A Rank Chapter 9
Translator | Kagami |
Editor
| Eden |
Proof Reader
| Shiro7D |
Chapter 9 :
Bersih-bersih Selesai
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
Karena sudah siang, Ergys-san dan aku memutuskan untuk makan siang
di dekat sungai.
Kami duduk di tempat yang agak landai, dan mengangkat kain yang
menutupi keranjang.
Ada Sandwich yang dibungkus memenuhi keranjang. Sandwichnya
diisi dengan tomat segar, selada, dan daging ayam goreng. Kelihatannya
sangat lezat.
Aroma bahan-bahan segar dan gandum rasanya tak tertahankan.
Rasa laparku muncul ketika perutku berbunyi karena aroma yang
sedap.
“Kelihatannya enak, kan?”
“Ya, mengapa kita tidak langsung memakannya saja?”
Agar tidak ada basa-basi lagi, aku langsung menggigit sandwich.
Tekstur roti yang lembut dengan selada renyah membawa gigitan yang
menyenangkan. Dan, karena selada dan tomat yang lembab, rasanya jadi tepat
karena menahan rasa kuat dari ayam tumis herbal yang kering. Keseimbangan
rasa dari bahan-bahan yang digunakan sangat dipertimbangkan. Aku bisa tahu
kalau Flora bersungguh sungguh dalam membuatnya.
Saat aku
memakan sandwich
itu dengan nikmat untuk sementara waktu, sampai perutku kenyang, aku pun mulai memperhatikan keadaan di sekitarku.
Hembusan angin yang bertiup kencang ketika gelombang di sungai berulang kali
terbentuk dan menghilang.
Aku
bisa melihat ikan air tawar kecil yang berenang mengikuti arus sungai di depanku.
“Apakah ikan di sungai ini rasanya enak?”
“Ya, rasanya sangat enak jika Kamu memasaknya dengan benar, karena
ikan di sini sedikit berbau amis.”
Aku hanya memikirkan keindahan aliran sungai, tetapi sepertinya
ikan di sini juga lezat. Meskipun aku sering memasak, aku tidak tau cara
yang benar untuk menghilangkan bau amis karena sungai tempat mereka hidup
selalu kotor.
“Sudah lama aku tidak makan beberapa ikan panggang dengan garam.”
“Ohh, kedengarannya enak. Apakah Kau ingin aku meminjamkanmu
pancingan atau jaring dari rumahku?”
“Bolehkah? Itu akan sangat membantu. Terima kasih.”
“Tentu saja, tak masalah. Kau bisa memberiku sedikit hasil
tangkapanmu sebagai bayarannya. Kau membuatku ingin memakannya juga.”
“Ya tentu saja. Kalau begitu, aku akan menangkap ikan banyak saat itu.”
Kami menghabiskan sandwich sambil berbicara dengan santai...
“Baiklah, sudah waktunya aku pamit karena aku tahu kau harus
membersihkan rumahmu Aldo-san.”
Ergys-san berdiri dengan membawa kedua keranjang makan siang kami
di tangannya saat aku sedang bersantai dan meneguk air.
Aku berencana terus bicara santai dengannya, tetapi aku harus
membersihkan rumah atau tidak sama sekali. Jika aku terlalu banyak
bersantai di sini mungkin tidak cukup waktu sampai matahari terbenam.
“Ya, terima kasih banyak telah memperkenalkan rumah yang bagus ini
kepadaku. Ah, ngomong-ngomong, apakah ada orang yang bisa membuat perabotan di desa ini?”
Setelah aku membersihkan rumah, aku perlu mengatur kebutuhan
sehari-hari seperti furnitur dan peralatan makan.
Aku ingin cepat mendapatkannya agar aku bisa menjalani kehidupan
sehari-hariku.
“Ah. Betul. Ada baiknya Kamu bertanya lebih awal karena
perlu waktu untuk membuatnya. Tapi ya, ada. Dia dekat juga.”
Dengan kata-kata itu, Ergys-san mengarahkan jarinya ke arah rumah
pribadi yang bercampur di antara hutan sebelumnya.
“Di sana ada rumah Toack-san, pengrajin kayu. Aku akan
memberitahunya setelah ini, jadi kau bisa pergi kesana dan menananyakan padanya
tentang itu.”
Aku terkejut bahwa kami tinggal sangat dekat satu sama
lain. Jika kami tinggal sedekat ini, aku bahkan bisa pergi sekarang.
“Baiklah. Toack-san, kan? Terima kasih banyak!”
Setelah kata-kata terima kasihku, Ergys-san mengangkat keranjang
itu dengan ekspresi puas ........
“Beritahu aku setelah kamu sudah
selesai menyiapkan rumahmu. Karena aku
akan memperkenalkanmu pada pemburu lainnya di desa ini.”
“Baiklah!”
“Kalau begitu, aku akan pergi.”
Setelah memberiku balasan, Ergys-san berbalik dan mulai berjalan.
Aku melihatnya semakin menjauh, kemudian aku kembali ke rumahku.
Sekarang saatnya untuk bersih-bersih.
***
Aku akan langsung mulai karena aku sudah memiliki banyak kekuatan
dan energi karena perutku terisi penuh sekarang.
Meskipun tidak ada orang yang tinggal di sini, rumah ini tidak dalam
kondisi buruk.
Sepertinya itu semua berkat penduduk desa di daerah ini yang
bergantian menjaga rumah-rumah kosong ini agar tidak rusak.
Namun, karena sudah lama sejak pembersihan terakhir, bagian dalam
rumah tertutup debu.
Pertama, mari kita buka semua jendela untuk membiarkan udara
masuk.
Dari sana, aku akan membawa sapu dan menyapu tempat ini, lalu
membuat semuanya berkilau dan bersih dengan kain.
Setelah merencanakan semuanya dengan matang, aku mulai membuka
jendela di ruang tamu.
*uhuk uhuk*
Saat aku membukanya, debu-debu berterbangan dan membuatku batuk.
Akan lebih baik jika aku menutup mulut dengan kain terlebih dahulu
sebelum melakukan itu.
Aku mengambil sepotong kecil kain dari tas ramiku lalu menutupi
kedua hidung dan mulutku.
Aku tidak bisa melakukan lebih dari ini karena sudah ada debu yang
masuk ke mataku.
Selanjutnya, aku akan membuka semua jendela yang ada di ruang tamu,
kamar tidur, kamar mandi, ruang penyimpanan, dan toilet.
Dengan begitu, seluruh udara disini ditutupi debu yang
berterbangan. Aku bisa melihat debu dengan jelas melalui sinar matahari
dari jendela.
Aku pikir lebih baik jika aku keluar dari rumah untuk saat ini,
jadi aku keluar dengan terburu-buru.
Namun, aku tidak ingin berdiri di sini dan tidak melakukan apa-apa,
jadi aku pergi melihat-lihat rumahku untuk melihat apakah ada retakan di
dinding.
Aku mengamati dinding di sekitar rumah, sepertinya tidak ada
dinding yang retak.
Rumah itu dalam kondisi yang cukup bagus.
Ada rumput liar yang tumbuh di sekitar bagian luar rumah, bahkan
ada yang tumbuh di sepanjang dinding, tetapi menghilangkanya tidak akan sulit.
Aku berterima kasih kepada orang-orang yang merawat rumah ini saat
tidak ada yang menghuninya. Aku harus berterima kasih kepada mereka secara
pribadi ketika aku bertemu mereka.
Aku mengenakan sepasang sarung tangan dan mulai mencabut rumput
liar yang menempel di dinding.
Untuk gulma yang terlalu sulit dicabut dengan tangan, aku mengikisnya
dengan pisau.
Aku terus melakukannya sampai tidak ada lagi gulma di dinding, lalu
aku berjalan kembali ke rumah untuk melihat situasi.
Baik. Udara sudah mulai bersih dari debu. Sepertinya
sudah baik-baik saja.
Aku mengambil sapu yang dipinjamkan Ergys-san dan mulai
membersihkan lantai.
Aku sudah meminjam semua alat pembersih yang diperlukan dari
tempatnya jadi ini sempurna.
Debu yang menumpuk di lantai mulai beterbangan lagi, tapi aku
baik-baik saja kali ini berkat kain yang menutupi mulut dan hidungku.
Setelah menyapu ruang penyimpanan, kamar mandi, dan kamar tidur,
aku membersihkan semua debu yang berkumpul di dalam pengki.
Selanjutnya, aku pergi ke ruang tamu dan menyapunya.
Setelah aku memastikan bahwa sebagian besar debu telah hilang,
termasuk debu dari dapur, aku menuju ke sungai di luar dengan ember untuk mengambil
air.
Tidak apa-apa jika aku tidak menggunakan air dari sumur untuk
mengepel. Tapi
aku rasa air sungai sudah cukup,
karena airnya juga bersih.
Aku merendam lap ke air di ember, dan mulai membersihkan dinding dapur. Jika
aku langsung mengepel lantai, kain pelnya akan langung kotor.
Lalu, aku bersihkan dinding ruang tamu dan dapur, bilas kotoran
dengan air dan mengulanginya lagi.
Berikutnya adalah dinding di ruang belakang. Setelah itu
barulah mengepel lantai.
Aku berkali-kali pergi ke sungai untuk mengganti air kotor, dan
meremas lapnya berkali-kali.
Tiba-tiba aku merasa sakit di punggung bawahku ketika sedang
mengepel lantai, aku tahu bahwa aku sudah membuat ototku kaku secara tidak
sengaja.
(TL : sejenis kayak keram/ otot
tegang/ ototnya ngenceng gitu, apa sih namanya?)
(ED : mungkin kram, tapi kok di punggung?)
(PR : Keseleo? Enggak, gw rasa encok )
Aku meraih punggungku untuk mengendurkan otot yang kaku.
“Uuu…”
Aku benar-benar harus menyerahkan tugas ini kepada ibu rumah
tangga. Selain bersih-bersih, mereka juga menangani tugas-tugas seperti
memasak, mencuci pakaian, dan mengasuh anak. Kemudian, mereka juga
membantu di ladang ...
Aku mulai merasa frustasi, rasanya sekarang aku dapat memahami
perasaan para ibu rumah tangga yang mengeluh tentang suami mereka karena tidak
memuji kerja keras mereka.
Aku fokus bersih-bersih sambil mengagumi kehebatan ibu rumah
tangga dan berhasil menyelesaikannya sebelum matahari terbenam.
“Ohh, kelihatannya cukup bagus. Aku lebih sulit mengenali
tempat ini sebelumnya.”
Aku mengeluarkan kekaguman hanya dengan melihat ke kamar yang
bersih.
Dinding dan lantai berdebu dipoles dengan indah, sehingga warna
aslinya kembali.
Warna-warna cerah di dinding terlihat jauh lebih bagus daripada saat
pertama kali kulihat.
Rasa pencapaian dan kepuasan karena membuat rumahku sendiri
terlihat bagus menyebar di hatiku. Aku merasa segar kembali.
Aku duduk di lantai yang sudah dibersihkan dan bergumam ketika aku
melihat ruang tamu.
“Apakah ini yang disebut sukacita seorang ibu rumah tangga?”
Ini terasa sangat berbeda dari rasa puas yang aku dapatkan ketika
aku menyelesaikan sebuah quest. Apakah
karena quest kali ini di rumah yang aku tempati?
Aku merasa ini agak lucu dan tertawa.
Ketika aku melepas kain yang menutupi mulutku, aku melihat kain
tertutup kotoran.
Oh tidak, kainnya kotor. Rambut dan bajuku pasti juga kotor. Apakah
aku tidak akan membuat lantai kotor lagi jika aku duduk di sini?
Setelah memikirkan itu, aku berlari ke luar rumah dengan cepat untuk
menyingkirkan debu yang menempel di tubuhku.
Debu beterbangan setiap kali aku menepuk pakaianku dengan kibasan.
Aku menyadari bahwa tubuhku masih kotor, aku jadi ingin mandi
karna merasa tidak nyaman.
Aku akan berkunjung ke rumah Toack-san besok untuk memesan
perabotan, jadi lebih baik aku membuat penampilanku lebih baik.
Aku pergi untuk mempersiapkan kamar mandi.
Mengambil dua gelang dari tas ramiku, dan menuju ke kamar mandi
setelah aku memakainya.
Aku sudah membersihkan bak mandi besar dan istimewa di rumah ini,
semuanya berkilau dan bersih untuk menjawab perasaan yang ditinggalkan oleh
pemilik sebelumnya.
Aku mengulurkan tanganku yang
sudah mengenakan gelang dengan formasi mantra biru muda yang terukir di atasnya
dan mengucapkan,
「Water」
Lingkaran sihir biru muda muncul di telapak tanganku setelah
lantunan pendek barusan. Kemudian dari sana, air keluar.
Jika mantra yang aku berikan adalah 「Water lance」 atau 「Water boll」, itu akan menembakkan air yang
berbentuk seperti tombak atau bola, tetapi konsumsi mana juga akan sangat
meningkat.
Tapi, jika itu hanya 「Water」, konsumsi mana akan menjadi kecil dan aku bisa menggunakan ini
untuk waktu yang lama.
Ketika bak mandi sudah penuh, aku menutup telapak tanganku.
Setelah aku melakukan itu, lingkaran sihir menghilang, dan
mantranya berhenti. Ini mudah digunakan.
Selanjutnya memanaskan air.
Kali ini aku menjulurkan tangan kiriku yang menggunakan gelang
yang memiliki formasi sihir merah yang terukir di atasnya, dan melantunkan,
“Fire.”
Kemudian, lingkaran sihir merah muncul di telapak tanganku, dari
mana api sebesar kepalan tangan ditembakkan.
Karna aku menembakan api dengan suhu tinggi ke air, air di bak
mandi mulai mengeluarkan suara dan gelembung mulai bermunculan.
Tampak jauh lebih menakutkan dari yang kupikir, jadi aku pergi
berlindung ke ruang ganti.
“Woah, menakutkan. Kupikir ini tidak akan menjadi masalah
besar karena Kurune selalu menggunakannya dengan mudah...”
Setelah suara yang muncul di air telah mereda, aku kembali ke kamar
mandi untuk melihat keadaan.
Ada awan panas dan beruap keluar dari air di bak mandi.
Kurasa jika yang melakukannya si penyihir, Kurune, pasti bisa
mengatur suhu dengan tepat. Menurutnya, mantra dari alat ajaib tidak dapat
benar-benar disesuaikan sedetail itu sehingga mungkin akan melewati suhu yang
tepat untuk air panas dalam bak mandi.
Sekarang, aku akan membuka jendela dan menunggu sebentar sebelum
aku memasukkan tanganku ke dalam air untuk menguji suhu air yang mengerikan
ini.
Ya, ini masih terlalu panas. Untung aku menunggu sebentar
daripada meletakkan tanganku di sana tiba-tiba.
Setelah menunggu sedikit lebih lama. Suhunya sudah mulai bagus.
Sama seperti kemarin, aku membilas tubuhku dengan air panas untuk
membersihkan kotoran terlebih dahulu.
Saat ini aku belum memiliki sabun, jadi aku hanya bisa mencuci
tubuh dengan handuk dan air panas.
setelah kepala dan tubuhku dicuci bersih, aku pergi ke bak mandi
untuk menghilangkan kelelahan hari ini.
Ketika aku bangun dari bak mandi, aku menuju ke ruang tamu untuk
berganti pakaian karena aku lupa membawanya ke ruang ganti.
Karena tubuhku masih hangat setelah mandi, rasanya masih nyaman
berjalan di sekitar rumah dengan telanjang. Aku bisa terbiasa melakukan
ini. Aku tinggal di rumah orang lain kemarin jadi aku tidak bisa bertindak
seperti ini.
Ketika aku merasa gembira, aku mulai mengeluarkan pakaian dari tas
ramiku. Pada saat itu, aku mendengar seseorang mengetuk pintu.
“Masuk.”
Aku memberi jawaban yang sangat alami.
- Oh, sial. Sudah terlambat ketika aku menyadarinya.
(Eden :
LOL. Gw yakin Bang Jon bakal seneng bacanya)
(Shiro7D : Ya iyalah, diakan JONES)
“Maaf mengganggu, Aldo-san. Um, aku pikir aku akan
membawakanmu makan malam karena mungkin kamu sibuk membersihkan rumah—"
Flora masuk setelah membuka pintu, dan tubuh telanjangku berada
tepat di depan matanya.
Kenapa aku ingin berteriak seperti gadis sekarang?
“”…………””
Aku bisa merasakan mata Flora perlahan-lahan memindai dari
wajahku. Saat dia semakin rendah dan rendah, wajahnya mulai memerah.
“U, Umm.”
Aku tergagap tanpa sengaja karena aku tidak tahu harus berkata apa
pada saat seperti ini, tetapi kemudian Flora memulainya duluan.
“A,AKU M, MAAF !! PERMISI!!”
Dia berteriak saat dia berlari keluar.
Ah, sekarang aku sudah melakukannya. Aku membuatnya melarikan
diri lagi kali ini.
Tepat ketika aku berpikir bahwa kami sudah sedikit lebih dekat.
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
Semoga aja Bang Jon kita (Ramune) seneng baca chapter ini, LoL
ReplyDelete-Eden
Ceritanya kebalik biasanya yang masuk laki laki dan didalam ada perempuan.
ReplyDeleteMayanlah. Lanjut
Lanjutin dong min
ReplyDelete😂😂
ReplyDelete