A Rank Chapter 2
Translator | Kagami |
Editor
| Shiro7D |
Proof Reader
| Shiro7D |
Chapter 2 :
Nordende
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
Aku
melanjutkan perjalanan di jalan yang landai.
Di
kedua sisi jalan dilukiskan dengan pemandangan hijau yang subur yang berasal dari sawah dan kebun
anggur.
Dari
kejauhan, terlihat
barisan pegunungan yang di latar
belakangi langit biru yang jernih. Sampai saat ini aku masih belum melihat
satupun orang disini. Mungkin mereka sedang bekerja disuatu ladang di tempat lain, jadi aku belum melihat mereka.
Sudah sebulan sejak perjalanan dari kerajaan Abalonia. Dan akhirnya aku sampai di Nordende.
Pemandangannya masih sama dengan sembilan tahun
yang lalu, kecuali lahan
perkebunan mereka yang
bertambah besar. Yah, itu wajar jika tempat ini berkembang
karena sudah sembilan
tahun berlalu sejak saat itu.
Saat angin
lembut berhembus kearahku,
tercium bau tanah dan rumput yang menggelitik
hidungku.
Aku menutup mataku sejenak untuk merasakan berhembus angin yang kearahku itu, lalu aku menatap pemandangan yang
membentang sejauh mata memandang.
Jika aku terus berjalan lurus di jalan ini, seharusnya
aku bisa menemukan beberapa rumah desa di depan. Kemudian, di belakang sana,
seharusnya tempat bunga-bunga yang pernah aku lihat dulu.
Itu adalah tempat yang aku impikan selama perjalanan. Aku merasa sedikit cemas setelah
memikirkannya lagi.
Di perkebunan anggur yang indah, aku melihat seorang yang sedang berjalan sambil
membawa tas jerami di pundaknya.
Kemudian, seorang wanita yang bekerja keluar dari kebun anggur tersebut.
Wanita itu
memiliki kulit kecokelatan ringan, dan mengugunakan jepit rambut untuk menjepit rambutnya kebelakang.
Tinggi badannya sekitar 160
cm,
fisiknya kurang
jelas karena pakaian kerja tebal yang ia kenakan.
Wanita berambut merah itu berjalan ke arahku dengan
elegan, dan menatapku dengan
mata merahnya. Kemauannya yang
kuat terlihat oleh tatapan matanya yang tajam.
Saat
ini, akan aneh jika aku tetap diam, jadi aku harus mengatakan sesuatu untuk
memberi tahu bahwa aku tidak memiliki niat jahat.
"…Halo"
“…Halo. dan kau ini siapa? Aku belum pernah melihatmu disini
sebelumnya. Karena
kau telah memasuki
ladang seseorang tampa
izin, jadi sudah sewajarnya aku curiga terhadapmu”
Matanya melihatku
seperti
melihat orang yang mencurigakan.
Dilihat dari cara
dia
membalas sapaanku dengan anggun, sepertinya ia bukan orang jahat. Walaupun cara bicaranya sedikit kasar,
tapi dari sudut pandangnya,
tentu saja aku terlihat
sebagai orang mencurigakan yang berdiri di depan ladangnya. Yah, pendatang baru
yang datang ke pedesaan sudah
wajar disambut
seperti ini.
“Ahh, maafkan aku. Aku datang
kesini untuk pindah ke desa ini,
dan
aku bukan orang yang mencurigakan”
Dia bergumam "Hmmm" dengan nada ringan
sebagai balasannya.
“... Rambut hitam dan
mata hitam, ya ...”
“Eh?”
Aku
tidak begitu mendengar apa yang dia katakan barusan, jadi aku tidak sengaja
mengeluarkan balasan pertanyaan.
“Oh, bukan apa-apa. Jadi,
dari mana kau datang?”
“Kerajaan Abalonia”
Dia terlihat tidak puas dengan jawabanku, tetapi jika
aku ragu-ragu menjawab di sini, itu akan membuatku terlihat mencurigakan, jadi
aku menjawabnya dengan jujur.
“Kau datang dari tempat
yang sangat jauh, ya? Yah... kau tidak
terlihat seperti seorang pencuri
bagiku. Aku akan
memandu mu ke tempat kepala desa”
"Terima kasih"
Ketika aku datang ke sini sembilan tahun yang lalu,
aku tidak harus berkunjung ke rumah kepala desa. Untung saja ada orang yang mau membawaku kesana.
“Tidak ada gunanya
meninggalkan orang asing berkeliaran sendirian disini, karena itu akan membuat orang di sekitar manjadi gelisah. Ikuti aku”
Gadis itu melambaikan tangannya ke arah ku seolah-olah
dia mengatakan “tidak perlu khawatir; ini bukan masalah besar". Kemudian,
dia berbalik dan mulai berjalan.
Sambil memikirkan betapa terbukanya dia, aku mulai mengikutinya
sambil tetap diam.
Ketika
aku mengikuti di belakang wanita itu, perumahan
desa dengan atap berwarna coklat yang berbaris dalam barisan sangat dekat satu
sama lain mulai
terlihat di kejauhan. Mungkin di sana, bagian desa yang paling padat atau bisa dibilang bagian tengah desa.
Seharusnya
ada beberapa ratus orang yang tinggal di desa ini jika populasinya tidak
meningkat secara eksplosif sejak terakhir kali aku di sini.
Saat kami
terus berjalan di jalan tanah berumput.
kami bertemu dengan seorang pria yang sedang mendorong gerobak.
“Oya, Aisha, siapa pria
ini?”
Tentu saja, pria yang tidak tahu siapa aku itu menghentikan langkahnya dan
bertanya.
Jadi namanya
Aisha.
“Aku datang untuk pindah ke sini”
"Ohh, Ini
jarang sekali terjadi.
Aku berharap bisa berteman denganmu!”
“Terima kasih, aku
menantikannya juga!”
Aku
menundukkan kepala kepada pria yang menunjukkan senyum ramah itu.
“Oya oya, ternyata kamu orang yang cukup
sopan juga yah…”
Pria itu tampak seperti sedikit terkejut, lalu dia
menjawab sambil tersenyum cerah.
Mungkin kebiasaanku waktu manjadi petualang pemula
telah terbangun kembali.
Meskipun
aku adalah
seorang petualang waktu itu,
tapi aku tatap menunjukan formalitas dan rasa hormat kepada para seniorku layaknya seorang pekerja magang di tempat
pengrajin yang ketat.
“… Itupun jika ia mendapat izin dari
kepala desa”
Aisha-san, bagian itu tolong tidak usah memberitahukan.
Sepertinya ia tipe orang yang mengatakan apapun yang ia pikirkan.
(ED : Atau bisa juga disebut Blakblakan)
“Hmm... yah, Jika dia orangnya, aku pikir itu
tidak masalah. Beri
tahu aku jika dia sudah
disetujui yah…”
Pria itu sepertinya sudah
terbiasa dengan perilaku
Aisha. Diapun
mulai menarik gerobaknya lagi
sambil
tersenyum riang.
***
Setelah mengalami kejadian yang sama beberapa kali
saat berjalan bersama Aisha, kami telah sampai di bagian tengah desa, tempat dimana banyak
rumah pribadi berkumpul.
Aku
dapat merasakan tatapan dari orang-orang yang sedang melakukan berbagai jenis
pekerjaan rumah tangga, dan para wanita yang sedang mengeringkan cucian mereka. Tapi aku sudah
terbiasa dengan tatapan
ini, karena ini sudah sering
terjadi saat aku menjadi petualang.
Kurasa tidak ada
perbadaan saat kamu menjadi pendatang
baru di sebuah
desa atau menjadi petualang
pemula yang baru mulai.
Meskipun kurasa ini masih lebih baik karena kita tidak akan dikejutkan oleh tatapan para petualang yang kasar. Walaupun ditatapi dari kejauhan juga terasa tidak nyaman dengan caranya
sendiri.
Mungkin jika
aku tidak bersama Aisha saat
ini,
kurasa hal ini akan
jauh lebih buruk lagi.
Aku pun terus
berjalan sambil berusaha mengabaikan tatapan mata semua orang.
Untuk sekarang mari
kita melihat-lihat
pemandangan di sekitar.
Dibandingkan sembilan tahun yang lalu, jumlah bunga
yang ditanam disini tampaknya
telah meningkat, dan desa ini terasa lebih ramai dari sebelumnya.
Ada bunga dalam warna-warna hangat seperti merah dan
kuning, serta warna-warna dingin, seperti biru dan ungu.
Aku tidak
merasakan apa pun kecuali sukacita saat aku melihat rumah-rumah itu.
Rumah di
sana sepertinya menggunakan warna yang berbeda untuk menunjukkan gradasi yang
terampil.
Bagaimana cara mereka menanamnya agar menjadi seperti itu?
Bagaimanapun juga, bunga Nordende sangat indah.
Meskipun bunga bukanlah tanaman yang bisa dimakan,
tapi mereka
masih menanam dan
memeliharanya dengan hati-hati di rumah mereka sendiri.
“Desa ini selalu begitu
indah ketika bunga-bunga bermekaran yah…”
"Selalu? Apakah kau pernah kesini
sebelumnya?”
Aisha, yang berjalan di depanku, melihat ke belakang
dan bertanya sebagai tanggapan dari
gumaman yang aku keluarkan saat mengamati bunga dari rumah penduduk desa.
“Hanya sekali, sembilan
tahun lalu”
“Sembilan tahun yang lalu
?!”
Aisha meninggikan
suaranya
setelah mendengar apa yang aku katakan.
Itu
cukup mengejutkan, untuk melihat seorang gadis yang
selalu bisa menjaga ketenangannya terkejut seperti itu.
“Ya, tapi apakah itu
benar-benar mengejutkan?“
“Tidak, itu bukan
apa-apa. Maaf soal itu”
Atas
pertanyaanku, Aisha memberikan jawaban dengan nada lembut dan meminta maaf.
Tidak, tunggu, bahkan jika kamu mengatakan itu bukan
apa-apa, kamu membuatku sangat ingin tahu tentang ini ... Apakah aku melakukan
sesuatu ketika aku di sini sembilan tahun yang lalu? Aku tidak dapat mengingatnya.
"Di sini. Rumah
kepala desa”
Ketika aku ingin bertanya lebih lanjut pada Aisha tentang hal tersebut, tetapi sepertinya kami telah tiba di
tempat kepala desa.
Ini adalah rumah besar yang dibangun agak jauh dari bagian tengah desa. Di belakangnya, sepertinya terdapat gudang yang digunakan
untuk menyimpan makanan.
Rumput hijau subur yang tumbuh di sekitar area rumah.
Sepertinya akan terasa sangat nyaman untuk berbaring disana.
“Di sini, ya. ..”
“Baiklah, ayo cepat masuk”
Begitu aku mulai mempersiapkan diri untuk masuk ... *
tokk * * tokk *, Aisha sudah mulai mengetuk pintu.
... Hmm? Mengapa aku merasa sangat gugup meskipun aku sudah pernah bertemu dengan orang yang
memiliki kedudukan sosial lebih
tinggi?
Apakah karena aku takut tidak
bisa tinggal di sini jika kepala desa mengatakan tidak? Aku rasa aku tidak merasa segugup ini saat melawan monster.
Tak lama, aku mendengar suara wanita datang dari balik
pintu yang menjawab "Haii".
“Ah, ayo masuk”
Setelah mendengar jawaban itu, Aisha membuka pintu
tanpa khawatir dan memasuki rumah. Apakah tidak masalah jika kita masuk tampa menunggu orangnya?
“Cepat masuk”
Setelah Aisha mengatakannya, aku ikut dengannya walaupun sedikit sedikit merasa ragu.
“Ara, sudah kuduga. Itu Aisha-chan”
Orang yang menyambut kami adalah seorang wanita cantik
dengan rambut pirang bergelombang dan mata berwarna giok.
Aku
pikir orang ini seharusnya sudah cukup tua, tetapi dia terlihat seperti seorang
istri yang berhasil menjaga wajah cantiknya tampa menunjukkan tanda-tanda
penuaan.
... Aku
rasa pernah melihatnya
sebelumnya. Apakah itu hanya perasaanku saja, yah?
“Fiona-san, bukankah aku cukup dewasa untuk tidak dipanggil dengan sebutan "chan"
di belakang namaku?”
“Aku sudah menganggapmu seperti putriku
sejak kamu masih kecil, jadi Aisha-chan akan selalu menjadi anak kecil di hatiku,
tahu?”
Wanita itu menjawab protes Aisha dengan senyuman.
Sepertinya Aisha
tidak dapat memberikan belasan
atas perkataan itu, bahkan tubuhnya bergerak sedikit seolah dia merasa
malu. Rupanya, untuk orang yang mengatakan
apa yang dia pikirkan seperti Aisha. Fiona-san adalah lawan yang buruk.
“Jadi, kamu membawa tamu yang belum pernah aku
lihat sebelumnya di sini? Apakah kamu
ingin
memperkenalkanku kepada pacarmu?”
Wanita itu dengan tenang melihat ke arah sini dengan
mata gioknya.
Memiliki Aisha sebagai pacarku kurasa bukan ide yang buruk, tapi
seperti dia tipe orang
yang suka mengatur pacarnya.
“Bukan itu. Dia berasal
dari kerajaan Abalonia, dia
ingin
pindah ke desa ini.”
“Ara.. kamu datang dari tempat yang sangat jauh yah... Masuklah dan mari bicarakan hal ini secara detail dengan
suamiku, yang merupakan kepala desa disini”
“Haii”
Daripada disebut orang yang memperkenalkan pacarnya, dia lebih mirip dengan seseorang yang tinggal
di rumah ini. Untuk berbicara dengan kepala desa, kami dipandu ke sebuah ruangan
di dalam oleh istri kepala desa.
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
Lanjuut
ReplyDeleteNjut
ReplyDeleteNgomong² mcnya namanya siapa
ReplyDeletenama mc waktu masih jadi petualang : Aldred
Deletepas pindah ke nordende : Aldo
Pas keturunannya pindah ke Indo: Aldo
DeleteLanjut
ReplyDelete