Isekai wa Smartphone to Tomo ni Chapter 187 Bahasa Indonesia
Translator | Ramune |
Editor
| Shiro7D |
Proof Reader
| UDesu |
Arc 22: Jika Musim Dingin Datang, Apakah Musim Semi Masih Jauh Dibelakang Sana?
Chapter 187: Gerbang Transisi, dan Sebuah Belati Perak
Chapter 187: Gerbang Transisi, dan Sebuah Belati Perak
Sejak berita
tentang penemuan dungeon baru
tersebar, para adventurer mulai
berdatangan ke Brunhild.
Pada awalnya,
dungeon yang Rerisha-san temukan itu
adalah dungeon yang belum pernah
ditemukan sebelumnya. Dungeon itu
belum terjamah oleh para pencuri karena terletak di kepulauan terpencil di
tengah samudera. Jadi, ada kemungkinan bahwa harta karun yang melimpah ada di
dalamnya.
Dengan kata
lain, situasi ini seperti pepatah “Siapa cepat dia dapat”. Para adventurer berusaha untuk menjadi yang
pertama datang ke 3 dungeon yang
kunamai dengan [Amaterasu], [Tsukuyomi], dan [Susanoo].
Sebelumnya,
aku berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan kenyataan bahwa aku bisa
menggunakan [Gate] agar tidak disalahgunakan orang-orang yang berpengaruh dan
berkuasa untuk sebuah kejahatan. Akan tetapi, ada banyak orang yang
mengetahuinya sekarang. Yah, soalnya aku terlalu banyak menggunakannya pada
waktu pertempuran melawan Fraze sih.
Disamping
itu, aku telah menjadi kuat sekarang. Kupikir tidak akan ada orang yang berani
untuk berbuat macam-macam denganku sekarang. Kalaupun ada, Mereka pasti akan
langsung kukalahkan.
(TL :
songong amat lu touya)
Setelah
melalui banyak pertimbangan dan akhirnya diberlakukan, gerbang transisi menuju
pulau telah disetujui oleh berbagai pihak dengan alasan [Yah, kalau untuk raja
itu sih, pasti bisa].
Karena ukuran
dungeon itu cukup besar, ada banyak magic beast dan monster berkeliaran di sana. Meskipun eksplorasinya belum
membuahkan hasil yang memuaskan, tapi ada juga party yang telah mencapai lantai 3.
Dan untuk guild, mereka kelihatannya tidak
keberatan ataupun mengeluh karena mereka bisa mendapatkan material dan harta
yang dibawa pulang oleh para adventurer meskipun eksplorasinya tidak
berjalan dengan mulus.
Kemarin aku
sedikit terganggu dengan semakin buruknya layanan dan keamanan masyarakat
karena bertambahnya adventurer. Yah, kukira itu wajar
karena ada juga penjahat atau buronan diantara para adventurer.
Orang-orang
idiot yang mengganggu warga dan menipu toko-toko di kota juga mulai bermunculan
satu demi satu.
Aku tidak
tahu bagaimana mereka dihukum di luar negeri, tapi aku tidak akan mengasihani
mereka di negaraku ini. Jika ketahuan, mereka akan diseret oleh para ksatria ke [Devil’s whisper jail] (sebuah penjara dimana mereka dipaksa untuk
mendengar suara papan yang digaruk-garuk selamanya) atau ke [Aromatic Smelling Prison] (penjara yang
berisi 1/10 bau dari slime yang bau) dan mereka akan tinggal di sana sambil
menyesali tindakan mereka.
Lalu, ada satu hal
lagi yang kubuat, yaitu sebuah rumah sakit di kota. Rumah sakit ini adalah tempat dimana
para spesialis sihir atribut cahaya dan dokter yang bisa mendiagnosa penyakit
berkumpul. Obat-obatan di sini dibuat langsung oleh Flora.
Harga untuk
pengobatan di sana telah ditetapkan kemarin, dan kami juga menggratiskan
obat-obatan itu pada anak kecil yang punya pengasuh di negara ini.
Di dunia ini, penduduk yang
berumur 13 kebawah dianggap sebagai anak kecil. Dikarenakan mahalnya pengobatan
di dunia ini, mustahil bagi mereka untuk membayarnya.
Meski tadi
kukatakan “GRATIS”, bukan berarti kami tidak menuntut biaya. Pengasuh mereka
diharuskan bekerja sehari atau dua hari di negara ini. Tentu saja, mereka tidak
harus bekerja jika mereka bisa membayarnya secara kontan.
Beberapa kios
stan memenuhi jalan menuju gerbang transisi, mereka menjual perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan seperti
obat, tali, lampu, makanan darurat, dan lain-lain, sementara stan lain menjual
pisau lipat, kompas, staples, dan lain-lain.
Aku menuju ke salah satu stan di
samping gerbang dan memanggil pemiliknya.
「Hey. Bagaimana hasil penjualannya?」 (Touya)
「Sampai saat ini cukup bagus. Kelihatannya aku akan melupakan
pekerjaan utamaku dan beralih menjadi pedagang nantinya」 (Pedagang)
Sebenarnya
orang ini adalah ninja. Dengan kata lain, dia salah satu shinobi takeda, dan
anak buah Tsubaki-san.
Dia di sini untuk memantau
bagaimana keadaan sambil berjualan. Agar tidak terlihat menurigakan, Aku
berbisik-bisik dengannya sambil mengambil barang yang dijualnya.
「Apa ada masalah akhir-akhir ini?」 (Touya)
「Tidak ada masalah yang serius. Hanya ada masalah kecil seperti party yang membuat keributan kecil」 (Pedagang)
Keributan yang dibuat oleh para adventurer adalah cerita biasa. Hal ini
tidak perlu ditindaklanjuti selama mereka tidak mengganggu orang lain.
「Saat aku masuk dungeon kemarin,
hanya kobold yang kutemui di lantai
pertama. Tapi bagaimana dengan monster
yang berada di lantai bawah, bisakah kau memberitahuku?」 (Touya)
「Monster yang berada di lantai pertama yaitu goblin, kobold, tikus
raksasa, kelelawar raksasa, dan kelinci bertanduk 1. Sedangkan di lantai kedua,
ada monster yang identik dengan hobgoblin, goblin archer, orc, skeleton. Para adventurer juga telah mengatakan bahwa mereka melihat dullahan dan killer mantis di lantai 3」 (Pedagang)
Dullahan? Kami telah melawan dullahan level rendah dulu, dan mereka
cukup kuat, kan? Akan sangat sulit jika melawan mereka tanpa memiliki senjata
anti undead atau membawa penyihir yang bisa
memakai sihir cahaya.
「Entah kenapa monster-monster yang ada di dungeon selalu berbeda. Aku merasa [Amaterasu] berisi magic beast, [Tsukuyomi] berisi undead, dan [Susanoo] berisi monster biasa」 (Pedagang)
Omong-omong, perbedaan monster biasa dan magic beast adalah apakah mereka buas atau tidak. Mengapa seperti
itu? Aku keheranan dengan fakta ini, apakah mereka terisolasi satu sama lain?
Jika aku tidak salah, mungkin hal ini berhubungan dengan hukum makan dan dimakan meski
sesama magic beast. Pastinya mereka
tidak akan mau hidup dengan musuh alami mereka, kan?
Setelah berterima
kasih padanya, aku langsung berjalan menuju gerbang transisi. Ada 3 dungeon yang terhubung ke tempat masuk 3
dungeon yang berbeda.
Yah, pada
akhirnya, karena destinasi tujuan gerbang ini akan menuju 1 tempat yang sama,
tidak akan mustahil bagi mereka untuk melewati pulau dungeon lain jika mereka menaiki kapal atau berenang di lautan.
Meskipun kebanyakan mereka biasanya kembali lagi dan masuk gerbang lain
setelahnya.
Meskipun para
adventurer diwajibkan untuk
menunjukkan kartu mereka dan membayar 1 koin perunggu setiap kali masuk ke
gerbang, masalah finansial pulau ini tetap bermasalah.
Mari kita
pikirkan sejenak. Seseorang bisa membeli makanan yang mengenyangkan meski hanya
dengan 1 koin perunggu. Jadi, apakah harganya sepadan dengan seribu yen? Jika
memang seperti itu, aku rasa 2000 yen per hari di hotel terlalu murah karena
menurut pengalamanku, dengan 1 koin perunggu, kami bisa tinggal sehari dengan
layanan makanan 3x sehari di hotel [Silver Moon] di Leaflet. Akan tetapi, jika
dihitung pengeluarannya akan mencapai 60000 yen dalam sebulan. Jika kau
berpikir itu normal, coba kau pikir apakah hotel mewah dengan layanan seperti
itu bisa bertahan hanya dengan 60000 yen sebulan? Dan bahkan kita mendapat
makanan 3x sehari.
Jika dipikir-pikir, membandingkan
nilai uang dunia ini dengan duniaku itu tidak berguna sama sekali, jadi aku
berhenti memikirkannya.
「Touya-dono!」 (Yae)
「Touya-sama!」 (Hilda)
「Huh? Yae dan Hilda? Ada apa?」 (Touya)
Saat aku memalingkan wajahku
karena tiba-tiba dipanggil, duo ahli pedang Brunhild Yae dan Hilda berlari ke arahku.
Mereka sangat akrab. Apa karena mereka selalu berlatih bersama ya?
「Tadi kami telah memutusakan akan pergi sebentar untuk melakukan
inspeksi sambil berlatih. Seperti yang telah Hilda-dono bilang sebelumnya, dia
tidak punya cukup pengalaman untuk bertarung dengan magic beast dan monster–de
gozaru」(Yae)
「Lihatlah Touya-sama, Aku telah menerima kartu guild! Meskipun jika dibandingkan dengan
milik Yae dan yang lainnya, punyaku masih berwarna hitam.」(Hilda)
Hilda
kelihatan sangat senang saat ia menunjukkan kartunya padaku. Warna kartunya
masih berwarna hitam menandakan bahwa ia seorang pemula. Mengatakan Putri
kerajaan dari kerajaan ksatria Restia dipanggil dengan sebutan pemula bukanlah sebuah lelucon. Sedangkan
kartu Yae sudah berwarna merah menandakan bahwa ia adalah adventurer kelas atas.
Yah, tumbuh sekuat itu dalam waktu
1 tahun adalah sesuatu yang abnormal …
Meski tidak sepenuhnya benar.
Karena sejak pertama kali pertemuan kami, Yae memang sudah kuat
sekali.
「Apa yang Touya-dono lakukan di sini degozaruka?」 (Yae)
「Mn? Ah, aku sedang memeriksa dan memastikan keamanan daerah ini.」(Touya)
「Ah, kenapa Anda tidak ikut dengan kami saja?」 (Hilda)
「Kenapa tidak. Ayo kita pergi bersama-sama」 (Touya)
Akhirnya kami
pergi bersama-sama melalui gerbang yang menuju ke [Amaterasu] dan akhirnya
sampai di pantai. Oh hampir saja lupa, aku harus membayar uang
masuk gate. Kami mungkin akan mendengar [Kenapa orang-orang itu mendapat
perlakuan khusus?] jika kami langsung
masuk tanpa membayar. Selain itu, kami juga akan terlihat berbeda dari yang lain. Biasanya aku
menggunakan [Gate]-ku sendiri untuk perjalanan seperti ini, tapi aku ingin
memastikan apakah ada kecacatan di gerbang transisi ini.
Kepulauan ini
terdiri dari 7 pulau besar dan beberapa pulau kecil. Meski tidak ada dungeon di pulau terbesar, pulau itu
berisi banyak magic beast dan monster.
Karena ada
banyak monster jenis tanaman di sana,
orang-orang harus berhati-hati karena serangannya yang mematikan. Semua orang
yang masuk ke sana, termasuk para adventurer
pemula, harus menjaga diri mereka sendiri dan hal itu tidak menyusahkanku.
Omong-omong tentang pulau itu, ada banyak tumbuh-tumbuhan, kacang-kacangan, dan buah beri
aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya, jadi request yang menyuruh seseorang untuk mengambilnya terus
berdatangan.
Akhirnya, kami memasuki
dungeon setelah mengaktifkan sihir
[Light]. Dungeon yang bernama
[Amaterasu] ini adalah dungeon yang
telah aku masuki kemarin, tapi sekarang ada lebih dari 40 adventurer di sini. Jika satu party
terdiri dari 4 orang, berarti ada sekitar 10 party yang ada di sini.
「Banyak sekali yang datang ke sini ya, apakah mereka tidak akan
bertarung satu sama lain jika mereka saling bertemu degozaruka?」(Yae)
「Dungeon ini sangat luas lo. Meskipun mereka bertemu, mereka hanya akan
menyapa satu sama lain dan menuju ke jalan yang berbeda. Selain itu, mungkin mereka
hanya akan bernegosiasi soal air dan tumbuhan herbal saja」 (Touya)
Tiba-tiba ada 3 ekor serigala
bertanduk 1 menyerang kami selagi kami berbicara. Hilda langsung menebas mereka
sebelum kami menyadarinya. Oh, sungguh pertarungan yang mudah ya.
「Apa yang akan kita lakukan dengannya? Hanya tanduknya saja yang bisa
menjadi bahan material, kan?」 (Hilda)
「Dagingnya tidak bisa dimakan karena terlalu keras, dan kulitnya
pun juga tidak terlalu berguna」 (Yae)
「Jadi apakah kita akan memotong tanduknya dan meninggalkan sisanya?」(Hilda)
「Seharusnya tidak apa-apa jika kita membuangnya ke samping sehingga
mayatnya tidak menghalangi jalan. Mayat-mayat itu mungkin
akan menjadi makanan magic beast
lain, atau
mungkin mereka akan membusuk dan manjadi makanan bagi para slime」 (Touya)
Slime adalah makhluk hidup yang dikenal
sebagai monster yang selalu ada di
setiap dungeon di seluruh dunia.
Meskipun terkadang mereka menyerang manusia, tapi biasanya mereka tidak
berbahaya. Jika aku harus menggambarkan seperti apa slime itu, mereka seperti cairan bening dan juga pemakan bangkai.
Mereka memasukkan semua sampah dan lainnya lalu menghancurkannya.
Menurut para adventurer, bahkan mayat dan kotoran pun dimakan olehnya.
Hasilnya, dungeon tetap bersih tanpa bau mayat.
Ahh, terima kasih slime.
Meski slime punya karakteristik seperti itu,
untuk suatu alasan, mereka tidak memakan isi kotak seperti kotak harta. Dan
mereka juga tidak memakan besi. Jika dipikir-pikir, sludge slime juga membuat air lebih bersih. Tergaantung dari tipe slime, aku penasaran apakah mereka juga
pilih-pilih makanan seperti manusia.
Rupanya, ada
teori yang menyebutkan bahwa slime
adalah buatan manusia di zaman sihir kuno*. Hal itu
mungkin masuk akal. Jadi,aku akan mencarinya di [Perpustakaan]
nanti.
(ED : Bukannya di Animenya sudah ada yang berhasil
buat Slime)
Hilda
menyeret mayat serigala itu ke samping jalan dan memotong tanduknya.
Tanduk-tanduk itu bisa dijual sebagai material, jadi kami akan menjualnya pada guild setelah ini.
Setelah itu,
Hilda lagi-lagi mengalahkan kelinci bertanduk 1, kelelawar
raksasa, dan tikus
raksasa sendirian. Aku bisa merasakan banyak makhluk sihir di sini, meskipun
para goblin dan kobold terkadang juga keluar.
Omong-omong
tentang perjalanan kami, aku tidak menunjukkan peta yang sudah kusimpan di smartphone-ku kemarin. Tujuan kami bukan
menaklukkan dungeon. Aku pikir akan
lebih menyenangkan dan menegangkan tanpa menggunakan
peta itu. Meski agak lama, tapi para gadis telah menemukan tangga menuju
lantai kedua dengan cepat.
Setelah kami menuruni tangga, kami
sampai di tempat yang luas untuk kedua kalinya. Jalan di sini bercabang menjadi
2, kanan dan
kiri. Untuk saat ini, kami memutusakan akan mengambil arah kanan. Di sana ada
persimpangan lagi, dan setelah kami melewatinya, kami menemukan persimpangan
sekali lagi, apa-apaan dungeon ini.
「Oh, yaa hal ini mengingatkanku, peta dan kompas sangat dibutuhkan ketika
kita memasuki dungeon. Seseorang akan
tersesat tanpa bantuan alat itu」 (Touya)
Tentu saja,
kebanyakan adventurer memetakan dungeon . kami kelihatan tidak begitu
peduli dengan masalah ini karena aku bisa mengeluarkan [Gate] kapanpun kumau.
Setelah
berjalan untuk beberapa saat, kami menemukan ujung koridor dungeon dengan pintu ganda di tengahnya. Setelah membuka dan
memasukinya, kami sampai di ruangan kecil dengan ukuran kira-kira sebesar 12
tikar tatami. Di pojok ruangan ada
peti harta. Oioi, jangan bilang kalau ini adalah ruangan pribadi monster… untuk sesaat aku merasa jadi
seorang hero dari game tertentu yang
selalu masuk ke rumah seseorang tanpa ijin, dan menggeledah barang mereka seenaknya.
Hilda nampak senang dan mencoba
untuk membukanya. Saat ini aku melihatnya dengan tatapan seperti “seperti
anak-anak ya…”.
Setelah dibuka, peti itu
berisi berbagai jenis pisau dan pedang yang sudah berkarat. Ada banyak pisau
dan belati di sini. Kurasa tidak ada barang mewah seperti perhiasan di sini.
Akan tetapi, kenapa ada banyak belati di sini? Apakah pemiliknya adalah seorang
maniak pisau? Jika dipikir-pikir, mahkluk hidup seperti burung gagak dan anjing
juga mengumpulkan barang barang seperti ini …
「Mengecewakan……」(Hilda)
「Yah, harta karun yang sebenarnya memang sulit untuk ditemukan」 (Touya)
「Tunggu sebentar. Lihatlah ini, bukankah ini sebuah belati perak degozaruka?」(Yae)
kata Yae
sambil menunjuknya
Belati ini tertutupi debu dan
kotor, tapi tidak diragukan lagi bahwa ini memang belati perak. Meskipun tidak
bercorak dan sangat polos, mungkin belati ini cukup bernilai jika dijual pada guild. Yah, seperti yang sering diucapkan oleh para adventurer “sebuah
harta tetaplah harta”.
「Harganya mungkin tidak terlalu besar, tapi akankah kau menjualnya?」 (Touya)
「Tidak….. aku akan menjadikannya sebagai tanda bahwa kita pernah
berpetualang bersama. Sebagai tanda bahwa aku pernah menjadi seorang adventurer seperti yang lainnya.」 (Hilda)
Hilda
menaruhnya di kantong yang ia bawa. Kurasa tidak masalah jika itu yang ia inginkan.
Aku
memikirkan hal itu sambil melihat Hilda yang tersenyum senang.
Sebelumnya || Daftar Chapter || Selanjutnya
pertamax
ReplyDeleteThanks min
ReplyDeleteSi Hilda kawai banget :3
ReplyDeleteKapan nih hilda dicium sma touya
ReplyDelete