aku menjelajahi ladang bunga sambil menikmati warna dan aromanya,
bersama dengan bau tanah dan rumput. Mencium aroma yang menyenangkan dari
bunga-bunga yang menempel di pakaianku saat berjalan, rasanya bahkan mungkin
tidak apa-apa jika aku tidak mencucinya. Aku menduga aroma bunga yang
tercium dari Fiona-san juga berasal dari bunga-bunga ini.
Aku berjalan di atas bukit sambil memikirkan hal-hal itu ketika aku
menatap bunga-bunga.
Aku sudah berjalan sekitar seratus meter di kejauhan setelah
melintasi bukit, tetapi ladang bunga masih terus berlanjut.
Selain itu, bentuk dan warna mereka bahkan sedikit berbeda dari
yang aku lihat sebelumnya.
Di sini saja sudah ada banyak jenis bunga.
Hal yang tampak berbeda dibanding beberapa saat yang lalu hanyalah
sebuah pohon yang terlihat di kejauhan.
Baik besar maupun kecil, itu adalah pohon yang dapat kau temukan
di mana saja, tetapi dengan aneh bercampur dengan bunga-bunga disini.
Hanya karena itu, aku ingin beristirahat di bawah pohon disana.
Rasanya menyenangkan jika tidur sambil berbaring di bawah naungan
pohon. Ini pasti akan menjadi tempat yang nyaman untuk menghindari panas
di musim panas.
Aku berjalan menuju pohon yang ingin kutempati.
Aku teringat musim panas dari pikiranku. Namun, aku tahu
bunga-bunga tertentu di tempat ini berubah warna tergantung pada musim.
Siapa yang mengajariku ini?
Aku tidak dapat mengingatnya dengan baik, karena itu sembilan
tahun yang lalu ...
Aku memutuskan untuk mengusir pikiran-pikiran macam itu dari
kepalaku, karena mudah untuk membuat kenangan palsu jika kau berusaha terlalu
keras untuk mengingat sesuatu saat sedang kebingungan.
Itu bukan hal yang penting sekarang. Mari kita nikmati
pemandangan indah di sini.
Kemudian, aku sudah sampai di sisi pohon saat aku menikmati
pemandangan indah ini secara menyeluruh.
“Kakiku
sedikit lelah, kurasa aku akan beristirahat sebentar di sini?”
Saat aku mulai berbaring di bawah naungan pohon, seorang wanita muncul
dari ladang bunga.
Dengan rambut pirang yang mencapai pinggangnya, dan mata bundar
berwarna giok yang seperti batu zamrud.
Aku bisa melihat bahwa dia lebih muda dariku, karena dia memiliki
wajah yang babyface, seperti boneka.
Tubuh rampingnya ditutupi blus putih yang membawa aura bersih, dan
pinggulnya yang melengkung ditutupi dengan rok berwarna biru gelap.
Wanita tersebut sangat cantik sampai-sampai aku berfikir kalau dia
adalah Seorang peri yang tiba-tiba mampir
ke taman bunga ini.
dilihat dari keranjang yang berisikan berbagai buah dan bunga yang
ada di tangannya, aku yakin bahwa dia telah mengumpulkannya sejak tadi.
Peri itu menatapku dengan ekspresi kaget.
Karena agak memalukan jika hanya saling memandang, aku memutuskan
untuk berbicara dengan sang Peri itu.
“Um, hai.”
“―?!”
Bahu peri itu bergetar saat aku memulai interaksi dengan
memberikan salam.
Mungkin dia terkejut karena seorang pria berumur dua puluh tujuh
tahun tiba-tiba berbicara dengannya.
Agar tidak membuatnya merasa semakin takut, aku memasang ekspresi
lembut di wajahku tanpa bergerak satu inci pun.
“...E,
erm…”
Gadis itu bergumam dengan suara samar yang malu-malu, dengan wajah
yang sedikit merah.
Dia dengan gelisah mengalihkan pandangan matanya yang bulat, dan berwarna giok itu, dari mataku. Apakah dia orang yang pemalu?
Saat kukira dia akan tetap takut dengan ekspresi apapun yang
kupasang, sebuah ekspresi muncul di wajah gadis itu, seolah dia mempersiapkan
dirinya setelah mengumpulkan semua keberaniannya dan ...
“...
H, Halo!”
Dia berteriak. Dan dia lari ke arah desa.
Sementara aku melihat punggung kecilnya yang terus berubah menjadi
lebih kecil dan lebih kecil saat aku berkedip, aku bergumam pada diriku
sendiri.
“...
Apakah wajahku benar-benar menakutkan?”
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSabar bos. Lanjut
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author ... ( tu pd spam apaan sih, tega" nya sama hasil kerja orang )
ReplyDeleteSabar bossque
Cerita sangat santuy
ReplyDelete