Thursday 14 June 2018

A Rank Chapter 5


TranslatorKagami
Editor
Eden
Proof Reader
Shiro7D

Chapter 5 :
Bertemu Kembali dengan Sang Peri






Ketika mataku tiba-tiba terbuka, matahari sudah bergerak ke posisi yang jauh lebih rendah.

Malam akan segera tiba.

Setelah melihat punggung gadis yang melarikan diri, aku memakan keju, raspberry, dan biskuit yang kubawa.

Karena perutku sudah penuh, aku merasa mengantuk dan berbaring di bawah naungan pohon, tetapi tampaknya aku tertidur karena rasanya sangat nyaman.

Rasanya lebih nyaman daripada yang kubayangkan. Aku diselimuti oleh kesejukan tepat di bawah bayang-bayang pohon dengan sinar matahari, aku juga ditemani oleh aroma bunga yang manis. Setiap kali angin bertiup, daun telingaku digelitik dengan lembut saat rumput mengeluarkan suara * ssssssaaaaa *.

Seolah-olah aku menyatu dengan alam.

Ups, sekarang bukan waktunya untuk tenggelam dalam perasaan seperti ini. Tak lama lagi, langit biru ini akan diwarnai dengan warna oranye dan merah saat matahari terbenam.

Sekarang aku sedang tidak tinggal sendirian di penginapan.

Maafkan aku jika aku terlambat untuk makan malam, meskipun aku berhutang budi kepada kalian.

Setidaknya, aku harus segera kembali sebelum matahari benar-benar terbenam.

Aku bangun dengan satu gerakan tiba-tiba untuk menghilangkan rasa kantukku. Kemudian, seekor kupu-kupu mendarat di hidungku sebentar lalu terbang menjauh.

Meskipun kupu-kupu yang melayang di udara menarik perhatianku untuk sesaat, aku langsung pergi dan mulai berlari kembali ke rumah kepala desa.

***

Langit diwarnai dengan warna oranye kemerahan, kemudian menjadi gelap tak lama kemudian. Aku tiba di rumah kepala desa dan dengan tegas membuka pintu.

"Selamat datang kembali."

Fiona-san mengintip dan menjawab dari belakang rumah saat aku berjalan ke pintu masuk rumah mereka.

"…Ah. Ya, aku kembali.”

Rasanya sudah lama sekali, aku disambut dengan hangat seperti ini saat pulang.

Itu sebabnya reaksiku agak lambat.

Kelompokku hanya akan menyapaku dengan ringan, seperti, "Oh, kamu kembali", "Kamu terlambat-", "Kamu berlatih lagi?"

Sambutan yang ramah seperti itu tidak buruk, tapi kata-kata sambutan Fiona-san memberiku perasaan kalau aku diperhatikan, dan itu memberi perasaan hangat di hatiku.

Mungkin karena aku selalu menginginkan cinta seorang ibu.

Sebelumnya aku berpikir bahwa jika aku bisa menjalani kehidupan yang santai di Nordende, tidak masalah jika aku tidak menikah.

Tapi baru saja ketika aku berpikir bahwa aku bisa disambut seseorang saat aku pulang seperti ini, sedikit keinginan untuk memiliki istri muncul.

Kemarilah, makan malam sudah siap.

Fiona-san memberi isyarat kepadaku dengan tangannya saat dia tersenyum.

Aroma yang membangkitkan semangat dan menggugah selera melayang dari dalam rumah. Aku bisa mencium aroma daging dan keju.

Perutku berbunyi karena mencium aromanya. Seperti yang kuduga, keju, raspberry, dan biskuit yang aku makan tadi sore tidak cukup.

Aku memasuki sebuah ruangan sambil mengelus perutku yang mengeluh karena lapar.

Di dalam, ada ruang tamu yang juga terhubung ke dapur mereka. Ada sofa di samping, dan meja dapur yang cukup besar untuk menampung sekitar enam orang di sekitarnya.

Ah, selamat datang kembali Aldo-san. Bagaimana pendapatmu tentang ladang bunga yang sudah lama tidak kau lihat?”

Ergys-san bertanya dengan senyuman sambil duduk.

Itu sangat indah. Jauh lebih indah dari yang kubayangkan… aku sampai mengantuk karena perasaan nyaman yang luar biasa di sana dan tertidur, karena itu aku pulang terlambat. Maaf soal itu.”

Jangan khawatir. Kau tiba tepat waktu, karena makan malam sudah siap. Kau bilang kau tertidur, apakah itu di bawah pohon itu?”

"Ya."

Tempat yang bagus, kan? Kau akan ditiup oleh sejuknya angin jika berbaring disana, dan rumput lembut yang tumbuh di tanah memberikan bantalan yang nyaman. Bahkan aku akan pergi ke sana untuk tidur siang jika aku punya waktu luang.”

Bagiku yang menikmatinya sepuas hati beberapa waktu yang lalu, aku langsung setuju dengan yang dia katakan.

Tempat itu terkenal di kalangan penduduk desa, tidak peduli mereka muda atau tua, kapan pun mereka bertengkar. Mereka akan berbaring disana dan tidur siang setelah mereka selesai berdebat atau berkelahi.”

Kata Fiona-san dengan nada lembut saat dia mengatur peralatan makan.

Aku mengerti, aku beruntung telah menempati tempat itu sepanjang sore. Mungkin, gadis yang kutemui di sana juga mencoba beristirahat di bawah pohon disana.

Namun, dia bertemu dengan seorang pria yang tidak dikenal. Mungkin itu sebabnya dia pergi.

Pohon itu membawa banyak kenangan.”

Ergys-san bergumam penuh nostalgia. Itu adalah pohon yang dipelihara oleh penduduk desa dengan perasaan.

Kedengarannya bagus. Hal seperti itu.

Ya, kita juga sering bertemu di bawah pohon itu, bukan? Ketika kita masih anak-anak, kita selalu berkelahi untuk menentukan siapa yang tidur siang di tempat itu.

Saat kita berdua masih anak-anak, ya.

Ergys-san menoleh ke Fiona-san karena dia tertarik oleh kata-katanya, dan dia menjawab dengan senyum pahit.

Ohh, bahkan Ergys-san, yang berkepribadian tenang, memiliki masa kecil seperti itu.

Dan, memori yang paling indah adalah saat kamu menyatakan cintamu padaku di sana ...

... Fiona, memalukan mengatakannya dengan keras di depan Aldo-san ...

Ergys-san membalas Fiona-san sambil terlihat malu.

Hoho, anda menyatakannya di tempat paling berkesan untuk kalian berdua, ya?

Aku menatap Ergys-san saat aku menggodanya dengan senyum di wajahku.

Ini cerita ketika aku masih muda.  kesampingkan itu, Aldo-san, biarkan aku memperkenalkanmu pada putri kami! Flora!

Ya!”

Suara yang ceria datang dari dapur setelah Ergys-san memanggil.

“Dia berlari kesini, kan?”

Melihat Ergys-san yang panik, Fiona-san dan aku tertawa kecil.

Ergys-san terlihat sedikit tidak nyaman saat dia menunggu pemilik suara itu muncul.

Tak lama, seolah-olah putri Ergys-san baru selesai menyiapkan sesuatu di dapur, dia kembali ke ruangan dengan tergesa-gesa.

Ini Aldo-san, dia memutuskan untuk tinggal di desa ini mulai dari sekarang.

Aku terkejut ketika aku melihat putri Ergys-san, yang bernama Flora.

Dia adalah wanita yang aku temui di bawah pohon ladang bunga tadi, seorang wanita dengan rambut berwarna pirang dan mata berwarna giok.

Apakah dia menyadarinya juga? Matanya terbuka lebar.

… Aldo…

Namaku samar-samar dipanggil keluar dari bibirnya indahnya yang berwarna merah muda.

Orang yang tadi...

Aku menutup mulut ketika “peri” yang kabur tadi berbicara denganku.

Oya, apakah kalian pernah bertemu di suatu tempat?

Ergys-san bertanya karena dia curiga melihat reaksi terkejut kami.

Ya, di bawah pohon ladang bunga tadi.

Saat aku menjawab seperti ini, Fiona-san mulai menggodaku.

Ara ara, pertemuan di bawah pohon itu sama seperti kita, ya?

Tapi kami tidak bertengkar di sana?

Yang terjadi adalah dia melarikan diri setelah aku menyapanya. Entah bagaimana aku menjadi sedih ketika aku membalas diriku sendiri.

Seorang wanita yang melarikan diri hanya karena aku menyapanya ...

Ergys-san terbatuk seolah-olah dia merasa aliran pembicaraannya tidak stabil, atau dia takut sebuah percikan api akan muncul.

"Aku mengerti. Ini akan menghemat waktu kita. Seperti yang sudah kubilang, Aldo-san akan bermalam di sini, jadi akrablah dengannya, Flora.”


Ergys-san mengatakannya lagi dengan penekanan, tapi Flora masih tidak menunjukkan reaksi dan hanya terus menatapku.

Flora?”

Oh, baik! Aku mengerti! Aku akan pergi membawa makanannya sekarang!”

Flora kembali sadar setelah mendengar suara Ergys-san dan kembali ke dapur dengan terburu-buru.

Dia lari dariku lagi. Tapi, bagaimanapun juga, kami akan segera makan di meja yang sama.

Maaf Aldo-san, anakku adalah orang yang pemalu. Dia akan membawakan makanannya sekarang jadi tolong tunggu sebentar.”

"Ya, terima kasih."

Ergys-san berhasil meredakan suasana saat situasi mulai menjadi canggung lagi.

Flora adalah seseorang yang pemalu, bukan? Bukan karena dia takut padaku atau membenciku, kan?

Aku duduk sambil bertanya-tanya.





Sebelumnya || Daftar Chapter  ||  Selanjutnya

1 comment: