A Rank Chapter 6
Translator | Kagami |
Editor
| Eden |
Proof Reader
| Shiro7D |
Chapter 6 :
Pot-au-fue yang Enak
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
“Ohh, hari ini kita akan berpesta.”
Ergys-san tampak senang saat dia melihat piring di atas meja.
Di depan mata kami ada *pot-au-feu yang
penuh dengan bahan-bahan seperti kentang, wortel, sosis, kubis, dan
brokoli. Tumisan yang dibuat dengan sayuran dan jamur yang ditambah
mentega, ayam goreng berbumbu, dan roti yang dipotong-potong kecil serta keju
krim di sampingnya.
(*Pot-au-feu adalah masakan khas Perancis,
cukup populer di Jepang)
Mungkin tidak berlebihan jika menyebut menu ini sebagai menu untuk
pesta. Hanya melihatnya saja sudah membuatku tersenyum.
“Karena hari ini, kita kedatangan penduduk baru. Jadi
wajar jika kita akan merayakannya.”
“Ya. Karena kita akan merayakannya malam
ini. Jadi izinkan aku membuka anggur berusia sepuluh tahun ini.”
"Terima kasih"
Aku perlahan-lahan menundukkan kepalaku dan berterima kasih kepada
mereka setelah mendengarkan kata-kata yang hangat dari mereka.
Aku sudah menemukan orang-orang baik seperti mereka dengan cepat. Aku
sangat terharu sampai air mataku hampir keluar.
Ergys-san berdiri dari kursinya dengan terburu-buru dan
meninggalkan ruangan, dan tak lama kemudian, dia kembali dengan sebotol anggur
di tangannya. Karena memiliki penampilan yang menyenangkan di wajahnya, aku
benar-benar mengerti bahwa dia menyimpan anggur terbaiknya untuk yang terakhir.
“… Nordende?”
Aku tidak sengaja menggumamkan merek anggur itu.
“Anggur ini dibuat di tempat Aisha-chan.”
Ah benar. Aisha adalah seorang petani anggur, jadi dia menggunakan
nama tempat produksi sebagai merek anggurnya.
Saat Ergys-san sedang membuka sumbat anggurnya, Fiona-san
mengeluarkan empat gelas anggur tanpa berkata apapun.
“Anggur Aisha-chan sangat lembut dan mudah
diminum. Bahkan Flora kami yang tidak begitu suka anggur, masih menyukai
anggur yang dibuat Aisha-chan.”
Flora dengan lembut menyentuh pundak Fiona-san dengan tangannya
sambil melihat ke bawah, tampaknya dia malu.
Hehh, aku sudah menantikan hal ini.
Jadi, Aisha yang “Selalu Berterus terang” adalah orang yang membuat anggur ini ... Yah, walaupun kepribadian
dengan anggur buatannya tidak ada memiliki hubungan dengan sama sekali.
Suara “plup” bergema di ruangan itu, kemudian masing-masing gelas anggur diisi
sampai penuh dengan anggur merah. Aroma kaya dari anggur tersebut menyebar di udara.
“Baiklah, bersulang untuk merayakan penduduk
baru di desa kita, Aldo-san!”
Setelah mendengar kata-kata Ergys-san, kami berempat dengan ringan
mendentingkan gelas anggur bersama.
Suara nada tinggi yang unik dari gelas anggur berdenting bersamaan
menggema di seluruh ruangan, dan semua orang kemudian meminum anggurnya.
“Hoh, ini memang sangat mudah diminum. Rasanya
memang sangat lembut”
Seperti yang diharapkan dari anggur berusia sepuluh tahun, rasanya
manis dan ringan.
Astringensinya tepat. Jika seperti ini, bahkan
orang-orang yang tidak menyukai rasa anggur merah akan menyukainya.
“Apakah rasanya sesuai dengan seleramu?”
“Ya.”
Rasanya aku ingin minum ini setiap hari.
“Keju ini juga buatan desa ini. Dan ini
benar-benar cocok jika dimakan bersamaan dengan anggur.”
Ergys-san mungkin menyadari kalau aku menyukai anggur ini, jadi
dengan ekspresi bahagia, dia merekomendasikan untuk memakan keju
bersamaan dengan anggur.
Aku mengambil beberapa keju setelah meminum anggur merah, akan
sia-sia jika tidak mencoba keju bersamaan dengannya seperti yang Ergys-san
katakan.
Kemudian, aku mengoles keju krim ke sepotong roti kecil.
Saat aku telah mengoles keju krim ke seluruh permukaan roti, aku
memasukkannya ke mulutku.
Rasa keju yang tebal langsung menyebar di mulutku.
Kemudian, saat aku menikmati rasa keju dengan mengunyahnya
perlahan, aku juga meminum anggur bersamaan.
Anggur yang kaya rasa dan keju, dengan aroma dan rasa yang tepat,
memiliki perpaduan rasa yang sempurna satu sama lain.
“ini benar-benar enak!”
“benar kan!?”
Ergys-san menjawabku dengan senyuman saat dia mengoles keju di
atas sepotong roti dan menikmatinya dengan anggur lagi.
Flora dan Fiona-san, yang duduk di depanku, memakan anggur dan
keju dengan sopan santun.
Perpaduan keju dan anggur mengingatkanku pada sesuatu yang pernah Kiel
katakana dulu. Dia bilang kalau rasa berbeda dari anggur dan keju sangat
pas, dan tidak akan tumpang tindih. Mengingat
kata-katanya, aku merasa seperti perpaduan antara anggur dan keju ini berjalan
dengan sangat baik sehingga itu seperti pernikahan.
(ED: Senikmat itukah rasanya?)
(PR: Mana gw tau, nyoba aja belum)
Saat itu aku tidak tertarik dengan anggur, jadi aku tidak ingat apa
lagi yang dia katakan. Namun, kurasa aku dapat minum bergelas-gelas dengan kombinasi rasa ini.
Aku terus mencicipi kombinasinya sebelum keju mendingin, karena
rasanya tidak akan enak lagi jika kejunya sudah mendingin.
Saat sedang makan, aku melihat ada keju yang menetes dari mulut
Flora karena terlalu lembut, tapi aku tidak menatapnya secara
langsung. Maksudku, aku paham bahwa dia malu karena wajahnya sudah memerah.
Setelah menikmati
banyak keju, aku lanjut dengan sepanci besar pot-au-feu yang ada di depanku.
Aku memotong kentang besar menjadi dua bagian lalu memasukkannya
ke mulutku.
Supnya dibumbui dengan garam, merica, dan herbal. ditampah kentang
yang dicelupkan kedalamnya adalah hal yang terbaik. Ini membuat kentang
panas biasa mengepul, dan menambah citarasanya.
Itu sangat berbeda dari pot-au-feu biasa yang disajikan di
penginapan.
Aku tidak bisa berhenti memakannya.
“Pot-au-fu ini sangat lezat. Aku yakin kau
bisa membuka sebuah restoran dengan ini.”
“Ara, syukurlah Flora. Pot-au-feu buatanmu
dipuji dengan hebat.”
“T, Terima kasih banyak.”
Flora melirikku dengan tatapan ke atas saat dia berbicara.
Wajah dan telinganya merah murni seolah-olah dia benar-benar malu.
Penampilannya mirip dengan Fiona-san tapi di dalamnya ia lebih seperti
Ergys-san yang pemalu.
Pada saat yang bersamaan, aku juga merasakan wortel, kubis, dan
brokoli.
Ergys-san bilang, semua sayuran ini juga ditanam di desa ini. Dan mungkin
karena brokoli dan wortel ini ditanam olehnya secara langsung. Jadi rasanya
menjadi lebih manis daripada brokoli dan wortel lain yang pernah kumakan
sebelumnya, dan rasanya memiliki kerenyahan yang
kuat.
Jadi ini rasa sayuran yang baru dipetik, ya.
Karena aku sudah tahu seperti apa rasanya sayuran segar, aku jadi
ingin lebih banyak menanam.
Kemudian, aku merasakan rasa sosis lembut dan roti yang dicelupkan
ke dalam sup.
Aku merasa Flora melirikku saat aku makan pot-au-feu, tetapi dia
tidak mengatakan apa-apa kepadaku.
Aku tidak begitu memikirkannya karena dia mungkin hanya mengamatiku
karena aku memuji makanan masakannya.
Aku juga bertugas memasak di hari-hari saat aku menjadi petualang,
jadi aku benar-benar tahu bagaimana rasanya. Ini adalah perasaan bahagia
ketika kau melihat orang lain menikmati makanan yang masakanmu.
Ergys-san dan Fiona-san sedang melihat Flora dengan tatapan hangat
saat mereka memperhatikan keadaannya. Meskipun ada keheningan, itu adalah
keheningan yang menyenangkan tanpa sedikit kejanggalan.
Setelah menghabiskan pot-au-feu, aku lanjut ke ayam goreng dengan
rempah-rempah dan jamur tumis & sayuran, aku melihat Flora gelisah.
Meskipun dia memegang garpu di tangan kanannya, tangan itu tidak
bergerak sama sekali dan hanya melihat piring kosong pot-au-feu dan wajahku.
Seperti yang kuduga, aku tidak tahu apa yang diinginkannya.
Karena perutku belum penuh, kurasa aku harus bertanya sebentar. Itu
adalah pot-au-feu yang lezat sehingga aku ingin tambah.
Ketika aku membuka mulut untuk meminta, Flora berbicara kepadaku.
“Um, apakah Kamu ingin tambah pot-au-feunya?”
“…Ya tentu saja.”
“Baiklah!”
Flora, yang bertanya dengan malu-malu, menunjukkan senyuman cerah
seperti bunga mekar saat aku menyerahkan piring padanya.
Dia menyingkirkan garpu di tangannya, lalu dia menerima piring
dengan kedua tangannya dan dengan senang hati berjalan ke dapur.
Setelah itu, dia kembali dengan sepiring penuh pot-au-feu
untukku.
“ini dia.”
“Terima kasih.”
Melihatnya begitu bahagia juga membawa senyum lebar ke wajahku, lalu
dia membalas dengan senyum malu.
Mungkin dia sudah sedikit terbiasa denganku. Kami tersenyum
satu sama lain saat kami berbicara, dan dia juga menanyakan beberapa pertanyaan
padaku.
Rasanya seperti jarak antara kami telah menjadi cukup dekat dengan
makan malam bersama. Aku yakin dia tidak akan melarikan diri saat kami
bertemu lagi.
Setelah itu, aku tambah 2 piring pot-au-feu lagi.
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
Perut gua jadi laper.
ReplyDeleteUntung bacanya sambil makan cemilan klo gk ngilerr
ReplyDelete