Evil God Chapter 30
Translator | UDesu |
Editor
| UDesu |
Proof Reader
| UDesu |
Chapter 30 :
Latihan Khusus (2)
Aku mengangguk pada Adrigori.
Karena kami akan ketahuan jika menunjuk padanya, Adrigori hanya mengarahkan pandangannya pada wanita itu.
[Dia cantik sekali.]
[Kalau begitu-]
[Oleh sebab itu, dia akan merasa aneh karena tidak ada yang menggodanya. Mungkin dia berpikir ‘Kenapa ya? Para pria pasti tak punya mata yang bagus’, lalu dia akan dengan mudah diajak berbicara oleh Anda.]
[Kalau begitu, silakan Anda coba]
Aku pun memanggil wanita itu.
Aku memanggilnya setelah diberi saran oleh Adrigori. Sepertinya menggunakan ‘Umm...’ atau ‘Maaf’ sangat buruk untuk membuka percakapan.
Jadi, apa yang harus aku bicarakan?
Aku memutar jari-jari di kedua tanganku. Ini adalah tanda untuk mengganti pilihannya.
[KhUkYuMwu SangeAt MawnuAn.][TL: Kukumu sangat menawan.]
Senyum manisnya tadi telah menghilang, dan dengan wajah kaku, wanita itu pun pergi menjauh.
Aku putuskan memberi Adrigori kesempatan untuk mencobanya.
Adrigori kembali dengan percaya diri.
[Kau terlalu mudah diperdaya.]
Adrigori menenangkan diri dan berpikir tentang apa yang telah dilakukannya.
Hasilnya sama saja dengan Jeko.
Tentu saja, wanita tinggi yang satu lagi itu adalah Jiemi.
Keesokan harinya.
Pada akhirnya aku pergi ke ibukota Kerajaan Briton, Rhodan,
bersama Adrigori.
Langitnya terlihat biasa saja dan berawan.
Lalu kami mengunjungi kafe yang sama untuk melakukan rapat
strategi.
[Apa Anda mengerti? Target kita adalah wanita yang sedang
senggang. Tidak ada gunanya jika kita mengajak bicara wanita yang sedang sibuk.
Nanti mereka malah jadi kesal.]
Aku mengangguk pada Adrigori.
Soalnya aku sudah mengalaminya semalam.
Tapi dia lebih baik dari yang kusangka karena mengetahui hal
itu.
Sepertinya aku mulai bisa mengharapkannya.
[Dan satu hal lagi, target kita... coba lihat wanita yang di
sana.]
Karena kami akan ketahuan jika menunjuk padanya, Adrigori hanya mengarahkan pandangannya pada wanita itu.
[Dia cantik sekali.]
[Itu tidak bagus.]
[Tidak bagus? Kenapa?]
[Wanita yang cantik sudah terbiasa digoda. Terlebih lagi
oleh pria yang sudah berpengalaman. Dia akan dengan mudah mengatasi pemula
seperti kita.]
Aku sedikit paham tentang apa yang dikatakannya.
[Kalau begitu-]
[Tapi wanita yang jelek juga tidak bagus. Mereka tidak bisa
diajak kerjasama. Dan saat kita memanggil mereka, mereka akan berpikir ‘kau
pasti sedang melakukan permainan hukuman, ‘kan?’ atau semacamnya. Tentu saja
kita bisa menyelesaikan kesalahpahaman itu, tapi tak mungkin kita melakukan
sampai sejauh itu hanya demi wanita yang jelek.]
[O-Oh...]
Adrigori berkata seperti dia telah membaca pikiranku.
Dia jago sekali dalam hal ini.
[Dengan begitu, target kita adalah wanita seperti yang di
sana itu.]
Di ujung area penglihatan Adrigori, ada seorang wanita biasa
saja yang sepertinya sedang senggang.
[Yang itu?]
[Ya, soalnya dia terlihat sedikit di bawah rata-rata seperti
Ashtal-sama.]
[Siapa yang kau bilang di bawah rata-rata? Aku ini termasuk
rata-rata.]
[Begitukah? Wanita itu juga akan berpikir begitu. Bahwa dia
tidak jelek. Bahwa dia termasuk rata-rata. Tentu saja jika kita membaginya
dalam 3 skala, maka dia termasuk yang di tengah. Tapi jika kita membagi
kategorinya lagi, maka dia akan berada di bagian bawah. Semua orang di sekitarnya
pasti akan berpikir begitu.]
Perkataannya cukup menyakitkan.
[Oleh sebab itu, dia akan merasa aneh karena tidak ada yang menggodanya. Mungkin dia berpikir ‘Kenapa ya? Para pria pasti tak punya mata yang bagus’, lalu dia akan dengan mudah diajak berbicara oleh Anda.]
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan setelah itu.
Bagiku sudah cukup hanya jika bisa berbicara dengannya.
[Kalau begitu, silakan Anda coba]
Aku pun memanggil wanita itu.
[Hai, apa kau punya waktu?]
Aku memanggilnya setelah diberi saran oleh Adrigori. Sepertinya menggunakan ‘Umm...’ atau ‘Maaf’ sangat buruk untuk membuka percakapan.
[Ah... ya. Temanku baru saja pergi, jadi sekarang aku sedang
senggang.]
Wanita itu membalas dengan senyuman. Luar biasa! Aku
mendapat respon yang bagus.
Adrigori ternyata memang hebat!
.... Nah, semuanya dimulai sekarang.
Jadi, apa yang harus aku bicarakan?
Pada saat seperti ini, aku hanya bisa mengandalkan bantuan.
Ayo bantu aku, Adrigori-san!
- Hari ini tidak terlalu panas, ya?
- Hari ini berawan, ya?
- Mungkin nanti siang akan turun hujan.
Lagi-lagi... kenapa semua topiknya tentang cuaca?
Mana mungkin wanita akan tertarik membicarakan hal itu.
Aku memutar jari-jari di kedua tanganku. Ini adalah tanda untuk mengganti pilihannya.
Dengan cepat, Adrigori menggantinya dengan kertas catatan
yang lain.
- Kukumu sangat menawan.
- Tasnya bagus sekali!
Kalau tidak ada yang pantas dipuji, puji benda apa saja dan
dapatkan poin darinya!
[KhUkYuMwu SangeAt MawnuAn.][TL: Kukumu sangat menawan.]
[Ah! Aku baru ingat kalau aku masih ada urusan yang harus
diselesaikan. Sampai jumpa lain waktu ....]
Senyum manisnya tadi telah menghilang, dan dengan wajah kaku, wanita itu pun pergi menjauh.
Yah, karena ini lebih baik daripada Jeko, maka aku tak akan memecatnya.
Kami pun mengadakan rapat strategi lagi.
[Begitu ya, jadi pada saat itu, pikiran Anda jadi kosong
kemudian menyebabkan Anda menjadi membeku.]
[Yah, begitulah.]
Meskipun pikiranku tidak menjadi kosong, aku tetap tak tahu
apa yang harus dibicarakan.
[Kalau begitu, mungkin lebih baik merencanakan apa yang
harus dilakukan terlebih dahulu.]
[Tapi kalau begitu, bukan latihan namanya.]
[Benar juga. Bagaimana kalau aku beri contoh?]
[Boleh juga.]
Sepertinya aku tak punya pilihan lain selain melihat
contohnya.
Aku tersenyum kecut karena idenya sama dengan Jeko.
[Silakan dicoba.]
[Baiklah.]
Aku putuskan memberi Adrigori kesempatan untuk mencobanya.
Seperti halnya Jeko, Adrigori mempunyai penampilan seorang
pria berumur 20-an.
Dengan rambut pirang dan wajah yang termasuk di atas
rata-rata.
Dia pun menunjukkan keseriusan di wajahnya.
Yah, setidaknya dia tak akan ditolak karena wajahnya.
Adrigori memanggil seorang wanita, dan berhasil mengajaknya
pergi berbelanja.
Setelah itu, dia membelikan wanita itu pakaian, aksesoris,
dan dengan mudah menghabiskan uangnya.
[Bagaimana menurut Anda?]
Adrigori kembali dengan percaya diri.
[Kau terlalu mudah diperdaya.]
[Ha?]
Adrigori menenangkan diri dan berpikir tentang apa yang telah dilakukannya.
[Aku, yang sudah membaca banyak buku panduan dan buku
tentang psikologi wanita, telah diperdaya?]
Dia adalah tipe yang berpikir kalau dia bisa melakukan
sesuatu karena telah membacanya di buku.
Apa sebelumnya dia adalah orang yang tidak percaya diri akan
kemampuannya?
Kenyataan sungguh pahit baginya.
[Terlebih lagi, aku tidak mendapat alamatnya. I-Ini tidak
bisa dimaafkan. Sudah kuduga, seharusnya aku menghajar para wanita dan membuat
mereka menurutiku.]
[Astaga.] [Tl: -_-]
Hasilnya sama saja dengan Jeko.
Tentu saja, aku juga melarangnya.
***
Seharusnya ini sudah cukup sebagai pengalaman. Tapi Adrigori
masih ingin melanjutkannya.
[Bagaimana kalau begini saja, kita panggil 2 orang wanita,
dan kita akan mengajak mereka mengobrol berempat.]
[Itu kedengarannya memang lebih mudah daripada berbicara
satu lawan satu.]
[Kalau begitu, aku akan pergi mencari 2 orang, Anda tunggu
di sini saja.]
[Fuuuh]
Aku berkonsentrasi dan menenangkan hatiku.
Suara Adrigori terdengar saat aku menutup mata.
Aku bisa mendengar suara 2 orang wanita.
[Bagaimana kalau minum teh bersama kami? Kebetulan kami juga
berjumlah dua orang.]
[Ah, maaf, tapi kami sedang menunggu seseorang.]
[Ayolah, tempatnya di sana. Lihatlah, aku bahkan sudah
memesan tempat duduk dan temanku sedang menunggu di sana.]
[Ah!!!]
Hmm? Sepertinya aku mengenal suara ini.
Aku membuka mataku dan melihat ke sana.
Ada seorang wanita tinggi menggunakan sebuah T-shirt dan
celana pendek. Dan juga seorang gadis kecil menggunakan gaun one piece.
Aku kenal dengan mereka.
[Apa yang kau lakukan?]
Tiraiza bertanya padaku dengan mata menyipit.
[Tl : -_-]
[Tl : -_-]
Tentu saja, wanita tinggi yang satu lagi itu adalah Jiemi.
Ahahaha!!! habislah kau ashtal
ReplyDeleteLanjut min